Part 5

9 0 0
                                    

Happy Reading 🥰

---------


Flashback on
*

"Selamat siang semua..." Alana menyapa para mahasiswa baru yang sudah duduk membentuk lingkaran.

"Siang Kak..." jawab mereka kompak.

"Kenalkan dulu, nama saya Alana, saya akan jadi asisten praktikum kalian selama 6 bulan ke depan. Kita akan praktikum setiap minggunya dan setiap kali praktikum akan dimulai dengan pretest dan diakhiri dengan postest. Pretest boleh kalian dapet nilai kurang bagus, tapi di postest, karena kalian kelompok saya jadi harus nilai di atas 80. Setiap minggu ada tugas yang harus dikerjakan, tugas akan diberikan setiap selesai praktikum. Ada waktu 1 minggu pengerjaan, 1 jam sebelum praktikum adalah batas terakhir waktu pengumpulan laporan ke saya. Laporan yang saya acc adalah tiket kalian bisa ikut praktikum."

Alana diam sebentar, memperhatikan wajah setiap adik tingkatnya yang sebagian mengangguk paham, sebagian lagi bertanya ke teman sebelahnya dan beberapa hanya diam. Salah satunya adalah cowok berkulit bersih yang dari kemarin menjadi bahan pembicaraan teman-teman ceweknya.

"Ada yang mau ditanyakan?"

"Saya!" Di cowok trending topic mengacungkan tangan.

"Iya?"

"Boleh minta nomer handphone kakak?" Melihat Alana yang mengerjapkan matanya beberapa kali, dia melanjutkan kalimatnya. "Agar kami bisa bertanya lebih lanjut jika ada kesulitan tentang praktikum ini..."

"Ahhh..." menyadari kebodohannya yang berpikiran aneh-aneh, Alana segera menyebutkan nomer handphonenya untuk dicatat oleh anggota kelompoknya.

Setelah selesai memastikan semua sudah jelas, Alana menutup pertemuan sore itu. Semua anggota sudah meninggalkan ruang kuliah yang dipakai untuk briefing.

Tak berapa lama, handphone Alana berbunyi karena ada notifikasi pesan.

+628xxxx

Namaku jung julian, salam kenal. Simpan nomerku dengan JJ ya noona. Hati2 di jalan pulang.

Alana sempat tertegun dengan pesan yang ia baca.

+628xxxx

Aku td bertanya nomermu untuk bisa bertanya tentangmu... terima kasih.

Pesan kedua dari Julian membuat Alana menggelengkan kepalanya heran.

"Cowok yang menarik..." bisiknya pada handphonenya, lalu memasukkan ke dalam tas, karena Jaejoong terlihat melambai dari depan pintu. Menjemputnya.

*
Flashback off

**

"Bulan depan acara pertunangan resmi kami, aku dan Taeil Oppa ingin sederhana saja, namun kalian tahu bagaimana Ibu Mertuaku kan?" Hanna memberi jeda sejenak, memberi kesempatan kedua sahabatnya mengangguk mengiyakan. "Kami berhasil membujuk beliau, namun ia berkata, ia akan mengalah kali ini tapi tidak untuk acara pernikahan nanti... tak apa, setidaknya keluargaku bebas memutuskan bagaimana acara pertunangannya ini nanti."

"Bebesar hatilah, anggap ini sebuah rejeki, ibu mertuamu jelas ingin memberikan yang terbaik untuk acara putranya," ujar Alana, satu-satunya diantara mereka yang telah menikah.

"Kau benar... aku beruntung punya beliau. Oh iya, gaun pengantinku nanti akan di desain oleh Sica Unnie," Alana dan Lisa langsung membelalakkan matanya tak percaya. "Aku tahu kalian terkejut, namun yang lebih mengejutkan adalah aku meminta 2 gaun tambahan untuk kalian dan Taeil Oppa sudah menyetujuinya." Kalimat terakhir Hanna membuat keduanya tak malu lagi untuk memekik kegirangan.

"Aku mencintaimu Oppamu Hanna, tolong kloning dia agak aku bisa mendapat pria sekaya raya dia..." kalimat Lisa membuat mereka tertawa.

"Jika kamu bersama orang seperti Taeil Oppa, kalian akan membuat perusahaan, bukan pernikahan. Kalian sama-sama workaholic!" Komentar Alana disahut dengan kata setuju dari Hanna.

