PANTANG MENYERAH
Bayu menatap kepergian mobil Govan dengan diam.
Sial dirinya kalah cepat, tapi tak apa sebelum janur kuning melengkung dia tak akan pernah diam, setidaknya berusaha terlebih dahulu.
"Nak Bayu, kamu mau makan." Ucapan Bu Ana membuat Bayu terperanjat kaget.
"Jangan ngelamun, ntar dimasukin setan raganya." Lanjut Bu Ana lagi.
Bayu segera mendekat pada Bu Ana. "Loh loh, gak gini juga kali." Gemas Bu Ana melihat kelakuan Bayu yang berdiri dibelakangnya dengan tangan kanannya yang dipegang Bayu.
"Becanda Bu, mana ada Bayu takut setan," jawabnya. "Ouu iya Bu, Nawa sama si Gavan Govon itu udah lama pacarannya?" Lanjut Bayu bertanya ingin tahu.
"Namanya Govan, Ibu kurang tau malah tadi pertama kali liat si Govan itu." Jawab Bu Ana sambil melangkah kemeja tempat duduk pembelinya makan, mengambil piring piring itu yang sudah ludes.
"Wah wah, gak serius tu Bu, jangan direstuin Bu." Sungut Bayu, menghasut Bu Ana.
"Kalo Nawanya mau, ya Ibu mah setuju aja." Jawab Bu Ana yang membuat Bayu kesal mendengarnya.
"Tapikan, Bayu lebih cocok Bu." Bayu mendekat pada Bu Ana, yang membuat Bu Ana tertawa mendengarnya.
"Kamu ini yaa, ini udah jam setengah 10, kamu gak kuliah." Jawab Bu Ana dengan memukul lengan Bayu gemas.
"Ehh iya, yaudah Bayu pergi dulu ya Bu, walaupun udah telat." Jawab Bayu terkejut saat melihat jam yang melingkar ditangannya.
Bu Ana menggeleng gelengkan kepalanya menatap kepergian Bayu.
"Ibu kamu terlalu egois, sampai gak bisa liat kebahagian anaknya."
---
Nawa merebahkan tubuhnya. Lelah pada tubuhnya begitupun dengan hatinya. Tak dapat dipungkiri rasa itu masih sama, malah menurutnya lebih. Walaupun selalu mengelaknya, tapi tak bisa dia tepis. Membuat Nawa kesal sendiri pada dirinya.
Kenapa saat melihatnya dia sedikit bahagia? Kenapa tak membencinya, mungkin kata benci terlalu berlebihan, namun rasa kesal pun hanya Nawa rasakan saat awal awal melihatnya saja.
Bayuuu pergi lo. Batin Nawa dengan menepuk nepuk jidatnya berusaha menepis pikiran yang dipenuhi dengan nama Bayu itu.
"Nawanaa, ngegosip yu," seruan dari Ghea yang nyelonong masuk kekamarnya membuat Nawa menatapnya malas. Ghea berhambur ikut rebahan dikasur Nawa.
Nawa memang tak pernah mengunci pintu kos kosannya. Karena menurutnya banyak sekali tetangga sebelahnya yang berada diteras kos kosan mereka untuk ngerumpi bareng, jadi aman aman saja, lagian tak ada yang datang kerumah kecilnya ini selain Rendy dan tentunya Ghea.
"Berdosa banget lo, ngajak orang tu kejalan yang bener, lah lo ma ngajakin gue sesat." Balas Nawa menggeleng gelengkan kepalanya dengan wajah sok alim.
"Yah yah amnesia lo, yang sering nyesatin gue kan lo." Ledek balik Ghea tak terima.
"Kita sebelas dua belas beb," kekeh Nawa memeluk sahabatnya ini dengan kencang.
"Wey wey, mati gue," Ghea berusaha melepaskan pelukan Nawa yang lebih kepenyiksaan.
"Samyang kuy," ajak Nawa setelah melepaskan pelukan menyiksanya itu.
Ghea menarik napas sebanyak banyaknya dengan kasar. "Kelakuan lo jauh banget sumpah sama muka lo," kesal Ghea menatap Nawa tajam.
"Muka gue unyu unyu gitu ya," ucap Nawa dengan bibir mengerucutnya.
Ghea yang melihat itu sontak menampol bibir Nawa gemas. "Kesupermarket dulu, stok samyang gue abis sama lo." Ujar Ghea berlalu pergi.
---
"Lupa lagi gue minta nomer nya si Rendy," gumam Bayu kesal, padahal didepannya terdapat dosen, dimana tengah menjelaskan materi yang tak dihiraukan olehnya.
"Napa lo, berisik banget?" tanya Adi saat mendengar Bayu yang terus bergumam tidak jelas, disebelahnya.
"Gue kemaren ketemu Nawa."
"Hahh, Nawa mantan lo itu?" tanyanya lagi dengan sesekali mengalihkan pandangannya kearah depan.
"Iya, lo punya nomer si Rendy gak Di,"
"Kagak lah, dia juga udah ganti nomor kali," balas Adi. "Lagian lo mau ngapain da, gebet Nawa lagi lo?"
Anggukan kepala Bayu membuat Adi melototkan matanya terkejut. "Lo masih suka sama dia?" Tanyanya.
"Hemm, walaupun udah punya pacar, tapi semangat gue berkibar," jawab Bayu dengan terkekeh kecil akan ucapannya.
"Gila lo, pantang menyerah banget," Adi ikut terkekeh, bingung dengan kelakuan temannya itu.
"Ck, siapa ya yang punya no nya Nawa," decaknya menghiraukan ucapan Adi.
"Temennya, Ema Ema itu, dia kuliah disini kan," celetuk Adi mengingat ngingat teman SMA Nawa yang berkualiah dibogor sama dengannya dan Bayu.
"Ouu iya, lupa gue, dari tadi kek lo," jawab Bayu mengingat bahwa Ema salah satu teman Nawa itu, pasti dia mempunyai nomernya Nawa, Pikirnya.
"Syukur syukur gue kasi pencerahan." Kesal Adi.
"Yang dibelakang ngapain berdiskusi berdua." Seruan Bu Apri, membuat Bayu dan Adi langsung menegakan duduknya.
"Kalau tidak suka dengan kelas saya, silahkan keluar." Lanjut Bu Apri dingin.
"Tapi untuk hari ini saya yang keluar." Lanjutnya berlalu keluar.
"Lah lah, Bu..." teriak Dion bingung, karna pasalnya jam kelas Bu Apri belum habis. Dion panik sendiri sebagai ketua kelas yang betanggung jawab.
"Bayu sama Adi si," ujar Dion membalikan tubuhnya kemeja Bayu dan Adi yang duduk dibelakang.
"Huuuuu," teriakan seruan seluruh kelas mengarah pada Bayu dan Adi.
Bayu menatap ponselnya santai. Berbeda dengan Adi yang menggaruk tengkuknya merasa serba salah.
"Mon maap teman temanku yang baik hati dan tidak sombong. Syukuri aja apa yang ada."
---
•
•
•Lop lip.
Kayak Bayu ya temin temin, pantang menyerah ni, hiya hiya.
Vote & komen><
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Sang Mantan
Teen FictionBayu Abyma tak pernah menduga bahwa ucapan sang mantan bisa semanjur ini. Hal itu terjadi setelah sehari dia dan Nawana Giya putus, Nawa mengeluarkan kata kata yang menurutnya sebuah kutukan. "gue jamin abis putus sama gue, gak ada cewek yang mau pa...