Part 1

242 25 2
                                    

NASIB BURUKNYA NAWA

Dengan sabar Nawa membawa tumpukan buku yang dibawanya ini untuk melangkah, mungkin lima langkah lagi, papan bertulisan perpustakaan sudah didekatnya. Hari ini adalah hari terburuknya dimana baru saja dia kejar kejaran dengan dosen yang super sibuk dan sekarang dia disuruh membawa setumpuk buku yang segitu banyaknya sampai menghalangi pandangannya.

Orang cantik banyak cobaanya emang.

Setelah menyerahkan tumpukan buku itu pada penjaga perpustakaan, Nawa melangkah kembali kekantin yang tak jauh dari perpustakaan, langkah kaki Nawa membawanya kehadapan teman temannya yang saat ini tengah menikmati somay dengan begitu nikmat.

"Muka lo miris banget Naw," ujar Agis yang pertama kali menyadari kedatangan Nawa.

Tanpa membalas ucapan Agis, Nawa langsung menyambar minuman yang sudah menarik perhatiannya sejak dia menghampiri mereka.

"Pelan pelan Naw, keselek tau rasa." Ujar Agis lagi, berbeda dengan Mala yang hanya fokus pada makanannya saja.

"Huhh pengen rasanya gue mati sehari aja," gerutunya dengan hembusan nafas leganya, membuat Agis dan Mala terbahak mendengarnya.

"Kalo matinya kebablasan gimana." Balas Mala polos.

"Ya janganlah, gue mau inshaf dulu," Ujar Nawa.

"Emang kenapa lo?" Tanya Agis setelah menghentikan tawanya.

"Gue kayaknya harus bener bener inshaf, nasib gue buruk terus, abis ngejar Bu Tiwi yang sibuknya melebihi penjabat negara gue ketemu sama Pak Gala yang minta bantuan bawain buku bejibun, abis ini apalagi ya rab." Cerita Nawa mengeluarkan unek unek kekesalnya.

"Iya Naw, lo harus bener bener inshaf deh," dengan muka sok menerawangnya, ucapan Agis barusan membuat bibir Nawa yamg sudah melengkung kebawah itu makin melengkung saja.

"Gue aja kemaren ngejar Bu Tiwi sampe sore, gila sih," Sulut Mala kesal mengingat kejadian yang dialaminya kemarin.

"Kasian banget kalian, untung dosen dosen dijurusan gue baik hati semua."  Balas Agis dengan senyuman angkuhnya. "Awas ya lo ketemu dosen killer tau rasa." Kesal Nawa.

Drrtt drrtt

Getaran ponsel Nawa mengalihkan pandangan mereka, Nawa melihat nama yang tertera disana dan mengangkat telponnya.

"Halo"

"Iya aku keparkiran sekarang."

Setelah mematikan ponselnya, Nawa berdiri dari duduknya. "Gue duluan, Govan udah diparkiran." Pamit Nawa pada kedua temannya.

"Semoga gak ketimpa nasib sial lagi lo Naw." Teriak Agis sebelum Nawa menghilang dari pandangannya.

---

Saat sampai diparkiran, Nawa tak melihat Govan, dia kembali megedarkan pandangannya dan mencari cari motor kekasihnya itu, saat ada pesan masuk dihpnya Nawa sudah menduga ini terjadi lagi.

Govan
Naw, maaf banget aku ada urusan mendadak, besok janji aku jemput.

Janji, bukannya janji harus ditepati? Tapi bagi Govano Raldi janji itu hanya sebuah perkataan yang tak mengandung apa apa. Sudah banyak janji yang dia buat, namun akhirnya selalu seperti ini.

"Lah, lo masih disini." Nawa berbalik melihat siapa yang mengajaknya berbicara.

"lo sendiri," balas Nawa dengan muka juteknya.

"Ini mau balik, mau bareng?" Ajak Rendy sambil menaiki motornya yang tepat disamping Nawa.

"Mau gak ni?" Ulang Rendy yang ucapannya tadi tak mendapatkan balasan.

"Gratiskan?" Tanya Nawa memastikan.

"Oke kali ini gratis tapi lain kali bayar, kasian si jono ketimpa beban berat masa gak ada imbalannya," balas Rendy santai.

Dasar pedit

Rendy merupakan kakak tingkatnya, mereka dekat karna rumah kedua orangtua Rendy berada disamping kanan rumah Nawa yang berada dibogor. Itulah sebabnya Nawa berbicara santai padanya tidak seperti kakak tingkatnya yang lain. Sifatnya memang cuek tapi sekali berkata pedasnya minta ampun.

"Yang ada si jono suka karna didudukin sama orang cantik dan baik hati kayak gue," dengan mengibaskan rambut badainya Nawa naik motor butut Rendy ini. Jono namanya, motor yang menurutnya sudah harus dijual ini, setiap dia menaiki si jono, ada saja masalahnya entah mogok atau kehabisan bensin dan masih banyak lagi, yang membuatnya ber istighfar saat menaikinya.

Rendy memberikan helm cadangannya pada Nawa, setelah itu membawa motornya pergi dari parkiran.

Makin lama motor yang ditumpangi Nawa ini berjalan melambat, dalam hatinya dia sudah menduga ini akan terjadi lagi. Dengan kesal dia melepas helm yang membuatnya panas itu.

"Kenapa si Ren, ngambek lagi ni motor butut, bener apa kata gue mending lo jual," cerca Nawa kesal.

"Kalo bukan lo yang numpangin gak pernah gini kali," balas sungut Rendy. "Turun dulu Naw, kita dorong bareng bareng" Lanjutnya.

Dengan kesal Nawa turun dan bantu mendorong si jono yang membuat list nasibnya buruknya bertambah setelah ditinggal Govan sendirian dan sekarang seperti ini.

Nasib nasib.

---



Lop lip.

Inshaflah wahai Nawa, hahay.

Vote & komen><

Kutukan Sang MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang