Masalah

6.5K 504 170
                                    

Cukup terima kenyataan Lo milik gue

Deon Addison.

_-_-_-_

Senyumku tersungging dengan tangan melambai kearah mobil elena yang perlahan menghilang di persimpangan jalan. Bukan aku yang menumpang, tapi dia yang memaksaku ikut dengannya. Dengan alasan dia sedang berbaik hati hari ini. Padahal kutau dia sedang dimabuk asmara.

Dia Dimas. Lelaki yang sanggup membuat elena jatuh hati. Rumahnya satu arah dengan rumahku. Itu alasan mengapa elena sangat suka sekali memaksaku ikut pulang dengannya. Akupun cukup terkejut mengetahui hal itu. Pasalnya terhitung baru sekali elena bertemu dengannya, itupun secara tidak sengaja dan sangat singkat.

Sudahlah. Memang benar bahwa cinta datang tanpa diduga.

Langkahku menaiki undakan tangga pun terhenti kala melihat simbok berjalan terburu buru menghampiriku dengan ekspresi yang luar biasa paniknya.

"Mas Veno mbak Vani.."

"Veno kenapa mbok?"

"Itu mbak.. Mas Veno berantem sama temennya disekolah" Ucap simbok dengan ragu ragu.

"Apa?! Veno berantem? Terus sekarang dia dimana? Kenapa nggak ngasih tau Vani daritadi mbok? Bunda udah tau belum?? Mbok plis jawab Vani??"

"Sekarang mas Veno dirawat dirumah sakit mbak, Ibu juga sudah tau"

"Rumah sakit mana?"

"Rumah sakit Asyifa mbak"

"Vani kesana mbok" ucapku berangsur pergi.

Aku menyetir dengan kecepatan sedang membelah jalanan. Air mataku tak henti hentinya menetes. Aku sangat mengkhawatirkan bocah itu, terlebih aku tidak menyangka bocah seumuran Veno akan terlibat masalah seperti ini.

"Pasien atas nama Veno"

"Sebentar kak kami carikan..atas nama Veno dengan alamat perumahan graha indah?"

Aku mengangguk
"Ruang delima lantai 3 nomor 12"

"Terimakasih"

"Sama sama kak"

_-_-_-_

"Bunda" Ucapku saat menangkap keberadaan bunda didepan ruangan.

Bunda memelukku dengan erat. Akupun membalas pelukannya. Kami saling memberi kekuatan satu sama lain. Mungkin hanya ini yang bisa kulakukan agar bunda tidak terlalu sedih atau bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang Veno alami.

"Kamu harusnya dirumah aja istirahat, bukannya nyusulin bunda"

"Vani mau harus ngeliat Veno"

"Itu, adik kamu didalem. Dokter bilang Veno akan sadar besok"

"Veno" lirihku memandang Veno berbaring lemah didalam.

Aku merasakan rangkulan dari samping.
"Veno nggakpapa Van, kamu jangan terlalu mikir..dia pasti sembuh.."

"Kok bisa ya Bun. Bunda tau cerita awalnya gimana? Terus yang berantem sama Veno sekarang gimana"

"Bunda sudah bilang kamu jangan terlalu mikir masalah ini Vani.."

"Terus siapa? Bunda? Bunda aja yang mikir? Iya?? Dan Vani ngebiarin bunda sendiri? Enggak! Demi apapun Vani akan selalu disisi bunda sampe kapanpun.. jadi plis bunda berhenti mendem semua sendiri..ada Vani disisi bunda.."

Love The CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang