Chapter 13

244 187 137
                                    

Mau tanya aja, kalian tim softboy/badboy?

Ramaikan Chapter 13 yok!

Vote jangan lupa. Komen atau juga share :)

Happy Reading!


Sejujurnya, mata Aldris sedikit memberat. Ia mengantuk, namun belum bisa untuk tidur.

Duduk diatas motornya sambil terus memperhatikan jalanan yang sepi, ia merasa bosan. Setelah tadi sempat mengecek ponselnya, ternyata Diva mengirimkannya pesan suara. Isinya adalah pertanyaan mengenai Rendy. Gimana sama kak Rendy? Lalu dua panggilan suara yang tak terjawab dari gadis itu pun hanya Aldris lihat tanpa ada niatan untuk membalasnya. Aldris yakin sekarang Diva sudah tidur. Waktu telah menunjukan pukul setengah dua dini hari.

"Aldris!" panggil Akmal dari kejauhan.

Posisi motor Aldris adalah di dekat bangku kayu panjang dekat lampu yang biasa ada di taman. Namun melihat apa yang ada di belakangnya, itu bukanlah taman. Lebih tepatnya kebun yang tak terurus. Sementara di depannya, agak jauh, adalah gedung tua.

"Buruan bawa Rendy balik!" suruh Akmal setelah sampai di hadapan Aldris.

Tanpa mengatakan apapun lagi Akmal menarik Aldris masuk ke dalam bar yang letaknya di samping posisi motornya. Jaraknya tak terlalu dekat, namun tak begitu jauh juga.

Akmal terus membawa Aldris masuk ke dalam bar. Aroma minuman keras menyapanya begitu ia masuk lebih dalam. Banyak yang berjoget ria seolah tak punya beban hidup.

"Rendy mana?" tanya Aldris datar.

Sekarang ini ia dan Akmal berdiri di depan sebuah pintu bercat putih. Di ujung lorong di lantai dua bar tersebut. Karena bar yang sekarang Aldris datangi berlantai dua.

"Rendy di dalem" jawab Akmal sambil mengatur napasnya.

Saat melewati orang-orang yang berjoget ria itu banyak wanita yang menggoda bahkan meyentuhnya. Dan Akmal merasa jijik dan mual diwaktu yang bersamaan. Apalagi ada yang makeupnya gak bisa dibilang normal. Udah tebel, belepotan lagi.

"Sekarang mending kita bawa Rendy keluar. Bang Bara udah nyiapin mobil buat nganter tuh bocah balik" ajak Akmal sambil membuka pintu bercat putih itu pelan dan hati-hati.

Prang

Prang

Brak

Prang

Setelah pintu terbuka, Akmal langsung menyalakan saklar lampu di dekat pintu. Hal yang pertama dilihat Aldris setelah ruangan itu terang adalah kekacauan. Rendy dengan napas memburunya menunduk. Rambut bahkan pakaiannya cukup basah karena keringat.

"Ren? Udah puas?" tanya Akmal pelan.

PRANG

Jika tadi hanya sebuah piring atau gelas yang di lempar, kali ini Rendy melempar sebuah cermin besar yang telah berhasil ia ambil dari dinding.

Kemudian ia mengambil satu cermin besar lagi, berniat melemparkannya pada Aldris, namun urung karena jitakan di kepalanya yang didaratkan oleh Akmal.

DIVALDRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang