Part 11

73 8 0
                                    

MENGHINDAR LAGI

Nawa berjalan dikoridor kampusnya seorang diri. Niatnya ingin pergi menemui Agis, mengajaknya kekantin bareng, namun dia sedang ada kelas, jadilah Nawa hanya sendiri, sedangkan Mala masih dikota hujan sana. Entah kapan dia balik.

Namun pemikiran makan seorang diri sirna begitu saja, saat melihat Faqih duduk seorang diri juga. Yang membuat Nawa merekahkan senyumnya dan langsung menghampirinya.

"Aaa Faqih mau gue temenin gak." Ujar Nawa. "Ehh maksudnya yang ditemenin itu gue." Ralatnya.

"Ya-ya boleh," balas Faqih sedikit gagu yang membuat Nawa tersenyum lucu melihatnya.

"Sebentar, gue pesen makanannya dulu." Ucap Nawa beranjak dari hadapan Faqih.

"Lo kok bisa disini, bukannya kata Agis lagi ada kelas?" Tanya Nawa bingung, dengan piring somay ditangannya.

"Eh-ohh gue bo-bolos gitu," balas Faqih yang tak bisa menghilangkan kegugupannya.

"Astaga, nakal juga ya lo." Ujar Nawa dengan tekekeh kecil, mengingat jika dia melihat wajah Faqih, itu seperti muka muka anak rajin dan tekun. Namun oh ternyata, hari ini dia bolos dan menikmati jus jeruk miliknya dengan santai. Membuat Nawa tak percaya dengan itu.

"Lo juga tumben sendiri, gak sama Mala?" Balik tanya Faqih yang sudah mulai santai pada gadis pujaannya yang duduk dihadapannya ini.

"Mala lagi cuti, makanya lo temenin gue, ngenes bang.." ucapan Nawa terpotong oleh deringan ponsel miliknya.

"Kenapa Gov?" Tanya Nawa langsung saat menempelkan ponsel ketelingannya.

"Aku didepan kampus kamu," ujar Govan disebrang sana.

"Loh ngapain." Tanya Nawa bingung, pasalnya dia tak meminta dijemput olehnya, mengapa tiba tiba begini.

Dan itu tak luput dari pandangan Faqih.

"Jemput kamulah, buruan Naw," balas Govan.

"Ck, iya iya bentar." Decak Nawa sebal, acara makan romantisnya kan jadi terganggu, pikirnya.

"Aduh Faqih, maaf banget acara makan romantis dikantinnya gagal, barusan pengganggu nelpon gue, kapan kapan oke, dahh." Ujar Nawa panjang lebar tanpa menunggu balasan Faqih, yang kini melengo olehnya. Makan romantis apaan?.

---

Berbeda dengan Bayu yang saat ini tengah mengejar Ema untuk kedua kalinya, setelah kemarin meminta nomer Nawa, sekarang dia berniat meminta nomennya Ema sendiri. Bukan tanpa alasan, Bayu memintanya karena dia cukup sulit jika ingin berurusan dengan Ema, seperti kali ini, harus kejar kejaran terlebih dahulu. Namun jika meminta nomernya pada Rendy, sungguh sangat pasti, dia mendapatkannya setelah pergantian tahun, dengan nomer Rendy yang sangat sangat jarang aktif itu.

"Emaaaa." Panggil Bayu setelah berada tak jauh dibelakang punggung gadis itu.

Ema memutar badannya menghadap seseorang yang memanggilnya, saat melihat Bayu yang dihadapannya, dia berniat memutar balikan badannya lagi, jika tidak ditahan oleh lengan Bayu.

"Apaan sih lo," sungut Ema menepis cekalan Bayu.

"Yaelah, gue bukan mau nanya nanya Nawa lagi," ujar Bayu. "Minta nomer lo Mal, biar kalo gue ada urusan bisa janjian gitu, cape gue keliling kampus nyariin lo." Oceh Bayu menjelaskan panjang lebar.

"Gue gak mau berurusan sama lo lagi." Balas Ema sedikit menjauh dan hendak melenggang pergi, tidak protes seperti biasanya jika namanya panggilannya disebut Mali oleh Bayu.

"Lo kenapa?" Tanya Bayu bingung dengan sifat Ema. Yang membuat dia seakan tertampar masa lalu.

"Jauh jauh lo dari gue." Tekan Ema, melenggang pergi dari hadapan Bayu.

Bayu yang bingung ikutan mundur dan berbalik kekantin, dimana Adi dan Dion menunggunya. Dengan pikiran yang tak lepas dari sifat Ema yang seperti tak biasanya. Ini sangat amat sama dengan masa SMA dulu, jika dia berteman dengan perempuan sekelas ataupun dari luar kelasnya, mereka akan mengatakan tak ingin berurusan dengannya lagi, dan yang lebih parah jika perempuan perempuan itu mendekatinya, mereka seperti ketakutan atau apalah itu.

"Wey kesambet tau rasa lo." Ucapan Dion, menyadarkan Bayu dari pemikirannya.

"Udah dapet nomernya?" Tanya Adi.

"Dia gak mau ngasih," balas Bayu seadanya.

"Lo mintanya banyak laga kali, makanya dia gak sudi ngasih." Jawab Dion dengan menyeruput es teh Adi.

"Atau jangan jangan..." Ucap Adi dengan wajah menerawangnya.

"Jangan jangan apaan anjir." Ujar Dion menunggu lanjutan ucapan Adi, berbeda dengan Bayu yang tak mengindahkan dukun abal abal ala Adi itu.

"Jangan jangan ini gara gara kutukan si Nawa, Yu." Lanjut Adi menepuk bahu Bayu yang duduk disebelahnya.

"Wah bener lo kun, kutukan si Nawa kan mujarab bro," ucap Dion dengan semangat.

"Ngadi ngadi lo, ya kali, ini udah bukan jaman SMA lagi." Elak Bayu, walaupun dalam hatinya dia ngeri sendiri jika memang itu benar.

"Mantap banget kutukannya, gue jadi pen liat langsung orangnya." Ujar Dion, keingingannya ini sudah berkali kali dia ucapkan, dia memang tak satu sekolah dengan Bayu dan Adi saat SMA dulu, namun berteman dekat dengan Adi saat masuk jurusan yang sama disalah satu kampus yang bertempat dibogor ini dan ikut berteman dekat juga dengan Bayu yang saat itu pindah kembali keindonesia, rasa keponya sudah melebihi batas takaran, apalagi Bayu dan Adi yang sering menceritakan perempuan bernama Nawa Nawa itu.

---



Lop lip.

Yuhu, ada apa dengan Ema? Hiya hiya.

Vote & komen><

Kutukan Sang MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang