Matahari menoleh saat mendapati seseorang berlari ke arahnya dan menemukan Gemma disana dengan Bulan di belakangnya. "A-ah makasih, Gemma," balas Matahari tersenyum dan menurunkan gitar dari pundaknya.
"Penampilanmu tadi benar-benar bikin gua jadi ngerasa—"
"Kakak hebat banget asli! Aku sampai gabisa berkata-kata!" ujar Bulan memegang kedua tangan kakaknya. Gemma yang dipotong ucapannya langsung diam lantas mengangguk dan tersenyum.
Untungnya saja mereka sedang berada di balik panggung, dimana ruangan ini di khususkan bagi peserta, jadi tak ada keramaian yang mengikut campuri keadaan di balik panggung.
Peserta lain yang ikut mendengarkan suara Matahari dari balik panggung juga ikut mendekatinya dan memberikannya banyak kata-kata pujian serta dukungan. Banyak dari mereka yang tak percaya, bahkan ada juga yang meminta maaf—Zaren—karena pada awalnya ia benar-benar meragukan keahlian Matahari. Namun lihatlah sekarang, ia justru mengharumkan nama kelasnya dan benar-benar mengangkat nama kelasnya itu di sisi tertinggi. Ketika ia yang meremehkan saja tak dapat sambutan cukup meriah saat menampilkan KiEn, justru yang ia remehkan mendapat sambutan luar biasa dari seisi sekolah.
Matahari hanya membalas ucapan dan pujian mereka dengan terima kasih serta tersenyum, membuat Bulan semakin terpojokkan karena merasa tak lagi spesial dibalik kerumunan yang mengerubungi Matahari untuk memberikan selamat.
Lomba dilanjutkan lagi, dua puluh orang selanjutnya sama-sama memberi penampilan yang cukup berkesan bagi tujuh juri lomba bernyanyi. Semuanya bagus, membuat Matahari yang tengah duduk di samping Bulan risau, tentang apakah nantinya ia menang, atau tidak. Ia benar-benar negative thinking sekarang.
Tiga jam berlalu begitu cepat, kini sudah waktunya jam istirahat sembari menunggu pengumuman siapa yang akan menang nantinya. Matahari dan Bulan duduk di balik panggung sembari menyantap mie ayamnya. Gemma dan peserta yang lain juga tetap stay disana, tidak boleh kemana-mana sampai pengumuman terakhir, agar tidak sulit dalam menghubunginya.
Setelah mie-nya habis, Matahari langsung mengelap bibirnya menggunakan selembar tisu dan menegak minuman di atas meja. Tangannya meraih mangkok tersebut, hendak berdiri untuk mengembalikannya ke kantin.
"Kemarikan."
Matahari menoleh, dihadapannya kini berdiri Gemma dengan bibir celemotannya. "Pfftt." —Matahari menutup mulut, menahan tertawa— "b-bibirmu, hahaha!" Tawa nya lepas, dengan spontan ia menaruh kembali mangkoknya dan mengelap bibir Gemma yang penuh dengan bercak bekas makan itu menggunakan tisu.
"Kau makan seperti anak kecil saja," ucap Matahari sembari membuang tisu itu ke tempat sampah, sedangkan kini Gemma berdiri kaku dengan tangan yang gemetaran. Apa tadi itu? Ah sial, batin Gemma dengan pipi yang mulai mendidih seperti kepiting rebus.
"Oh ya, maksudmu kemarikan tadi itu apa?"
"S-sekalian saja aku bawakan mangkokmu, aku juga ingin mengembalikan mangkokku ke kantin."
"Yaudah nih," —Matahari menyerahkan mangkok kosongnya— "terima kasih, ya!"
Bulan yang sedari tadi memperhatikan drama tersebut lantas mengetukkan sendoknya ke mangkok yang sudah kosong juga.
"D-duh ... perutku sakit nih. Kak Gemma! Tolong bawain mangkokku juga dong!"
Gemma langsung membalikkan badannya ke arah Bulan, "Berat, kau bawa sendiri saja ya, Bulan."
Dengan lirikan malas, ia menghembuskan nafas kasar. Diraihnya mangkoknya itu sambil berdiri lantas mengehentakkan kaki kesal.
Matahari yang memperhatikan tingkah laku adiknya yang aneh tersebut langsung menawari, "Sakit perut kan? Sini kakak aja yang bawain," ucap Matahari berdiri dan meraih mangkok di tangan Bulan. Bulan mengangguk, "Iya, nih kakak bawain aja ya."
Matahari langsung berjalan menuju keluar dari balik panggung, Bulan yang memperhatikan itu lantas tersenyum pahit, Kenapa sih kak Gemma over banget ke kak Matahari, kan aku yang lebih sempurna bahkan selalu di sampingnya, batinnya kesal.
Beberapa kemudian, Gemma kembali menuju balik panggung, bersamaan dengan Matahari di sampingnya. Nampak jelas mereka mengobrol sambil bersenda gurau, membuat pikiran Bulan tambah panas. "Eh udah balik. Cie ... berduaan nih," ujar Bulan to the point sembari menatap mereka berdua dengan senyuman.
"Kakak kamu asik banget, hahaha! Parah, masa tadi dia hampit kesandung deket kantin."
"Ih! Jangan dibahas lagi, Gem! Malu!!!"
"HAHAHA!"
Keduanya duduk di kursi dekat Bulan sambil melanjutkan tawa dan obrolan usil bersama.
"Oh ... kakak kesandung ya, ha-ha-ha," ucap Bulan dengan tawa sewot penuh penekanan. Meskipun sangat menunjukkan bahwa ia sedang tidak enak moodnya, kedua orang di depannya ini nampak tak peduli dan melanjutkan obrolan santai mereka.
Bulan hanya menghembuskan nafas pasrah, kepalanya ia selundupkan dibalik kedua telapak tangan sembari berharap waktu akan segera mengakhiri 'kemesraan' keduanya.
"Perhatian. Seluruh siswa diharapkan kembali masuk ke dalam lapangan, karena sekarang adalah waktunya .... Pengumuman kejuaraan!"
©AksaraTemu
: Nyanyi yuk :< bosen banget,
coba lanjutin lirik yang aku kasih yaa !Now played ▶️
CELENGAN RINDU - fiersa besari
—readers ver.—Dan tunggulah ku di ...
Memecahkan celengan ... ku
Berboncengan dengan ...
Mengelilingi ...
Menikmati ... perlahan menghilang
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan menekan ⭐ dan comment 💬ya ! Terima kasih.
salam hangat, Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE
Teen Fiction(Yuk follow sebelum baca!✨) 15-12-2020 : ini adalah karya yang saya buat untuk diikutkan dalam challenge #40dayswith5p. Yuk baca! dan jangan lupa tinggalkan vote dan comment! ^^ ✨✨✨ Matahari dan Bulan adalah kembar tak identik yang takdirnya berband...