Chapter 3

455 342 310
                                    

Sebelum baca, vote dulu yakk!
Biar gak lupa, ataupun main pergi gitu aja tanpa ninggalin jejak.

Okay, happy reading!

Di hari kelima, Intan kembali terlihat. Bahkan suaminya sempat mengobrol sebentar bersama Diva yang pada saat itu sedang mendengarkan musik lewat hp Rendy yang menganggur karena pemiliknya tidur siang. Kebetulan Mega mengizinkan.

Akan tetapi ada satu hal yang membuat gadis kecil itu bertanya tanya.

Dimana kak Al? Seharian ini ia belum melihatnya. Biasanya anak itu akan duduk di teras rumahnya meski sebentar. Sambil membawa hp, lalu memotret langit ataupun objek lainnya yang dianggap indah dan menarik.

Sore harinya, ketika Diva menyambut kepulangan sang ayah di halaman rumah, Intan datang menghampiri.

"Diva, ini ada titipan dari kak Al buat Diva. Harapan kak Al, Diva suka sama apa yang ada di dalem situ" ujar Intan seraya menyodorkan sebuah paperbag berwarna merah jambu polos.

"Aldrisnya kemana bu Intan? Kenapa bukan dia yang nyerahin langsung?" tanya Indra diiringi senyum singkat.

"Aldris masih di Garut pak. Rumah kakeknya" jawan Intan yang diangguki oleh Indra.

"Jadi kakeknya Aldris itu kan tinggal sendirian disana. Dan kebetulan pas main kesana Aldris minta nginep lebih lama. Lusa baru dijemput" lanjut Intan bercerita.

"Emang neneknya kak Al kemana tante?" celetuk Diva bertanya.

"Neneknya kak Al udah meninggal"

"Maaf ya bu Intan. Diva belum tau apa apa, jadi–"

"Gapapa pak Indra. Saya juga maklum kok"

Dua orang dewasa itu saling tersenyum kemudian menatap Diva yang kini memeluk paperbag pemberian Intan–maksudnya titipan Aldris.

"Meninggal? Berarti sama kayak bunda ya yah?"

Intan tersenyum canggung. Ia menatap Indra lewat ekor matanya. Sejujurnya wanita itu tau apa yang tengah dipikirkan oleh Indra.

"Iya sayang. Tapi Diva harus ikhlas. Dan terus doain bunda supaya bunda tenang di atas sana. Diva udah ngelakuin itu kan?" sahut Intan mengalihkan topik pembicaraan yang menurutnya–bukan waktunya membahas hal seperti ini.

Anggukan kuat Diva tunjukan. "Tentu dong tante. Kata ayah, bunda bahagia disana. Asalkan Diva selalu bahagia disini. Tapi kalo Diva sedih, bunda juga bakal ikut sedih"

"Tante, nanti sampein ke kakeknya kak Al ya, suruh terus bahagia. Supaya nenek disana ikut bahagia. Jangan sampe kakek sedih tante"

Intan tersenyum tipis. Ia mengangguk riang.

"Nanti tante sampein"

Begitu mendengar balasan Intan, senyum manis tercetak di wajah Diva. Membuat sang ayah tersenyum haru. Dalam hati terus menyalahkan diri sendiri. Meski ia tau bahwa pada kenyatannya, semua telah diatur oleh Tuhan. Takdir tiap orang telah ditentukan.

***
DIVALDRIS
***

Intan baru saja selesai minum di dapur. Sebelum benar benar meninggalkan dapur, ia membuat secangkir teh hangat yang diminta oleh sang suami.

"Ngobrolin apa aja sama Indra? Kok kayaknya lama?" tanya suaminya kala Intan datang sembari menyajikan secangkir teh hangat di meja.

Intan mengambil posisi di samping suaminya. "Pak Indra cuma nanyain dimana Aldris. Aku ngobrol lama sama Diva" jawab wanita itu seadanya.

DIVALDRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang