Takut atau khawatir?

6.5K 401 2
                                    

Percaya aku kalo ini cuma rasa biasa bukan takut atau bahkan khawatir

Vania Agatha.

_-_-_-_

Mengikuti perintah simbok, aku pun sampai ke tempat yang kutuju.aku memasuki perusahaan peninggalan ayahku yang saat ini diteruskan oleh bunda. Salah satu anggota keluarga yang telah diambil tuhan ialah ayah. ayah memang sudah tiada semenjak aku duduk di bangku sekolah dasar. Sebelum Kematian, ayah memang agak sedikit berbeda, dia sedikit menjauh dan terkesan menjadi pendiam dari yang kukenal.

Kematian ayah sangatlah rahasia. Bunda dengan sengaja merahasiakan kebenaran dariku dan Veno.
Namun pastinya sepandai pandai nya menyembunyikan bangkai pasti akan kecium juga, itu terjadi pada bunda. Aku yang sudah beranjak remaja pun akhirnya berani bertanya dan membrontak saat pembawa kunci jawaban tak kunjung menjawab apa yang selama ini menjadi tanda tanya.

Sampai akhirnya dengan menangis tersedu sambil membawaku kedalam pelukannya bunda memberitahuku satu hal yang langsung membuat dadaku sesak. Ayah sudah pulang Van. Kalimat itu sesaat meluluhlantakkan diriku. Aku cukup tau apa yang dimaksud bunda. Aku sangat marah pada bunda karena ia tidak memberitahuku Yang sebenarnya. Sehari setelah kejadian itu, aku berusaha menutupi kesedihanku mati Matian.

Aku menghembuskan nafas kasar saat mengingat kenangan itu. Pintu lift terbuka dan menampilkan lantai yang hanya diisi oleh petinggi perusahaan.

"Mbak Winda, bunda didalem kan?" Tanyaku kepada asisten bunda.

"Eeeh..Vani kamu makin cantik aja. Iya ibu didalem masuk aja"

"Makasi mbak. Vani masuk dulu ya" pamitku.

"Bun.."

"Vani..kok disini ngapain?" Tanya Bu nda keheranan.

"Vani bawa makan siang buat bunda"

"Yaudah yuk Van, kita makan bareng"

"Vani makan dirumah aja Bun"

Bunda pun hanya menganggukkan kepala nya dan melangkah menuju tempat duduk. Aku duduk disebuah single sofa, meraih remote televisi lalu menyalakannya.

Jari jemari ku menekan beberapa tombol yang ada di remot guna mencari saluran tv yang menayangkan sesuatu yang menarik buatku. Akhirnya kartun berjudul larva menjadi pilihanku, ini aneh, aku sangat membenci ulat namun aku menikmati tayangannya.

Sekilas info..
"Pemirsa saat ini kita sudah berada ditempat penangkapan pelaku kriminal yang telah meresahkan warga sekitar, tepatnya pada pukul 4 dini hari pelaku berhasil diringkus polisi.. namun untuk identitas pelaku masih menjadi..."

Refleks akupun menekan tombol merah diremot guna mematikan sambungan tv.
Aku menoleh pada bunda yang sangat fokus memakan bekal yang kuberikan. Jantungku berdetak tidak santai. Lagi lagi aku menoleh ke bunda lalu beranjak mendekatinya.

"Bun.. Vani pamit ya? Kasian pak yan lama nunggu" Pamitku.

"Yaudah.. hati hati ya sayang" Pesan bunda yang kuangguki.

_-_-_-_

Aku mengambil ponsel ku yang sedari tadi ku simpan dikantong saat sudah memasuki lift. Tubuhku bersandar pada dinding lift saat pintu lift mulai tertutup rapat. Aku menggigit bibir seraya menggelengkan kepala pelan saat menyadari bahwa sedari pagi memang dirinya sama sekali tidak menerima satupun telfon dari Deon. Aku berjalan gusar sambil terus berbicara sediri.

"Telfon enggak? Telfon enggak? Telfon enggak? Hih hih hiiiih"

"Ayo dong Van mikir jerniiiih" Ucapku sambil menekan nekan kepala.

"Kok gue gini sih? Ini bukan khawatir kan?"

Kegiatanku terhenti saat pintu lift terbuka. Akupun sontak langsung keluar melewati beberapa karyawan yang sedari tadi tersenyum menyapaku.

"Pak yan Vani udah didepan nih"
"Siap mbak pak yan kesana sekarang"

Didalam mobil aku hanya diam sambil menatap kosong pada bahu jalan. Orang mungkin berpikiran jikalau aku sedang banyak pikiran namun percaya atau tidak, akupun tidak tau jelas penyebab aku seperti ini.

_-_-_-_

Sesampainya dirumah akupun langsung masuk ke kamar tanpa makan siang dan melupakan perkataan ku dengan bunda beberapa menit yang lalu. Kurebahkan diri diatas kasur empuk milikku sambil memikirkan suatu hal yang mungkin saja bisa terjadi.

"Deon kan emang dari pagi nggak nelfon dan diberitanya pelaku kriminal ditangkep dini hari, bisa aja sih kalo itu Deon"

"Apa iya ya kalo pelaku yang dimaksud itu Deon? "

"Tapi masak iya Deon bikin masalah lagi sih"

"Ih nggak mungkin juga itu Deon, kalo pun itu Deon ya pasti udah rame lah jalanan, tapi bisa aja sih kalo itu Deon yang ditangkep"

"Aduh pusing pusing pusing pusi.."

Tok tok.
Aku tersentak saat tiba tiba pintuku diketuk pelan.

"Nduk makan dulu nduk" Ucap simbok.

"Iya mbok tunggu bentar ya"

Tatapan mataku menatap ponsel yang sedari tadi tergelatak di meja. Aku berjalan menuju pintu sembari menatap ponselku yang seakan akan sedang menanti panggilan seseorang, mungkin?

_-_-_-_

Lama ga update dengan alasan yang sama wkwk..

Vote+komen+follow

Terimakasih.

Love The CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang