Arka

4.5K 323 3
                                    

Setiap orang punya caranya sendiri untuk berjuang

Deon Addison.

_-_-_-_

Malam pun tiba. Aku tengah sibuk mempersiapkan diriku menghadiri acara bersama dengan bunda. Tubuhku berbalut dengan dress biru pastel selutut dengan aksen bunga berwarna putih di bagian dada hingga bahu. Tak hentinya aku berdecak kagum atas dress yang kupakai ini. Bagaimana tidak jika hanya dengan riasan yang ku gunakan sehari hari aku mampu terlihat sangat cantik, tentu karena dress yang kini membalut dengan indah tubuhku.

"Cantik banget anak bunda, udah siap?"

Kami berjalan memasuki restoran bergaya Eropa. Dari samping sini bunda terlihat sangat cantik layaknya seorang Dewi. Dari sini sudah pasti jika wajahku adalah sebuah copy paste dari Seorang wanita yang saat ini menggenggam tanganku agar aku tidak hilang dari jangkauannya.

Bunda membawaku mendekat ke sebuah meja yang sudah diduduki oleh dua orang berbeda gender tersebut. Terlihat seorang wanita langsung bangkit dari duduknya dengan raut wajah gembira saat melihat kami mendekat kearahnya.

"Vera? yaampun ini kamu? Ini beneran kamu?"

"Iya dong git" Jawab bunda membalas pelukan seorang wanita yang baru kuketahui bernama Tante Gita.

"Kamu masih awet muda ya Ver?"Tanya seorang laki laki yang saat ini telah berdiri dari duduknya.

"Emang kamu udah tua" Timpal bunda.

"Ini anak kamu?"

"Iya ini Vani anak aku yang pertama. yang satu dia dirumah. Van Salim"

"Vani Tante, Vani om"

"Wah cantik banget..duduk dulu yuk"

"Anak kamu mana Git?"

"Dia lagi..nah itu dia" Ucap tente Gita menunjuk kearah belakang ku.

Aku spontan menoleh ke belakang. Seorang laki laki yang ku perkirakan berumur sepadan denganku berjalan mendekat ke arah kami.
Dia terlihat sangat menawan dengan balutan kemeja itu. Bibirnya tersungging senyuman manis saat tatapan kami bertemu. Dengan perlahan aku memutar badan menghadap ke arah meja dan bersikap biasa saja namun nyatanya pikiran dan hatiku lagi-lagi tidak sinkron di tambah tatapan bunda seakan ingin menggoda ku habis habisan.

"Arka Tante"

Kini giliran aku yang disapa olehnya. Arka mengulurkan tangannya kepadaku. Tatapan kami bertemu untuk yang kedua kali. Dengan segera aku menerima uluran tangannya. "Vani"

Suara deheman membuat kami memutuskan tautan tangan. Terlihat sepasang suami istri itupun tersenyum penuh arti mengetahui interaksi kami. Bunda tak ingin kalah, ia menyenggol lenganku dan menggodaku lewat mimik mukanya.

"Tuh makanan kita dateng..."

_-_-_-_

"Wah kayaknya enak nih" Ucapku saat melihat menu sarapan di meja makan.

"Tas jangan ditaruh dimeja makan Van, bunda kan udah berkali kali bilang"

"Vano sayur nya jangan dipinggiran gitu dong sayang. Sayur itu enak harus dimakan biar sehat"

Bunda menjitak tanganku saat aku ketauhan menyendok sambal dengan banyak. Pasalnya perutku selalu terasa panas setelah makan makanan yang pedas.

"Bunda nggak mau liat kamu ngeluh perut sakit perut panas. Orang kamu dikasi tau ngeyel ih"

"Enggak deh Vani janji gabakal sakit perut lagi"

"Buang aja Bun anak nggak nurut itu namanya" Ucap Vano.

"Bocil mending diem deh gausah ikut ikut" Ucapku yang membuat Vano seketika mingkem.

"Arka Anaknya Tante Gita. Ganteng ya van" ucap bunda disela sela makan.

"Kan cowok"

"Dia orang nya ramah banget Van, udah baik ramah, pinter, ganteng lagi, kurang apa coba"

Aku berhenti mengunyah dan beralih menatap bunda.

"Bunda ada sesuatu yang disembunyiin dari Vani ya?" Pasalnya bunda terlihat sangat aneh dengan tiba tiba berucap seperti itu.

"Enggak kok Van. Bunda tiba tiba pengen bahas soal Arka nggak tau kenapa, udah cepetan sarapannya keburu telat lo"

_-_-_-_

Iringan lagu menemani perjalanan ku melewati beberapa belokan menuju ke kampus. Hari ini cuaca sangatlah cerah, secerah moodku dipagi ini. 

Aku mengayunkan langkah menuju ke kelas. Melewati beberapa mahasiswa mahasiswi lain yang saling berhadapan. Dadaku seketika nyeri. Aku menghembuskan nafas kasar. Aku selalu berharap ada diantara mereka. Berdiskusi, bersendau gurau, bahkan bergosip ria bersama dengan yang lainnya.

Namun apalah daya jika karena reputasi ini membuatku dijauhi oleh mereka. Seperti halnya dengan elena dan juga Mira yang selalu diterima dilingkungan pertemanan mana saja, akupun juga ingin seperti itu.

Lihat itu, mereka langsung berpura pura tidak melihat saat aku lewat. Padahal jika saja mereka mau melihatku, aku hanya akan menyapa tidak lebih.

Aku memasuki ruangan kelas dengan muka sedikit murung, apa yang terjadi di koridor beberapa menit tadi membuat mood ku sedikit menurun.

"Pagi pagi muka udah kusut kusut aja buk" Tanya Mira saat aku berhasil duduk di bangku sebelah mereka.

"Kenapa sih? Lo ketemu Deon?" Elena berucap.

Aku menggeleng.

"Diganggu Deon?" Pancingnya lagi.

"Enggak ih bukan itu masalahnya!" Ucapku sedikit kesal.

Mira dan elena melihat satu sama lain.

"Atau dicium Deon??" Ucap Mira dengan suara heboh.

Aku melongo. Bisa bisanya mereka berpikir seperti itu. Buru buru aku menjitak kepala mereka berdua bergantian sebelum semakin menjadi jadi pikiran mereka.

"Apaan sih kok jadi Deon yang dibawa. Bukan. Ini tuh masalah dikoridor" Jelasku.

"Ya nggak papa sih kalo lo ciuman sama Deon. Tapi jangan dikoridor juga dong. Btw Van, rasanya gimana hm??" Goda elena seraya menoel noel daguku.

"Ngeselin banget deh kalian" Ucapku kesal setengah mati.

"Becanda Vani sayang...."

"Tuh tuh ada telpon tuh"

Aku memperlihatkan ponselku ke arah mereka berdua dengan tatapan ragu.

"Halo"

"Ke parkiran sekarang"

"Kenapa?"

"Bego. Gue mau Lo ikut gue sekarang"

"Ttapi.."

Sambungan telepon tertutup bertepatan dengan masuk nya dosen ke kelas ini.
"Deon mau ngajak gue sekarang" Ucapku sepelan mungkin ditengah tengah ketakutan.

"Dia nggak tau Lo lagi ngampus?" Mira bertanya dengan serius.

"Emang itu penting buat dia? enggak" Ucapku sesuai kenyataan.

"Tapi serem juga kalo lo nglewatin pelajaran si dosen ini" Ucap elana tengah berbisik.

Mau gimana lagi. Seseram seramnya amukan Deon akan lebih seram bila bunda tau aku alfa hari ini.

_-_-_-_

Akhirnya dapet ide juga buat selesein part wkwk

Vote+komen+follow

Terimakasih.

Love The CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang