Tiga

1.1K 196 8
                                    

Hari sudah semakin sore ketika Lalisa melangkahkan kakinya keluar dari studio. Teman-temannya di studio sempat memohon agar ia ikut pergi ke bar bersama mereka tapi Lalisa menolak mengingat ia harus menjemput Rosie setelah ini. Lagipula Lalisa juga sedang tidak berminat untuk menghabiskan malam di bar. Lebih baik ia menyibukkan diri dengan mengirim lamaran kerja atau mempelajari gerakan tari baru.

Kurang lebih setengah jam kemudian, Lalisa memarkirkan mobil ayahnya itu di depan halaman rumah Chanyeol. Kali ini rumah besar itu terlihat sepi meski semua lampunya menyala dengan terang. Lalisa mengecek penampilannya sekali lagi. Celana training dan tanktop hitam dibalut kaos putih. Lalisa sedikit menyesal tidak membawa baju ganti yang lebih memadai, tapi toh ia juga hanya akan menunggu Rosie keluar dari depan pintu lalu pulang.

Chanyeol membukakan pintu dan langsung terlihat senang melihat kedatangan Lalisa. "Lalisa!"

Lalisa balas tersenyum. "Hai Chanyeol, Rosie sudah siap?"

"Ia ada di dalam, tapi kami memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu. Masuk dan bergabunglah dengan kami." Ajak Chanyeol sembari menunjuk ke dalam rumahnya.

Oh sial. Senyum Lalisa meluntur. Ia menahan diri untuk tidak merutuk di depan Chanyeol. Yang ia inginkan saat ini hanyalah mandi dan bukannya makan malam bersama keluarga konglomerat ini.

"Lalisa?"

Demi senyum Chanyeol yang tidak pernah luntur dan demi kebahagiaan kakaknya, maka Lalisa pun mengangguk. Ia mengikuti langkah Chanyeol melewati ruang tamu menuju ruang makan. Lalisa menemukan siluet Rosie yang sedang duduk mengobrol dengan Soojung. Sudut bibir Lalisa tertarik melihat pemandangan itu sebelum matanya menangkap seseorang yang tidak pernah Lalisa duga akan berada di rumah ini. Terutama pada malam ini.

Lalisa meringis dalam hati. Lengkap sudah ketidakberuntungannya. Lalisa mulai menyesali keputusannya menjemput Rosie kemari. Seharusnya ia bersenang-senang saja di bar atau langsung pulang ke rumah dan membiarkan Rosie diantar Chanyeol nanti.

"Lihat siapa yang datang." Seru Chanyeol dengan suara memenuhi ruangan.

Rasanya kaki Lalisa gatal ingin segera pergi dari sana ketika ketiga orang di ruang makan itu menoleh dan menatapnya. Senyum Rosie mengembang, ia segera menghampiri Lalisa.

"Lisa! Kemarilah, Chanyeol dan Soojung mengajakku makan malam bersama sebelum pulang."

Itu kau, bukan aku. Lalisa menahan diri untuk tidak menyahut. Melihat wajah kakaknya yang begitu senang mengurungkan niat Lalisa untuk menyeret Rosie pulang saat ini juga. Maka Lalisa pun mendudukkan dirinya di bangku sebelah Rosie. Kesialannya bertambah karena di depannya terdapat seorang Sehun, yang sejak Lalisa datang hanya memandang Lalisa tanpa bersuara.

Makan malam berlangsung hening. Hanya suara piring dan sendok berdentingan yang menemani mereka. Lalisa fokus pada makanannya, sesekali melirik Rosie yang kerap mencuri pandang ke arah Chanyeol, begitu pula sebaliknya. Lalisa menahan diri untuk tidak menggelengkan kepala.

"Jadi, Lalisa, apa kau baru pulang menari?"

Suara berat Chanyeol yang dilayangkan ke arahnya membuat Lalisa sedikit tersentak. Ia menegapkan punggung dan melirik orang-orang yang berada di sana sebelum menjawab. "Benar. Hanya latihan sebentar."

"Latihan? Apa kau akan ikut pertunjukan atau semacamnya?" Tanya Chanyeol lagi.

"Akan ada pertunjukan pada pertengahan musim panas nanti. Aku sendiri tidak ikut, hanya melatih para anak baru." Jawab Lalisa sambil tertawa kecil.

Tatapan dari keempat orang yang mengelilingi meja makan itu membuat Lalisa ingin segera mengganti topik pembicaraan namun kakaknya sudah terlebih dahulu menimpali. "Lalisa terlalu sibuk dengan pekerjaan freelance-nya, tapi ia masih kerap menyempatkan diri untuk melatih juniornya menari."

Pride and PrejudiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang