Tepat 3 hari yang lalu, hari Jum'at, menjelang waktu adzan berkumandang. Saya bercerita kepada kamu yang sekarang menggenggam saya.
Saya memulai bercerita tentang pernyataan bahwa seseorang yang dahulu menjadi pujaan hati saya, kini menyukai saya.
“Suka dia kamu?” tanyamu.
Sebentar, kalau sudah mulai pakai aku-kamu. Ada atmosfer bom yang terdeteksi disekitar saya.
“Ya mana aku tau. Emang aku cenayang?”
“Bukan, maksudku. Kamu suka sama dia?”
“Enggak,” jawab saya seraya memutar mata malas. Pertanyaan macam apa coba?
“Beneran?”
Astaga. Ingin rasanya saya buang kamu ke tengah laut, lalu saya pergi beli boba.
“Gini, kalau aku suka dia, ngapain aku sama kamu?” tanya saya setengah geram.
“Kasian?” tanyamu.
Sejujurnya, saya siap dorong kamu ke tumpukan jarum.
“Gila, ya? Aku harus ulang ucapan aku kemarin? Lo pelabuhan gue,” ucap saya tegas.
Napas saya mulai tak beraturan akibat pikiran yang berantakan. Matamu masih memancarkan rasa ragu dalam hati.
“Masih yakin jadi pelabuhan ketika orang yang dulu kamu kejar, sekarang suka kamu?”
Saya hampir melambaikan tangan ke kamera jika ini adalah acara uji nyali. Saya menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata sejenak. Lalu kembali membuka suara.
“Denger, ya. Satu, gue gak pernah ragu sama perasaan gue. Dua, dia cuma masa lalu. Tiga, pelabuhan gue gak berubah.”
“Takut,” ujarmu.
“Takut aposeh?”
“TAKUT DITINGGALIN LAH.”
Kenapa kamu ngegas?
Kylie Azella
a. k. a Lie
Lautan Rindu, 12 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAGRAF CINTA [Untuk Dia]
RandomNIAT PLAGIAT? MAU DI RUQYAH? SANA JAUH-JAUH. Ini bukan lah sebuah cerita. Ini sebuah alur tanpa outline, tanpa premis dan tanpa tokoh yang jelas, yang tak ingin saya berikan sebuah visual berbentuk foto. Karena dia melekat di otak saya. Bilang saja...