06. Toko Buku

113 103 17
                                    

"Keren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keren ...." Satu kata tersebut kini mewakili mata Matahari yang tengah berbinar-binar.

Di layar hp papanya kini terpampang foto sekolah menengah atas dengan bangunan yang cukup mewah. Bangunan tersebut memiliki dua lantai dengan cukup banyak tanaman di halaman depannya. Lapangannya cukup besar, ditambah dengan ring basket di kanan dan kirinya.

Namun, yang paling membuat Matahari berkesan adalah di bagian atap bangunan tersebut terpampang patung berbentuk cakar, dengan dibawahnya tertulis besar Cakar Elang. Cat sekolahnya pun cukup elegan, warna abu-abu berpadu putih dengan goresan warna coklat abstrak di tiap penyangga dindingnya. Bagian kanan lapangan, terdapat kolam ikan berbentuk lingkaran disertain taman kecil disampingnya.

"Kayak kantor ya, pa!" ucap Bulan tiba-tiba menyela dan ikut memperhatikan layar hp papanya.

"Bukan kantor, Lan. Ini namanya SMA Cakar Elang. Nanti kalian akan bersekolah disini," ucap Aldebaran seraya mematikan hp nya. "Gimana? Kalian mau kan?"

"MAU!" ucap kembar tersebut kompak.

"Nah sekarang, kalian siap-siap deh," ucap Lina berdiri, merapikan celananya yang tadi sempat terturun.

"Memangnya mau kemana?" tanya Bulan menoleh.

"Ya beli peralatan sekolah dong, niat sekolah ga kalian?"

"Lah ... emang buku tulis sama pulpen kemarin ga cukup?"

Lina langsung menepuk dahinya pelan, anak-anak ini terlalu polos.

"Kalian kan harus beli tas, buku mata pelajaran, dan masih banyak lagi," ujar Lina seraya memakai outernya.

Dengan tatapan penuh tanda tanya, Matahari dan Bulan ikut berdiri dan bersiap-siap untuk jalan membeli peralatan sekolah.

"Eh Lin, kita ga perlu ikut. Biarin mereka berdua jalan sendiri, biar mandiri," celetuk Aldebaran menoleh ke arah istrinya.

"Yakin? Emang Matahari sama Bulan bisa?" Kedua anak yang ditanya tersebut langsung mengangguk dengan polosnya, karena mereka belum tau betapa bingung rasanya saat jalan berdua di antara hingar bingar kota yang baru pertama kali mereka kunjungi.

"Yakin?" tanya Lina yang terakhir kali sembari menatap kedua anaknya tajam. "Iya ma, santai aja lah, kan kita udah besar. Ya kan, Lan?" ucap Matahari nyengir.

"Iya, kak. Kita bisa kok ma!"

"Ya udah, mama pesenin kalian taksi online ya. Nanti kalau udah mau pulang telfon mama lagi biar mama pesenin." Lina meraih hp nya.

"Siap ma!" balas keduanya beranjak dari tempat duduknya untuk mengganti pakaian.

Tidak lupa Lina mendata barang-barang yang akan anaknya beli di toko tersebut dan mengirimkannya ke hp Matahari dan Bulan. Walaupun ada perasaan khawatir, Lina tetap mengizinkan mereka berdua jalan sendiri menuju ke toko tersebut.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang