Beberapa minggu yang lalu entah keberanian dari mana atau karena rindu yang membludak, saya memberanikan diri untuk mulai chat kamu pada nomor barumu.
Jujur, saya kira tidak akan dibalas atau sekedar dibaca karena jelas kamu tidak simpan nomor saya disana.
Saya awali chat dengan memanggil nama panggilanmu dari saya. Selang 5 menit jari saya langsung melakukan delete for everyone. Mungkin takut sakit hati jika ternyata tidak dibalas.
Lalu saya mengetik. “Maaf, salah sambung.”
Benar-benar klise. Saya langsung menenggelamkan wajah di tumpukan bantal dan berencana akan terlelap agar rindu menguap. Entah dorongan dari mana, saya kembali mengecek ponsel.
Mata saya melotot kaget.
“Iya, Maf?”
Astaga, jangan-jangan kamu sempat baca chat saya yang pertama sebelum saya hapus. Pipi saya terasa panas. Bukan, bahkan saya merasakan suhu tubuh saya meningkat beberapa derajat.
Lalu mengalir sebuah percakapan yang sampai sekarang membuat saya tersenyum sendiri. “Kata adik gue, lo mau berhenti kejar gue. Gue gak mau ganggu lo,” ujarmu.
“Gak jadi, kelamaan duduk pegel juga. Mau ngejar lagi, sekalian olahraga,” tukas saya dengan senyum yang mengembang tanpa henti.
“Gue juga mau olahraga,” ujarmu menjeda sebentar.
“Sekali-kali ngejar lo,” timpalmu.
ASTAGA!
Kondisi hati dan jantung saya sudah tidak bisa digambarkan lagi. Jantung yang berdetak lebih cepat. Hati yang terasa hangat. Pipi yang memerah. Senyum terus terukir.
Kylie Azella
a. k. a Lie
Lautan Rindu, 28 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAGRAF CINTA [Untuk Dia]
RandomNIAT PLAGIAT? MAU DI RUQYAH? SANA JAUH-JAUH. Ini bukan lah sebuah cerita. Ini sebuah alur tanpa outline, tanpa premis dan tanpa tokoh yang jelas, yang tak ingin saya berikan sebuah visual berbentuk foto. Karena dia melekat di otak saya. Bilang saja...