Handphone Hanna berdering.

우빠❤
Calling...

"Sepertinya dia sudah di depan," ujarnya sebelum mengangkat panggilan dari tunangannya.

Alana dan Hanna merapikan barang-barang mereka selagi Hannya berbicara di telfon.

"Sudah?" Hanna memandangi kedua kesayangannya yang langsung menjawab dengan anggukan. Berbeda dengan dirinya yang merupakan pemilik showroom mobil mewah dan memiliki jam kerja yang santai, Hanna dan Alana adalah seorang karyawan perusahaan swasta dengan jam kerja teratur, bahkan sering overtime, yang saat ini wajah keduanya tampak lelah mesti tetap ceria karena bisa bertemu untuk saling melepas penat.

Mereka bertiga berdiri, dengan Hanna yang jalan lebih dulu menuju kasir.

Alana melewati meja bar yang hanya tinggal Johnny dan Jungwoo.

"Aku duluan ya..."

"Hati-hati Noona," ujar Jungwoo sopan sambil berdiri dan sedikit membungkuk. Khas sapaan Korea, tempat kelahirannya.

"Gomawo-yo..." Alana ikut membungkuk.

"Sampai ketemu lagi," Johnny menyodorkan tangannya, gayanya sangat Amerika sesuai dengan namanya. "Kamu mencari Julian? Ia sedang di bawah, menyapa kenalannya." Ujar Johnny tanpa diminta.

Alana mengerjapkan matanya bingung.

"Ya! Jangan membuatnya takut," Jungwoo menyikut perut pria dengan warna rambut blonde itu.

"Apa kau takut?" Johnny bertanya dengan wajah polos.

"Ya ampun kalian sangat lucu," komentar Alana sambil tertawa kecil.

"Apa yang mereka lakukan?"

"Ahh.."

"Dia mencarimu," sahut Johnny tanpa bisa dicegah oleh Jungwoo.

"Yaa...!!!" Julian dan Jungwoo berteriak bersamaan setelah melihat ekspresi Alana seakan ingin menjahit mulut pria yang tingginya hampir 190 cm itu. Namun, satu orang yang malah tertawa renyah. Iya, Lisa, yang menonton mereka seperti menonton serial sitkom.

"I like your style. Please, introduce myself. Lisa, Alana's friend, and this is my card." Lisa menyodorkan tangannya tanpa ragu ditengah kekacauan yang ditimbulkan pria yang ia ajak berkenalan.

"Hi Lisa, i'm Johnny. Sorry, i don't bring my card, but i will call you. I promise."

"Apa yang kau lakukan?" Alana berbicara sambil mendelik.

"He's cute," jelas Lisa membuat Alana tak bisa berkata-kata.

"Kalian mau pulang?" Julian mencoba mengembalikan situasi.

"Iya..."

"Kalian pulang bersama?"

"Tidak. Kami pulang sendiri-sendiri," Lisa menyahut.

"Kamu membawa kendaraan?"

"Aku pesan ojek online," Alana mengangkat handphonenya yang sedang membuka aplikasi ojek online langganannya.

"Aku akan mengantarmu," ujar Julian buru-buru.

"Tidak usah, aku tak mau merepotkanmu..."

"Akan lebih merepotkan jika aku harus mengantarkan mereka berdua," sahut Julian jujur.

"Kamu tidak mabuk kan?" Lisa mencoba memastikan bahwa temannya akan aman.

"Tidak, aku hanya minum soda," jawab Julian meyakinkan.

"Oke. Cepatlah pulang, sudah malam..." Lisa mendorong pundak Alana, seolah ikhlas melepas anak gadisnya dibawa seorang pria tampan, baik hati, bertanggung jawab dan kaya raya.

"Lisa jangan bercanda!" Alana melotot pada sahabatnya yang senang sekali memotong rambutnya sebahu. "Julian aku tidak ingin merepotkanmu..."

"Jadi kamu lebih percaya dengan bapak tukang ojek dari pada aku?" Alana kehilangan kata-kata, akhirnya dengan pasrah ia mengangguk mengiyakan tawaran Julian untuk diantar pulang.

**
To Be Continue...
**

You Complete MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang