Selamat Membaca...
.
.
.
"Sebenarnya aku ini..."
Semua orang yang berada di dekat Boruto menunggu jawaban dari Boruto, tak terkecuali Himawari.
"Sebenarnya aku ini..?" Beo Yuina, kakaknya, dan Himawari.
"..."
"..."
"..."
"Sebenarnya aku ini sudah telat!!!" Jawab Boruto.
Semua orang di sana sweet drop mendengar jawaban Boruto.
Boruto segera berdiri dan pamit untuk pergi lebih dulu dari tempat itu.
"Ji-san mau ke mana?" Tanya Yuina yang melihat Boruto yang tiba-tiba berdiri.
"Aku harus segera ke sekolah! Jika tidak, hukumanku akan lebih buruk lagi~" Ujar Boruto. "Kalau begitu, Norimaki-san.. Yui-chan.. Aku pergi dulu.." Pamit Boruto.
"Iya, hati-hati di jalan." Jawab Ehou dan Yuina bersamaan.
Boruto kemudian mengalihkan pandangannya ke Himawari. Di sana, tampak Himawari yang tengah memandangi Boruto dengan ekspresi bingung. Mungkin, dia bingung kenapa ditatap Boruto seperti sekarang.
"Ano.. Ada apa, Onii-chan?" Tanya Himawari.
Boruto tidak menjawab pertanyaan Himawari. Namun, Boruto justru melakukan sesuatu yang membuat Himawari terkejut. Boruto megulurkan tangannya pada Himawari, lalu mengelus lembut pucuk kepala Himawari.
Himawari hanya dapat terdiam dengan pipi yang merona, menahan rasa senang di hati karena akhirnya dapat diperlakukan layaknya seorang adik oleh Boruto.
Setelah beberapa saat, Boruto kembali menarik tangannya, "Jangan nakal..!" Ujar Boruto selayaknya seorang kakak yang memberi perintah agar sang adik tidak nakal saat ditinggal pergi.
Himawari mendongak pada Boruro, dan tampak wajah Boruto yang tengah tersenyum lembut padanya.
Himawari pun tersenyum senang dan mengangguk, "Aku tidak akan nakal, Onii-chan.." Ujar Himawari.
"Bagus. Kalau begitu, aku pergi dulu.." Pamit Boruto.
Boruto pun akhirnya keluar
dari restoran itu, dan terlihat pergi berlari menuju ke sekolahnya.♢♢♢♢
Sikat toilet itu tak henti-hentinya bergerak membersihkan kloset kotor. Boruto Uzumaki, pria dengan peruntungan terburuk itu sejak setengah jam yang lalu sudah berjibaku dengan sikat dan sabun untuk membersihkan toilet.
Ia sudah menduga kalau nasibnya akan berakhir seperti ini, yaitu terjebak di toilet; dipaksa membersihkan setiap inci kotoran di sana oleh guru BK. Padahal sedikit lagi ia bisa masuk ke kelas tanpa ketahuan terlambat, tapi sial baginya karena bertemu dengan kepala sekolah saat di persimpangan terakhir sebelum sampai ke kelasnya.
Boruto menggerutu di dalam hatinya. Ia tidak mengerti, kenapa dirinya selalu mendapatkan hukuman seperti ini. Sejak kelas satu hingga sekarang ia berada di kelas dua, selalu saja hukumannya seperti ini. Ia merasa bosan dengan hukuman ini. Dia bahkan lebih memilih berlari mengelilingi lapangan dibandingkan harus kembali membersihkan toilet seperti ini.
Ya, ampun. Kenapa Anko-sensei senang sekali menyuruhku membersihkan toilet? Memangnya tidak ada hukuman yang lain apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Level
RandomDi Jepang, sebuah studi mengatakan bahwa seluruh manusia memiliki level keberuntungan yang berbeda-beda. Lucky Level adalah satuan pengukur tingkat keberuntungan seorang manusia yang terdiri dari 7 tingkatan. Mulai dari level 1 yang terendah, hingga...