Lima

1.1K 192 17
                                    

Oh Sehun bukan seseorang yang mudah dibuat terkejut. Dalam pekerjaannya, penting bagi Sehun untuk tetap setidaknya satu langkah di depan semua orang dan Sehun merasa bangga dengan fakta strateginya tidak pernah salah atau terungkap oleh orang lain, baik rekan, klien, maupun saingannya. Hal itu menunjukkan keunggulan pikiran serta kemampuannya untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi gerakan orang lain dua atau tiga langkah sebelumnya.

Itulah mengapa ketika Lalisa Kim memasuki ruangannya dengan tatapan mata berkilat geli, perlu waktu agak lama bagi Sehun untuk menguasai dirinya kembali.

Sehun tidak pernah merasa sekonyol ini selama hidupnya.

"Lalisa Kim." Gumaman itu tidak sadar meluncur keluar dari Sehun. Ia mempersilakan wanita itu untuk duduk lalu ia sendiri segera menjatuhkan tubuh di kursi.

Lalisa tersenyum kecil setelah ia ikut duduk di depan Sehun. "Aku tersanjung melihat fakta kita tidak harus berpura-pura tidak mengenal satu sama lain, Tuan Oh." Katanya dengan bercanda.

Sehun merasakan hawa di sekitarnya memanas. Ia berdeham sambil mengencangkan dasinya kembali. "Jadi, kaulah copy editor yang baru." Kata Sehun sambil mengangguk, namun kemudian Sehun menahan untuk tidak membenturkan kepala ke tembok menyadari dirinya yang begitu konyol.

"Benar." Lalisa mengangguk. "Meskipun, kalau boleh jujur, aku tidak sadar bahwa perusahaan ini milikmu." Lanjutnya, kali ini dengan wajah meringis.

Sehun berusaha mengusir perasaan tersinggungnya melihat ekspresi wanita itu.

"Oke, aku hanya akan melihat CV-mu. Aku percaya tim HR sudah memilih orang yang sesuai dengan kriteria kami, ditambah kau juga dari lulusan SNU."

Lalisa kembali mengangguk. Ia memperhatikan Sehun yang memandangnya lekat. Alisnya bertaut bingung. "Apa?"

Alis Sehun ikut berkerut. "CV-mu."

"Bukankah orang dari HR sudah mengirimkannya padamu?"

"Oh." Sehun menelan ludah dengan susah payah. Ia buru-buru mengalihkan pandangan ke arah laptopnya. Jantung Sehun terasa berdebar tanpa alasan yang jelas. Mungkin karena ini pertama kalinya Sehun merasa begitu bodoh, di depan seorang wanita pula. "Kau.. sudah bekerja secara freelance selama hampir dua tahun." Gumam Sehun membaca CV Lalisa dari layar laptopnya dengan teliti.

"Satu setengah tahun." Koreksi Lalisa. "Setelah lulus, aku mulai bekerja menjadi content writer, content marketing, hingga editor majalah harian."

"Semua itu dilakukan secara freelance? Kenapa?" Tanya Sehun memiringkan kepala menatap Lalisa.

"Karena aku gemar mempelajari hal baru. Aku bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan selama itu masih dalam lingkup job desk-ku."

"Kau yakin itu jawabannya dan bukan karena kau lebih suka menari ketimbang bekerja di kantor?"

Lalisa terkesiap. Sehun sendiri tidak berniat untuk mempertanyakan hal itu namun nasi telah menjadi bubur. Kini wajah Lalisa terlihat memerah sementara Sehun menarik napas. Ia hendak berkata sesuatu namun tidak dapat menemukan kalimat yang tepat.

"Aku pikir kau tidak akan menyinggung hal lain selain mengenai apa yang tertera di CV-ku, Tuan Oh." Tukas Lalisa yang tidak dapat menahan diri untuk tidak mendesis dengan nada tajam.

"Aku hanya berharap kau dapat loyal dengan pekerjaanmu. Aku tahu kau terbiasa bekerja mandiri, maka dari itu aku berusaha memastikan kembali."

"Kalau soal itu kau tidak perlu khawatir, aku termasuk orang yang fleksibel dan tidak mudah menyerah. Bekerja di bawah tekanan atau bekerja bersama tim tidak menjadi masalah bagiku."

Pride and PrejudiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang