Hello!
Persiapkan diri kalian sebelum mulai baca yaa😆
Bakal banyak adegan yang bikin greget dan membuat iri
Tapi boong.
Enjoy aja yaa teman-teman😉
Bacanya pelan-pelan, jangan kayak di kejar mantan xixixi
Selamat membaca!
•
•
•Pagi menyapa. Langit mendung tampak mendukung suasana hati seseorang yang tengah memakai helmnya.
Dengan pandangan yang lurus ke depan, Aldris memasang wajah datar.
Berbeda dengan hatinya yang bergelombang. Rasa ingin menghampiri Diva seketika meningkat.
Namun setelah ingat apa yang telah terjadi, niatannya itu terhapus. Ingat, mereka sudah sepakat. Membiasakan diri tanpa kehadiran satu sama lain. Semoga keduanya bisa.
Mesin motor ia nyalakan. Di susul sosok Diva yang keluar dari dalam rumah. Di belakangnya, Indra berjalan seraya tersenyum hangat.
"Ayah seneng, Diva mau di anter ke sekolah sama ayah," ujar pria itu pada anak perempuannya.
"Iya, tapi besok-besok Diva naik angkutan umum aja."
"Kenapa gitu? Ayah bisa kok, anter jemput Diva setiap hari."
Tanpa sengaja, lirikan Diva terarah pada Aldris. Keduanya sontak saling membuang muka.
"Makasih yah. Tapi Diva udah dewasa, gak mungkin ngerepotin ayah terus."
"Eh ngomong apa? Diva Clarisa itu, selamanya akan jadi anak kecil kesayangan ayah. Kamu di mata ayah itu Diva yang masih SD."
"Terserah ayah. Sekarang bisa kan, kita berangkat?"
"Oke-oke. Perlu pamit sama kak Al dulu nggak?"
"Nggak, ayah. Nanti juga ketemu di sekolah."
Hanya karena itu Indra menurut.
Tak tahu saja ekspresi Aldris saat ini. Dirinya sudah berharap gadis berkucir satu itu menyapanya. Disertai lambaian tangan, juga senyuman. Seperti dulu, sebelum kesepakatan konyol—menurut Aldris yang menerima kemauan Diva masih dengan setengah hati—dibuat.
***
DIVALDRIS
***Motor Aldris melaju dengan kecepatan sedang. Lelaki itu terlihat sangat menikmati udara pagi hari yang sejuk.
Tengah asik berkendara, dua buah sepeda motor menyalip di kedua sisinya. Ketika menoleh sesaat ke kanan dan ke kiri, sosok Andra dan Kiki terlihat.
Si pemilik alis tebal lebih dulu tersenyum lebar. Berbeda dengan Kiki yang merasa gatal di hidungnya.
"Hachim!"
"Alhamdulillah, buang sial," monolog Kiki setelah berhasil bersin.
Andra terkikik geli menyadari itu. Berbeda dengan Aldris yang hanya bisa menahan senyum gelinya.
"Weh, kita balapan yuk! Yang menang wajib traktir makan di kantin selama satu minggu!" seru Kiki yang tak peduli akan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVALDRIS
Teen Fiction[On Going] [MENGANDUNG KATA-KATA KASAR] ---------------------------------------------------- Diva menganggap Aldris teman sekaligus kakak. Namun kata Bara, terkadang gak sepenuhnya dari masing-masing pihak menganggap hubungannya itu murni 'teman'...