Sesal

5.4K 419 5
                                    

Parah nih takdir

Vania Agatha.

_-_-_-_

Aku menyesal Sangat menyesal. Harusnya ku turuti saja perkataan bunda dengan mengajak Veno untuk pergi berbelanja. Dengan begitu aku tidak akan ada diposisi ini. Jika saja aku tau begini akhirnya maka bisa dipastikan aku tidak akan bertemu dengan dirinya.

Sudahlah Sekarang tidak ada gunanya lagi menyesali suatu hal. Nasi sudah menjadi bubur. Aku tak kan bisa memutar waktu. Benar, tidak ada gunanya lagi menyesal.

"Sekarang lebih baik pikirin gimana caranya Lo bisa keluar dari mall ini tanpa Deon ngeliat"

Dihalaman depan mall ini seorang Deon telah menunggunya. Meski aku tidak melihat langsung sosok Deon, tapi bisa kupastikan bahwa didalam mobil mewah sana terdapat Deon didalamnya.

Bagaimana aku bisa seyakin ini? Tentu bisa. Deon mempunyai hak cipta atas logo khas nya di bodi mobil. Tidak akan ada orang yang berani menyamai logo yang tersampir di mobilnya itu dan digaris bawahi bahwa tidak seorang pun yang mau berurusan dengan orang itu.

Aku mendesah lelah. Ini sudah setengah jam lebih aku berdiri menunggu Deon pergi dari pelataran mall ini. Aku sudah seperti tikus yang sembunyi dari kejaran kucing, bedanya mungkin tikus asli akan bisa terbebas sementara aku tidak akan.

"Kalo gue nggak takut sepi mungkin gue udah pulang lewat parkiran bawah" gumam ku frustasi.

Aku merasa curiga saat tiba tiba ponsel di kantongku berbunyi. Benar si penelepon adalah Deon. Setelah berhari hari aku tidak menerima satupun telpon darinya, akhirnya hari ini dia meneleponku kembali.

"Keluar Vani. Jangan bikin gue nunggu lebih lama lagi atau gue bakal keluar dan bikin orang semakin kenal lo"

Sambungan telepon tertutup tanpa mengijinkan aku untuk menjawab sepatah dua kata. Aku mendengus menerima perlakuan semena mena nya Deon lagi dan lagi. aku selalu tidak berdaya jika berhadapan dengan deon, Deon selalu berhasil membuat diriku takluk akan perintahnya. Dia benar benar mendominasi diriku.

Aku berjalan mendekati mobil Deon dengan berat hati. Daripada harus dijemput dan semakin banyak orang mengenalku, lebih baik aku mengalah saja. Tunggu. Bukankah harusnya Deon dipenjara?

Sepanjang perjalanan jantungku sama sekali tidak bisa dikondisikan. Pikiranku terus terusan terbayang akan berita tempo hari. Bukankah seharusnya Deon mendekam dibalik jeruji besi sama seperti yang di beritakan, lalu kenapa dia masih bisa bebas berkeliaran?

_-_-_-_

Deon membawaku membelah jalanan yang panjang ini. Dari sudut mataku aku melihat dia terlihat sangat tenang seperti tidak sedang menghadapi segala sesuatu yang berat.

Dia selalu terlihat menawan seperti biasanya, meskipun hanya memakai kaos dengan balutan jaket tapi mampu memancarkan pesonanya sendiri. Memang benar, Tidak akan ada habisnya jika membahas tentang kelebihannya.

Lupakan soal pesonanya, kembali ke permasalahan utamanya.

"Deon gue mau tanya"
Hening. Tidak ada satupun kata yang keluar dari bibir tipis nya maka kuanggap iya.

"Emm berita kemaren itu Lo kan? terus kenapa Lo masih bisa disini?" Aku mengalihkan pandanganku dari semula menghadap Deon beralih ke bahu jalan.

Aku menggigit bagian dalam bibir saat tidak satupun pernmtanyaanku terjawab olah Deon. Mengutuk mulutku ini, bisa bisanya aku bertanya seperti itu.

"Turun"

"Hah?"

"Budek"

"Ehh iyya"

Keluar dari mobil akupun langsung mengernyit bingung, rumah sakit? Ngapain ngajak kesini coba, aku terus terusan mendumel kesal dan menahan rasa penasaranku, mana sempet tanya keburu takut. Buru buru aku berjalan guna mengimbangi langkah Deon yang sudah jauh di depan sana sambil terus berfikir apa alasan Deon mengajak ku kesini.

Dari kejauhan aku melihat dia menghampiri lobi dan bertanya sesuatu yang tidak kudengar, mau denger gimana orang gue ketinggal jauh sama dia.

Deon melanjutkan jalannya melewati belokan yang tak kunjung berujung. Aku mendesah lega saat akhirnya Deon menghentikan langkahnya didepan pintu ruangan rawat inap. Tanpa menyempatkan waktu melihat keberadaan diriku, Deon langsung masuk ke ruangan.

Aku berdecih atas perlakuannya. Tau gini mending rebahan. Sekarang giliran ku sampai di depan pintu yang Deon masuki tadi, aku sedikit mengintip guna menghilangkan sedikit rasa penasaranku sedari tadi. Mulutku sedikit menganga, terhitung ada empat orang didalam sana yang ku yakini ialah inti Lesneiro.

Pandanganku teralihkan karena suara langkah sepatu diikuti dengan guyonan receh yang semakin mendekat. Aku mencoba untuk menutupi ketakutanku, gimana enggak kalo ternyata sebagian anggota Lesneiro ikut disini. Jangan lupakan soal pesona setiap anggotanya.

Menahan gugup, Aku bersandar pada dinding dan berharap bahwa seseorang akan segera membawaku pergi, karena bagaimanapun juga tidak ada jaminan bahwa aku akan baik baik saja ditengah tengah mereka.

Pintu rawat inap terbuka dan keluar lah Deon dari sana diikuti oleh kedua inti lainnya yang tak kuketahui namanya. Aku fikir karena terdengar suara yang sedikit gaduh membuat mereka menghentikan pembicaraan dan keluar dari ruangan. Beruntung ruang sebelah kosong sehingga tidak perlu takut mengganggu yang lainnya.

Aku mengalihkan pandangan sebelum Deon balas melihatku.

"Bro Alan udah disini aja"

"Yoi men"

"Yoga ikut nggak dia mau gue tarik utang es teh teh Santi"

"Pelit amat lu sama gue"

"Berisik" Ucap Deon dengan nada santai. Meski begitu dengan sekejab keadaan menjadi sunyi senyap kontras dengan sebelum Deon berucap.

"Kalian yang mau liat si Ojo silahkan tapi gantian" Ucap Deon kembali.

Terlihat dari sudut mata Deon menghampiriku membawaku sedikit menjauh dari anggota Lesneiro lainnya dengan cara meraih lenganku dan ditekannya sedikit keras. Demi apapun disamping sana terlihat banyak sekali orang orang dan dia memperlakukan ku seperti bukan orang.

"Lo pulang aja gue masih lama"

"Kan gue kesini nya sama Lo ya pulangnya mesti sama Lo juga lah" ucapku beralasan. Aku masih ingin mendengar jawaban Deon atas pertanyaan ku di dalam mobil tadi.

"Nanti malem gue Vc dan Lo harus angkat" putus Deon.

"Kebetulan gue juga mau pulang gimana kalo cewek lo bareng gue aja, gue bawa mobil kok jadi cewek lo nggak bakal kepanasan"

"Dia bisa pulang sendiri" Ucap Deon sembari menatapku tajam seolah ingin segera aku menuruti perkataannya.

"Daripada pulang sendiri mending sama gue deh. Percaya sama gue, cewek lo aman kok"

Terlihat Deon sedang menatap lurus lawan bicara dengan pandangan yang sulit diartikan sementara si lawan bicara tersenyum penuh arti.

"Dia sama gue"

Tanpa basa basi Deon menggegam tanganku disusul oleh gelak tawa dan siulan dibelakang kami.

_-_-_-_

Otak ku lancar sekali hari ini wkwk

Vote+komen+follow

Terimakasih.

Love The CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang