Hari tanpa Deon

7.7K 455 2
                                    

Akan ada masanya kamu ngerasain gimana gimana karena ketidakhadiran ku di hari-harimu

Deon Addison.

_-_-_-_

Sinar matahari mulai menembus gorden kamar ku. Aku menggerak nggerakkan tanganku seraya menyingkirkan anak rambut yang berada tepat didepan wajah. Dengan tiba tiba mataku terbuka. Aku tersentak dengan tiba tiba. Namun tak lama helaan nafas lega keluar.

"Hari ini lo nggak ada kelas Van tidur lagi yuk baru juga jam setengah delapan" Ucapku lirih.

Ego ku membuatku kembali berbaring di atas pulau kapuk ini. Berguling guling guna mencari posisi ternyaman hingga tanpa ku sadari bunda memasuki kamar.

"Anak cewek jam segini masih males malesan?" Oceh bunda.

"Kan hari libur Bun" Belaku.

"Terus kalo hari libur mandinya juga libur gitu? Cepet mandi!" Perintah bunda tanpa bisa ditawar.

"bunda ganggu" Kesalku sesekali menutup mulut karena menguap.

"Dibilangin yang baik malah gitu?Pokoknya mandi Van, Awas kalo cuma cuci muka aja" Bunda berucap tajam.

Pintu tertutup oleh bunda. Aku pun melakukan sedikit peregangan. Kegiatanku terhenti saat tiba tiba sebuah panggilan masuk melalui sambungan ponselku.

"Semoga Bukan Deon semoga bukan Deon semoga bukan De.." Ucapku cepat.

"Ngapain nih anak pagi pagi nelpon" Ucapku keheranan saat tanganku berhasil meraih ponsel di nakas.

"Apaan sih??"

"Keliatan banget kalo lo baru bangun" Sahut Mira cengengesan.

"Emang iya. Apaan?? Lo mau apa pake nelpon segala"

"Sabar bisa nggak sih mbak.." Ucap Mira dengan kekehan.

"Jujur Kalo sama lo nggak bisa sabar gue"

"Jadi gini..gue sama si Lena mau jalan, ikut ya biar rame"

"Sorry ya kali ini gue nggak bisa iku.."

"Pasti Lo mau jalan bareng Deon Addison kan???" Tuduh Mira dengan suara histeris nan keras.

Sontak Aku langsung menoleh waspada kearah pintu kamarku yang tertutup sempurna. Mira keterlaluan dengan mengucap nama keramat itu, dia nggak tau apa kalo orang rumah bahkan kalo bunda tau kan bisa tamat.

"Hih Mira Lo tuh ngeselin ya?! Gue lagi dirumah dan Lo tau sendiri kan kalo misalnya gue nggak bisa denger suara telepon kalo suara nggak full Kalo orang rumah denger gimana??"

"Ups maaf maaf Van gue kan nggak tau kalo lo masih budek"

"Enak aja"

"Hehehe..ya maaf kali Van, gimana kalo besok? Bisa kan gue jemput deh"

"Serah deh"

"Gitu dong, jam 10 besok gue sama Lena kesana. Bye Vani"

Akupun langsung membuang hpku asal dan berlari menuju pintu. Aku mendesah lega saat mata ku tak melihat siapapun di luar sini. Kusenderken tubuhku pada daun pintu sambil mengelus dada dan berniat masuk kedalam kamar mandi sebelum akhirnya suara notif kembali masuk diponselku.

Takut takut aku mengintip sedikit siapa gerangan pengirim pesan tersebut sampai akhirnya mataku terbuka sepenuhnya. Nomor asing lagi? Belum sempat ku lihat isi pesan nya suara bunda terdengar jelas di pendengaranku.

_-_-_-_

"Masak apa mbok" Tanyaku setelah memasuki dapur.

"Sayur sop nduk. Lauk perkedel. Suka?"

"Sukalah mbok. Sini Vani aja yang pindahin" Ucapku seraya menuang sayur sop dari panci ke wadah.

"Van kamu bisa tolongin adek kamu cari kaos kaki kan? Bunda harus berangkat sekarang nih" Ucap bunda terburu buru.

"Bunda nggak sarapan dulu?"

"Bunda udah makan roti kok tadi"

"Iya, Nanti Vani bantuin Veno kok. Bunda hati hati ya"

Setelah memastikan mobil bunda menghilang dibalik gerbang akupun naik keatas menuju ke kamar Veno berada. Tanganku berkacak pinggang saat melihat kerusuhan yang terjadi di kamarnya.

"Makanya kalo punya barang tuh dijaga! Jangan pas lagi butuh aja disayang" Ucapku kesal.

"Daripada ngomel mending bantuin deh kak" sahut Veno.

"Manasih kaos kaki Lo??" Tanyaku seraya mengobrak ngabrik laci.

"Kalo tau ya ngapain juga nyariin dasar ogeb" oceh Veno.

"Mending Lo pake kaos kaki yang ada dulu deh daripada telat kan" ucapku final.

"Nggak ada yang lebih mending orang ujungnya bakal dihukum juga kok" Jawab Veno dengan wajah malas.

Brak

Pintu terbanting keras dengan Veno pelakunya. Aku tersenyum geli menanggapinya. Pandanganku teralihkan menuju ke semua sisi kamar Veno lalu berjalan menuju jendela dan membuka gorden, mematikan lampu, memunguti barang barang yang berserakan dilantai dan menyusunnya kembali ditempat semula.

Aku menoleh ke kasur dan merapikan tatanan sprei. Tanpa sengaja retina ku menangkap sebuah frame berisi kami sekeluarga di masalalu, tepatnya sebelum tuhan memutuskan mengambil salah satu anggota keluarga kami sampai akhirnya menimbulkan kesedihan teramat sangat dalam yang akan selalu membekas direlung hati.


_-_-_-_

Lama nggak up karena kehabisan ide wkwk. Part selanjutnya bakalan ada Vani yang yang dibikin uring uringan sama Deon. tungguin ya...


Vote+komen+follow

Terimakasih.

Love The CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang