Halo.
Sebenarnya saya gak tau mau ngetik apa, karena memang gak ada persiapan sama sekali dari awal. Mungkin saya ketik saja apa yang ada di otak dan hati saya.
Tadi saya tiba-tiba teringat tentang kita, eh, kok kita sih. Teringat tentang kamu lebih tepatnya.
Iseng-iseng aja mencari kembali nama kamu dalam kontak saya. Saya baru ingat, chat kita dari awal perkenalan, hingga pertengahan bulan Januari belum saya apus.
Supaya saya ingat, saya pernah tertawa bersamamu.
Kalau ngomongin soal kamu, saya jadi ingat soal hujan. Dulu kamu sering bertanya. "Di sana ujan gak?"
Saya gak tau kenapa, itu pertanyaan favorite dari mu bagi saya. Padahal gak ada yang spesial. Lucu ya, aneh. Saya aja bingung.
Aduh, jadi inget semua tentang kamu. Parah.
Tentang kamu yang bosan minum susu coklat dan beralih ke susu vanila, atau kamu yang kurang suka kopi. Tuh kan, nyebelin. Kita banyak banget perbedaannya.
Saya yang suka kopi, kamu yang suka susu.
Saya yang cerewet, kamu yang pendiam.
Cukup, kalau di jabarkan satu-satu tak akan ada habisnya.
Kalau di ingat-ingat lagi, kamu tau banget lagu favorite saya. Iya, Melukis Senja, karya Budi Doremi. Cuplikan suara mu bahkan masih melekat di otak saya. Gak bisa lepas.
Eh iya, siapa tau kamu baca. Tapi kemungkinan enggak sih.
Tapi kalau (semoga) baca, saya mau bilang.
"Makan saya kini sudah (hampir) teratur (sepertinya), jangan di pikirkan lagi. Kota saya sekarang di guyur hujan, tidak terlalu deras. Saya kemarin habis makan mie instan, jangan ribut. Saya makan mie dikit, kok."
Haduh, memangnya kamu masih memikirkan saya? Kalau sudah tidak, saya mengucapkan alhamdulillah.
Dulu kamu bilang, saya susah di bilangin, sampai-sampai kamu cape sendiri kalau nasihati saya. Kini sudah tak perlu. Saya ingat semua nasihat mu. Ingat betul.
Terimakasih, ya.
Kylie Azella
a. k. a Lie
Lautan Rindu, 22 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAGRAF CINTA [Untuk Dia]
RandomNIAT PLAGIAT? MAU DI RUQYAH? SANA JAUH-JAUH. Ini bukan lah sebuah cerita. Ini sebuah alur tanpa outline, tanpa premis dan tanpa tokoh yang jelas, yang tak ingin saya berikan sebuah visual berbentuk foto. Karena dia melekat di otak saya. Bilang saja...