Selamat Membaca...
.
.
.
Ruangan rawat inap yang cukup luas itu kini suasananya mulai terasa tegang.
Himawari yang sedari tadi tak bergeming dari sofa yang menjadi tempat duduknya telah menyiapkan telinga, hati, dan pikirannya untuk saat ini.
Seorang pemimpin Hyuuga yang merupakan kakeknya, akan mengungkapkan semua kebenaran yang sejak dahulu ingin Himawari ketahui.
Gadis SMP itu menunjukkan sisi kedewasaannya dengan gestur tubuh layaknya seorang putri kerajaan dan tatapan mata yang tajam menatap ke arah Hiashi. Himawari, benar-benar seorang Hyuuga.
Hiashi mengehela napasnya terlebih dahulu sembari menutup mata, sebelum mengatakan semua yang sudah lama ia sembunyikan dari Himawari. Biar bagaimanapun, Himawari tetaplah hanya seorang gadis SMP biasa. Mengungkapkan hal yang menyangkut kedua orang tuanya sekarang, sebenarnya kurang bijak. Namun, jika tidak disampaikan sekarang, maka cepat atau lambat Himawari akan melakukan pencariannya sendiri dan itu dapat membahayakan dirinya.
'Apa ini saat yang tepat untuk membeberkan semua hal tentang Naruto, Hinata, dan Boruto pada Himawari?' Batin Hiashi.
Hanabi dan Konohamaru yang memperhatikan dari seberang ruangan hanya dapat melihat Hiashi yang terlihat masih memiliki keraguan di dalam hatinya.
"Sepertinya, Tou-sama masih ragu." Bisik Konohamaru pada Hanabi.
Hanabi mengangguk samar, "Biar bagaimanapun, ini memang sulit bagi Tou-sama." Balas Hanabi dengan berbisik juga.
"Jii-chan."
Suara lembut itu tiba-tiba terdengar memamnggil Hiashi. Kakek tua itu membuka matanya, dan tampak sang cucu yang tersenyum lembut dan sudah berhenti menunjukkan raut wajah seriusnya.
"Tidak apa-apa. Aku sudah siap." Ujar Hinawari lembut.
Hiashi tertegun. Senyuman dan cara berujar lembut Himawari benar-benar mengingatkannya pada Hinata. Hatinya yang gundah dan ragu, kini mulai menghangat dan lebih tenang.
Hiashi tertawa bangga di dalam hatinya, "Baiklah kalau memang kau sudah siap." Ujar Hiashi.
"Jadi..."
○○○
"Kau tidak apa-apa, Sumire-chan?"
Setelah 20 menit pingsan, Sumire akhirnya sadar dan sekarang tengah terduduk lemas di sebuah sofa yang ia ketahui berada di dalam kediaman Ayame.
"Apa kau butuh sesuatu?" Tanya Ayame khawatir.
"Kalau boleh, aku minta segelas air." Jawab Sumire lemas.
Ayame mangangguk mengiyakan permintaan Sumire, lalu pergi ke menunggalkan Boruto dan Sumire di ruangan itu berdua untuk mengambil air.
"Apa kau sudah baikan, Sumire-chan?" Tanya Boruti khawatir.
"Hihihi, iya aku sudah baikan." Jawab Sumire.
"Apa kau sering pingsan seperti ini sebelumnya?" Tanya Boruto.
"Tidak. Aku jarang pingsan seperti ini." Ujar Sumire.
"Hmm... Apa itu karena Lucky Levelmu? Makanya kau jarang pingsan?" Tanya Boruto.
"Sepertinya begitu."
"Apa-apa jangan-jangan karena diriku kau..." Kalimat Boruto tergantung.
Sumire melihat Boruto yang tampak akan menyalahkan dirinya sendiri langsung mencoba menghilangkan pikiran negatif Boruto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Level
RandomDi Jepang, sebuah studi mengatakan bahwa seluruh manusia memiliki level keberuntungan yang berbeda-beda. Lucky Level adalah satuan pengukur tingkat keberuntungan seorang manusia yang terdiri dari 7 tingkatan. Mulai dari level 1 yang terendah, hingga...