Tiga Belas

882 150 7
                                    

Meskipun Lalisa tidak dapat mengelak kalau ia penasaran dengan yang sesungguhnya terjadi antara Sehun dan Jaehyun, terlebih setelah melihat ketegangan antara keduanya pada pertemuan semalam, ia berusaha mengingatkan dirinya bahwa semua itu bukan urusannya. Dan demi menghindar dari drama di antara kedua pria tersebut, Lalisa telah menegaskan beberapa hal. Pertama, seperti yang pernah Sehun peringatkan padanya, ia akan berusaha menghindari apapun yang berhubungan dengan Sehun yang mana sebenarnya sangat sulit karena; mereka satu kantor, teman pria itu berkencan dengan kakaknya, dan ada saja kebetulan demi kebetulan yang membuat mereka selalu berada di tempat dan waktu yang sama.

Lalu, yang kedua, Lalisa tetap melanjutkan pertemanannya dengan Jaehyun, meski wanita itu tidak yakin yang mereka jalani kini hanya berteman atau lebih dari itu. Nyatanya, sejak Jaehyun hadir dan berbaur bersama para anggota tari, mereka berdua menjadi semakin dekat satu sama lain. Kepribadian Jaehyun yang santai membuat keduanya akrab dengan mudah.

Tapi tentu saja Lalisa bukan sembarang wanita yang mudah dibuat terpikat. Perlu waktu lama baginya untuk dapat memutuskan untuk benar-benar serius dengan seorang pria. Lalisa mengakui Jaehyun adalah sosok yang mendekati sempurna, tapi banyak yang harus ia pertimbangkan sebelum membuka hatinya dengan sungguh-sungguh kepada orang baru.

Hari ini hari Minggu, pekan keempat di bulan Juli, tepat enam hari sebelum pertunjukan tari dilaksanakan. Acara pertunjukan tersebut diselenggarakan secara rutin setiap musim panas oleh lembaga yang selama ini membantu studio tari bernama SoulDance itu secara finansial. Terdapat berbagai jenis tari dari beberapa grup yang akan tampil. Sudah sejak seminggu yang lalu Lalisa memutuskan untuk lebih rajin melatih tim juniornya yang akan tampil nanti. Setiap jumat hingga minggu ia menyempatkan diri untuk datang ke studio meski harus merelakan libur akhir pekannya.

“Ini, minumlah.” Jaehyun menyodorkan sebotol minuman dingin pada Lalisa yang sedang mengelap wajah dengan tisu.

Lalisa berterima kasih lalu segera membuka botol tersebut. Setelah menghabiskan setengah isi botol, ia menatap Jaehyun. "Kau tidak perlu tinggal, aku tidak apa-apa di sini."

“Tidak masalah, lagipula aku masih betah melihatmu melatih mereka. Jujur saja, Lalisa, aku kagum dengan passion-mu dalam menari.” Puji Jaehyun. Senyum kecil terukir di wajahnya. Lalisa merasa hampir hilang kesadaran hanya karena diberi senyum semanis itu.

“Terima kasih, tapi ku rasa antara aku dan Cheshir pun sama saja. Kami sama-sama punya passion tinggi dalam melatih.”

“Tidak.” Jaehyun menggelengkan kepala. “Kau berbeda. Kau itu punya daya tarik tersendiri.”

Wanita berponi itu tersenyum miring. “Itu karena kau memang tertarik padaku.” Godanya mengundang tawa kecil dari Jaehyun.

Jaehyun mengangkat bahu dengan pandangan ke arah pantulan dirinya dan Lalisa pada cermin di antara mereka. “Kurasa begitu.”

Lalisa hanya merespon dengan tawa kecil. Perhatiannya kembali terfokus pada beberapa juniornya yang mulai bangkit berdiri. Waktu istirahat telah selesai dan mereka kembali berlatih, dengan Jaehyun yang sesekali membantu mengawasi dua belas orang yang berada dalam satu tim tersebut. Dengan ketidakhadiran Cheshir dan Sorn, Lalisa sangat bersyukur Jaehyun mau menemaninya secara suka rela.

“Dengar, penampilan kalian hari ini sudah cukup baik, meskipun aku masih melihat satu-dua orang terlihat gugup. Tiga hari ke depan Sorn akan melatih kalian, sementara aku dan Cheshir akan hadir pada hari kamis. Bagaimana pun juga, aku tidak mau ada kesalahan apapun dalam latihan selanjutnya.” Lalisa menatap wajah para juniornya satu persatu. Beberapa dari mereka terlihat lelah, sebagian lainnya masih kelihatan semangat meski keringat mengucur di wajah. Wanita berambut hitam itu lalu berseru dengan kedua tangan terangkat bertepuk tangan, “Terima kasih atas kerja keras kalian hari ini. Tetap semangat, kawan-kawan!”

Pride and PrejudiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang