Empat

1K 201 16
                                    

"Selamat pagi, Tuan Oh."

Sehun mengangguk sambil tersenyum sekilas pada dua orang resepsionis sembari melangkahkan kaki dengan santai. Seperti biasa pagi ini ia sampai di kantor lebih cepat. Kebiasaan itu telah menurun dari mendiang sang ayah. Beberapa pegawai yang telah lama bekerja di bawah pimpinan ayah Sehun juga mengakui mereka berdua punya kesamaan yang mencolok, yaitu sama-sama ulet dalam bekerja. Meski Sehun tipe orang yang kaku dan tidak banyak omong, keloyalannya pada pegawainya tidak dapat diragukan lagi. Sehun sebisa mungkin menjaga perusahaan  tetap stabil dalam berbagai aspek, termasuk aspek kenyamanan dan kesejahteraan para pegawai.

Sebelum memasuki ruangannya, ia menyempatkan diri untuk mengecek ruangan manajer yang seperti biasa masih kosong. Sehun berdecak sambil menggelengkan kepala. Dapat ia tebak manajernya terlalu sibuk dengan sang pacar sehingga lupa kalau masih banyak pekerjaan yang harus diurus hari ini.

"Selamat pagi, Tuan Oh. Kau sudah datang. Mau aku bawakan kopi?" Sekretaris Sehun, Park Sooyoung, langsung bergegas menghampiri sang atasan.

"Yes, please. Terima kasih, Sooyoung." Sehun membuka ruangan miliknya. Ruangan itu tidak begitu mewah namun luas. Di dalamnya terdapat jendela besar yang menampilkan pemandangan pusat kota Seoul dari ketinggian lantai delapan.

"Dengan senang hati, Tuan. Kalau begitu permisi."

Sehun hanya mengangguk sambil melirik sekilas. Laki-laki itu tidak langsung duduk. Ia membuka jas yang dikenakan lalu meregangkan tubuh. Matanya memandang ke luar jendela di mana pagi ini seperti biasa Seoul ramai dipadati orang-orang yang memulai aktivitas. Sehun menarik napas dalam-dalam lalu menghelanya perlahan. Kemudian terdengar suara ketukan pintu.

"Masuk."

Sooyoung, kali ini dengan nampan berisi secangkir kopi di tangannya, masuk dengan senyum cerah. Dengan hati-hati ia menaruh cangkir kopi tersebut ke tempat dimana Sehun biasa letakkan.

"Terima kasih, Sooyoung. Tolong bacakan agenda hari ini." Perintah Sehun yang masih tidak beranjak dari tempatnya.

Sooyoung segera mengecek catatan yang ia siapkan di tabletnya. "Tidak ada agenda penting hari ini, Tuan. Hanya ada pengecekan buku-buku yang bermasalah, itu juga akan dilakukan pihak produksi. Oh iya, hari ini bagian departemen penerbitan merekrut seorang editor baru. Ia akan langsung ditempatkan sebagai copy editor menggantikan editor sebelumnya yang telah keluar."

Sehun mengangguk-angguk sembari mendudukkan diri di bangkunya. Ia menyesap kopinya sebentar. "Panggil pegawai baru tersebut jika ia sudah datang. Aku ingin melihat bagaimana dia dan CV-nya."

"Baik, Tuan Oh. Selamat bekerja. Saya permisi."

Sehun mengangguk. Kemudian ia menggulung kemejanya sampai ke lengan atas. Sambil meminum kopinya sedikit demi sedikit, ia memulai kerja dengan mengecek satu persatu berkas yang harus ia tanda tangani. Matanya melirik pada email yang baru saja masuk ke akunnya. Sehun menghela napas melihat siapa pengirim email tersebut.

Email itu dari Soojung, berisi topik yang menurut Sehun sama sekali tidak penting. Kali ini Soojung kembali mengungkit keluarga Roseanne–yang sekarang semakin dekat dengan Chanyeol. Soojung mengekspresikan kekhawatirannya mengenai hubungan kakaknya itu dan meminta Sehun membantu meyakinkan Chanyeol untuk berpikir ulang. Sehun membalas email itu tanpa meliriknya lagi. Ia tidak mengerti mengapa Soojung sampai meminta bantuannya seperti ini, tapi Sehun juga tidak menyangkal kalau ia setuju dengan Soojung. Sifat Chanyeol yang terlalu mudah dihasut membuatnya kerap dimanfaatkan oleh orang. Sebagai sahabat dekatnya, Sehun tentu tidak mau hal itu terjadi. Sangat wajar bila ia menduga Roseanne bisa jadi hanya memanfatkan kekayaan Chanyeol. Bukankah kebanyakan wanita seperti itu? Lagipula Sehun yakin Chanyeol hanya bermain-main seperti biasa dan tidak ada niat untuk serius. Sehun hafal sekali tabiat temannya itu. Dari sejak zaman mereka kuliah, Chanyeol hobi sekali berganti pacar. Ia bisa begitu tergila-gila pada satu wanita dan setelah putus, ia akan dengan mudah mencari pacar baru.

Lalu soal Roseanne. Sehun agak heran mengapa Soojung begitu tidak menyukai keluarga mereka. Padahal yang Sehun tahu, Soojung sendiri belum bertemu mereka secara langsung. Sehun tahu keluarga Roseanne memang bukan dari kalangan atas dan seperti yang Soojung katakan, kakak beradik Kim terkesan liar dan bebas, tidak seperti keluarganya dan keluarga Sehun. Sekarang Sehun menjadi semakin penasaran dengan keluarga Roseanne. Laki-laki itu berniat untuk mencari tahu terlebih dahulu lalu kemudian akan memutuskan apakah ia harus membantu membuat Chanyeol berubah pikiran atau tidak.

Meskipun Sehun akui, ia entah bagaimana merasa tertarik melihat adik dari Roseanne yang begitu cerdik menyampaikan tiap pendapat, sindiran, bahkan ejekannya. Dan matanya.. Sehun tidak dapat mendeskripsikan mengapa ia seolah ingin selalu mengunci tatapannya dengan mata wanita itu. Matanya selalu terlihat menyala dengan kesan menggoda. Tentu bukan menggoda dalam arti buruk. Bahkan sejujurnya, menurut Sehun, mata wanita itu begitu memikat.

Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan lagi. Kali ini tidak perlu menunggu jawaban dari sang penghuni ruangan karena pintu telah terbuka menampilkan Chanyeol dengan senyum selebar telinganya.

"Selamat pagi, Tuan Bos." Sapanya dengan girang.

Sehun mengernyit heran. "Kau terlihat girang sekali. Apa kau baru pulang dari bermalam dengan gadismu?" Tanya Sehun dengan perhatian kembali ke laptopnya.

"Oh, tidak, meski sejujurnya aku berharap itu benar. Kau ingin bertemu dengan si copy editor baru?"

"Tentu saja. Ia sudah datang?"

"Kenapa?"

Sehun semakin tidak mengerti. "Kenapa apanya?"

"Biasanya kau menyerahkan tugas seperti itu ke tim HR. Kenapa kau tertarik ingin bertemu dengannya?"

"Apa sih yang kau bicarakan? Kau lupa tahun lalu kita mendapat review buruk mengenai editing buku-buku fiksi? Aku tidak mau editor baru itu mengulangi kesalahan yang sama. Setidaknya aku hanya ingin melihat seperti apa ia dan bagaimana CV-nya."

Chanyeol terkekeh tidak jelas. Ia menepuk pundak Sehun yang langsung menghindar. "Santailah, Tuan Bos. Kau kelihatannya tegang sekali. Ia ada di luar, aku akan memanggilnya." Ucapnya, masih dengan tawa geli. Sebelum Sehun merespon, Chanyeol sudah keluar dari sana.

Dahi Sehun berkerut melihat tingkah laku manajernya itu pagi ini. Ia tahu Chanyeol memang selalu tampak ceria, tapi kali ini ekspresinya berbeda. Lalu pertanyaan anehnya itu. Apakah salah kalau ia ingin menemui bawahannya sendiri?

Terdapat ketukan lagi. Sehun menghela napas agak kasar. Ia berdiri dan menghampiri pintu untuk melihat apakah Chanyeol kembali hanya untuk iseng mengetuk ruangannya atau itu adalah sang editor yang–

Oh.

Sial.

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
-
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀terima kasih yang udah baca dan setia nungguin cerita ini <3⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Pride and PrejudiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang