BAGIAN 20. [VANILA]

749 48 17
                                    

⚠️KALAU ADA TYPO, TANDAI YA GUYSS⚠️

⚠️ JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMENN GESSS⚠️

⚠️Happy Reading, I hope U like ⚠️
___________________________________________

Hari mulai pagi, sinar matahari mulai menembus jendela membuat gadis yang masih tertidur pulas terganggu oleh cahaya sinar matahari. Terdengar suara ketukan pintu beberapa kali dan terdengar suara Bi Asri dari balik pintu membuat Vanila segera mengubah posisinya menjadi duduk. Kemudian kaki jenjangnya diturunkan dan dia berjalan menuju pintu.

"Hoam... Morning Bi," sapa Vanila dengan suara parau saat membuka pintu.

Bi Asri tersenyum melihat Vanila, gadis yang telah dirawatnya sejak dulu hingga sekarang.

"Selamat pagi juga Non. Udah jam enam loh, Non gak sekolah?" tanya Bi Asri sambil menyelipkan beberapa helai rambut Vanila yang menghalangi mata gadis itu.

Vanila mengerucut bibirnya karena memang saat ini dirinya merasa ngantuk akibat kelelahan bermain dengan Bunga.

"Bisa gak Bi, aku gak masuk hari ini? Masih ngantuk," rengek Vanila dan mendapat gelengan kepala dari Bi Asri.

"Gak bisa Non. Siap-siap gih, Den Albert sama Den Vabi udah siap-siap loh," balas Bi Asri.

Vanila dengan pasrah segera bersiap-siap setelah Bi Asri berpamitan turun ke dapur.
Sesampainya di dapur, Bi Asri melihat Albert sedang sibuk membuat bekal buat Vanila.

"Den, biar Bibi aja yang buatin," sela Bi Asri sambil berjalan mendekati Albert.

Albert segera menoleh ke arah wanita paruh baya yang telah lama merawat kedua adik kembarnya. "Gak usah Bi, Albert bisa kok. Lebih baik Bibi ajak Mang Udin sarapan sama-sama dengan kita," tolak Albert.

Bi Asri hendak menolak untuk sarapan bersama, tapi Albert menatapnya dengan tatapan tidak menerima penolakan membuat wanita paruh baya itu segera memanggil suaminya yang berada di halaman depan.

Tak lama kemudian Vabi segera tiba di ruang makan dan pria itu segera duduk di kursinya.

"Mau bekal gak?" tawar Albert tanpa memandang Vabi.

"Gak," tolak Vabi dengan singkat.

Albert menghela nafas dan membalikkan badannya menatap Vabi. Pria itu berjalan dengan kotak bekal berwarna biru menuju Vabi.

"Sayangnya gue gak terima penolakan," balas Albert dengan senyum tipis sambil meletakkan kotak bekal itu di tangan Vabi.

"Ck, kalau gak terima penolakan ngapain tawar," ujar Vabi sambil berdecak kesal.

Albert mengacak rambut Vabi dan ditepis oleh adiknya. "Sebagai formalitas," balas Albert sambil tersenyum tenang.

"Cie cie. Adem banget sih," goda Vanila saat masuk ke ruang makan bersamaan dengan Bi Asri dan Mang Udin.

Kedua pria itu segera menoleh ke arah Vanila, Bi Asri, dan Mang Udin. Vabi segera membuang muka dan berusaha untuk tenang.

"Hilih, dasar gengsi," sindir Albert kepada Vabi dan pria itu segera kembali ke kegiatan sebelumnya.

Vanila terkekeh mendengar sindiran Albert dan menyetujui perkataan abangnya tentang kembarannya yang gengsi. Sedangkan Vabi tidak menghiraukan sindiran abangnya, karena mereka tidak tau apa-apa.

Albert pun telah menyelesaikan bekal milik Vanila dan mereka semua memulai sarapan dengan nikmat.

***

VANILA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang