Dia Berbahaya! (Part 2)

185 23 7
                                    

~Lucky Level~

《Sumire's PoV》

Aku tertawa bersama Wasabi dan Namida, ketika mengingat kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu, saat Wasabi tertidur dan yang mengantarnya pulang adalah Denki-san yang kebetulan juga ada di tempat karaoke itu bersama temannya.

Wajah Wasabi terlihat memerah karena malu, dan semakin parah dengan Namida yang tanpa berhenti menggodanya. Mengingatkan gadis hijau itu tatapan tak percaya ibunya saat melihat Wasabi di antar pulang oleh putra salah satu orang terkaya di ibu kota.

Wasabi merengek, mencak-mencak di kursinya. "Sudahlah, aku sudah cukup malu mendengaf ceritamu!"

"Oh, Tuhan." Namida menepuk dahi, menghela napas, mengumpulkan napas untuk kembali menertawakan sahabatnya itu. "Aku tidak dapat melupakan wajah kikuk Denki-san dan wajah syok Ji-san dan Ba-san."

Namida kembali tertawa. Sempat terbatuk, tapi tak peduli dan terus menertawakan gadis tomboy di depanku ini.

Aku tertawa kecil, lucu melihat interaksi mereka berdua. "Sudahlah, Namida."

"Itu benar!" tambah Wasabi dengan wajah masamnya.

Namida menghentikan tawanya, tersenyum sembari mengangkat tangannya. "Hihi.. oke, baiklah."

Wasabi mendengus, membuang wajahnya dari kami. "Dasar."

Aku tersenyum kikuk. "Sudahlah, sudahlah. Bukankah bagus memiliki pacar seperti Denki-san, Wasabi?"

"Dia bukan pacarku!" sergah Wasabi.

Aku tidak bermaksud menggodanya, tapi sepertinya dia masih sensi. Ah, Namida hampir saja kembali tertawa penuh semangat.

"Dari pada itu, lebih baik kau menceritakan pada kami perkembangan hubunganmu dengan Zero-san!" Wasabi berujar ketus, menyerang balik diriku.

Aku tersentak, tidak menyangka kalau Boruto-kun akan masuk dalam topik. "Ah, tidak ada yang terjadi, kok. Kami masih berteman, itu saja."

"Teman tapi mesra, ya..." Wasabi bergumam pelan, hampir tidak dapat kudengar.

"Aku mendegarmu, lho, Wasabi." ujarku dengan lembut.

Wasabi tersenyum kikuk. "Maaf."

"Aku bersyukur kau hanya sekedar berteman dengannya, Sumire." ujar Namida.

"Kenapa memangnya?" Aku menoleh, menatapnya bingung. "Apa karena Lucky Level miliknya?"

Namida menggeleng pelan. "Bukan itu."

"Lalu?"

Sekali lagi, Namida menggeleng pelan. "Terlalu ramai di sini, aku tidak bisa memberitahumu. Sepulang sekolah mampirlah ke rumahku dan aku akan memberitahukannya secara jelas."

"Ha?" Aku semakin merasa bingung dan sekaligus was-was, perasaanku tidak cukup baik.

Aku menoleh menatap Wasabi, melihat apakah dia punya penjelasan, tapi hanya anggukan meyakinkan yang kudapat darinya. Pada kahirnya aku hanya dapat menghela napas dan mengangguk setuju untuk kembali membahas ini setelah pulang sekolah.

Lucky LevelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang