Sial

4.2K 312 15
                                    

1 2 3 sabar...

Vania Agatha.

_-_-_-_

"Loncat"

"Lo sendiri yang bilang mau loncat kan?"

"Gue asal ngomong aja tadi"

Deon terkekeh. Aku merutuki diriku beberapa menit yang lalu. Bisa bisanya tidak berfikir terlebih dahulu bahwa ucapanku itu akan membuat Deon semakin menjadi.

Beruntung Deon tak lagi membahas ucapanku yang ngasal itu. Namun sepertinya dia ingin mengajakku bermain main dengan nyawa. Dia menjadi ugal ugalan mengendarai mobil, dan tak jarang membuat pengendara lain hampir celaka. Disaat saat seperti ini aku malah berfikir mengenai kekuatan menghilang. Entahlah tapi aku ingin menghilang saja sekarang juga dari sini.

"Deon plis"

Bagaimana diriku tidak kalut jika Deon malah  semakin mengebut. Tak bisa dipungkiri bahwa akupun juga takut terjadi apa apa meski Deon telah lihai sekalipun.

Deon menyalip mobil didepan mendadak pastinya tanpa menyalakan lampu sent. Hal itu tak luput dari perhatian pengguna jalan lain, akhirnya beberapa dari mereka pun memberi klakson beberapa kali dan tak jarang mengumpat. Aku heran mengapa Deon diam saja, bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa dia akan memberi pelajaran bagi orang yang mencari masalah padanya? Tunggu. Jangan bilang aku yang akan menjadi penggantinya?

Akhirnya Deon mengurangi kecepatan lalu meminggirkan mobilnya Saat Dering telepon miliknya memenuhi pendengaran.

"Apa?"

"....."

"Gue kesana sekarang"

"Gue ada perlu, Lo bisa turun" Ucapnya secara singkat padat dan jelas.

"Turun? Disini?" Tanyaku tak percaya.

"Hmm" Deon membalasku dengan deheman semata.

"Deon tapi.."

"Gue tetep harus kesana Vani. Lo masih ngerti bahasa gue kan?"

"Tapi Deon disini jarang ada taksi lewat" balasku memelas.

"Turun atau gue seret?"

"Deon plis paling nggak anterin gue sampe depan sana, toh pasti temen Lo ngerti lah?"

"Jangan manja Vani. Cewe gue nggak boleh lemah"

Aku mendesah putus asa. Tidak ada gunanya lagi untuk mengelak segala keputusan yang keluar dari mulutnya. Deon akan tetap pada pendiriannya. Aku bersiap untuk keluar dari mobil namun tangan Deon berhasil membuat gerakan ku terhenti.

Tangan Deon menyentuh pundakku. Aku menatap Deon dengan penuh tanya. Dahiku berkerut, pasalnya tubuh Deon semakin mendekat. Sial. Dia mencium bibirku lagi pastinya dengan paksa aku menerima hal itu.

Ponsel Deon kembali berbunyi nyaring. Aku meraup nafas dengan serakah setelah Deon kembali di tempat duduknya. Siapapun si penelepon di seberang sana rasanya aku ingin berterimakasih karena telah menghentikan perbuatan kurang ajar Deon tadi.

"5 menit lagi gue sampe!"

".........."

Mengapa dia terlihat sangat kesal? Sampai sampai telepon keluaran terbaru itu dia banting kearah jok belakang. Apa dia tidak sadar yang sedang dia banting setara dengan uang puluhan juta rupiah?
Baru saja aku ingin bergerak keluar Suara Deon kembali terdengar.

Love The CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang