Tujuh

1K 179 22
                                    

"Hidupmu benar-benar sebuah komedi." Sorn duduk di lantai studio sambil meluruskan kakinya. Ia telah berlatih selama satu jam terakhir dan memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari menonton temannya mencoba gerakan baru.

Lalisa, masih dengan mata memandang pantulan dirinya di cermin besar, melirik Sorn sekilas. "Dan aku badutnya. Tapi ya sudahlah, dengan lingkungan kerja dan benefit yang aku dapat saat ini, orang itu bukan menjadi masalah." Kata Lalisa lalu berbalik berniat memanggil para juniornya untuk segera berlatih. "Guys, aku menemukan gerakan tambahan, kali ini tidak serumit yang sebelumnya."

Maka mereka pun kembali berlatih untuk pertunjukan yang akan diadakan dua minggu lagi. Setiap akhir pekan, Lalisa pergi ke studio untuk melatih para juniornya sekaligus merilekskan tubuhnya dengan ikut menari. Sorn yang juga seorang penari di angkatan yang sama dengan Lalisa pun kerap membantu mereka. Kali ini hanya ada satu tim yang akan ikut pertunjukan dan Lalisa-lah yang telah dipercaya untuk menjadi penanggung jawab.

"Doyeon, kakimu bergerak terlalu cepat di bagian ini." Lalisa mencontohkan salah satu gerakan yang ia maksud pada salah satu juniornya. Setelah yakin Doyeon mengerti, Lalisa kembali berseru. "Oke, kita coba lagi. Semangat, teman-teman!"

Tidak sampai satu jam Lalisa sudah mengakhiri sesi latihan hari ini. Ia baru saja ingin duduk di lantai bersama Sorn ketika matanya menangkap sosok Cheshir, mentor tarinya selama ini, sedang bersama seorang pria. Mata keduanya memandang ke arah Lalisa membuat gadis itu segera bergerak menghampiri mereka.

"Ini dia penari kebanggaan kami." Sambut Cheshir memberi senyum bangga pada Lalisa.

Pria itu bertubuh atletis dan punya lesung pada pipi setiap kali ia tersenyum. Sangat manis hingga membuat Lalisa hampir tidak dapat mengatupkan bibirnya yang terbuka. Lalisa tidak pernah melihat pria itu di studio sebelumnya, atau apa mungkin karena ia sekarang sibuk bekerja jadi tidak tahu menahu perihal pria tampan ini?

"Lalisa, ini Jaehyun, kenalanku sewaktu kami satu tim dalam lomba setahun yang lalu. Untuk sementara dia akan bergabung bersama kita di sini." Kata Cheshir sambil menepuk pundak Jaehyun. Kemudian ia menoleh pada Sorn yang masih bersantai di lantai. "Sorn, kemarilah!"

Jaehyun mengulurkan tangan pada Lalisa dengan senyum kharismatiknya membuat Lalisa tidak punya pilihan lain selain menjabat tangan pria itu sambil memberi senyum manis. "Apa kau akan ikut pertunjukan nanti?" Tanya Lalisa.

Jaehyun menggeleng. "Tidak, kurasa aku telah kehilangan selera untuk mengikuti lomba atau pertunjukan lagi. Aku hanya suka menari jadi masih kerap datang ke studio sana sini."

Lalisa mengangguk mengerti. "Kau benar, di umur yang semakin bertambah, rasanya waktu kita untuk melakukan kegiatan seperti ini semakin menipis saja." Balas Lalisa yang kemudian mengundang gelak tawa dari yang lain.

"Aku lapar, bagaimana kalau kita makan malam bersama di luar? Lalisa? Sorn?" Tawar Cheshir memandang ketiga orang di hadapannya.

Sorn menggeleng dengan wajah tak enak. "Sorry, guys, aku sudah janji pada ibuku akan makan malam di rumah hari ini."

Ajakan makan malam bersama itu terdengar menyenangkan bagi Lalisa, tapi ia segera mengingat kalau mobilnya masih di bengkel dan ia mesti mengandalkan tumpangan dari Sorn. Jadi tentu saja Lalisa dengan berat hari harus ikut menolak.

"Ah, iya. Aku tidak membawa mobil hari ini jadi aku harus menumpang dengan Sorn."

Cheshir ikut menyambar. "Hei, kau bisa pulang bersama Jaehyun nanti. Kau tidak keberatan 'kan, Jae?" Tanyanya menoleh pada Jaehyun yang menggeleng dengan senyum manis.

"Cheshir benar, aku akan mengantarmu pulang. Santai saja." Ucap Jaehyun membuat Lalisa kembali menimbang. Ia tidak terbiasa pulang bersama dengan orang yang baru ia temui, tapi Lalisa percaya Cheshir hanya berteman dengan orang baik-baik, jadi gadis itu pun mengangguk.

Pride and PrejudiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang