"Good morning, honey."
Jaemin mengerjap pelan. Menyesuaikan diri dengan silau cahaya mentari yang menembus masuk ke dalam kamarnya. Bisa ia rasakan Jeno mengusak pucuk kepalanya lembut. "Mm, morning Jeno."
Jeno hanya menerima dengan senang hati saat Jaemin beringsut. Mendekat padanya untuk mendapatkan sebuah pelukan hangat, seperti biasanya. Kegiatan favorit Jeno di pagi hari.
"Bagaimana mimpimu semalam, hm?" Yang lebih tua mengecup sayang kening yang lebih muda.
"Aku tidak mimpi apa-apa, padahal aku berharap bisa bertemu denganmu juga saat aku tertidur." Jaemin cemberut. Membuat Jeno tidak tahan untuk tidak mencubit pipi gembil itu gemas. Siapa juga yang tidak gemas melihatnya?
"Berhenti bersikap terlalu menggemaskan, Lee Jaemin."
"Kalau aku tidak mau?" Jaemin menjulurkan lidahnya, meledek.
"Kalau kau tidak mau, aku akan menggigit pipimu itu dasar anak nakal."
Tapi gigi Jeno bukannya mendarat di pipi Jaemin sesuai perkataannya, malahan bersarang di hidung mungilnya. Si manis memberontak sambil tertawa. "Aaa, lepass. Ahaha, lepaskan hidungku Jeno."
Beberapa detik setelahnya tawa itu tiba-tiba berhenti.
"Kau baik-baik saja?" Jeno menatap Jaemin khawatir. Matanya membulat, menyadari dada yang lebih muda tampak naik-turun dengan cepat dan seperti kesusahan menghirup oksigen.
"Tahan sebentar."
Jeno meraba laci nakas teratas di samping tempat tidurnya. Tangannya gemetar, takut sesuatu yang salah terjadi pada kesayangannya itu. "Ah, ketemu."
Dengan cepat Jeno melesat ke dapur kemudian kembali lagi dalam sekejap dengan segelas air putih. Ia membantu Jaemin menelan obatnya.
"Sudah merasa lebih baik?" Tanya Jeno. Jaemin balas mengangguk lemah. "Terima kasih," jawabnya sambil tersenyum kecil.
"Maafkan aku...."
Jeno merundukkan kepalanya, merasa bersalah. "Harusnya aku tidak berlebihan tadi."
"Bukan salahmu, tubuhku saja yang terlalu lemah."
Dari balik poni yang menutupi wajah tampan Jeno ketika ia merunduk, Jaemin tahu suaminya itu tengah menatapnya tajam. Lantas pasti Jeno akan berkata-
"Jangan pernah berpikir begitu, Jaemin."
Dan suasananya mendadak berubah canggung. Ini sudah sering terjadi dengan berbagai situasi yang berbeda. Jadi Jaemin sudah paham betul.
Mereka hanya bertukar pandang dalam diam. Berbicara lewat kontak mata yang hanya mereka yang tahu apa pesannya.
Jaemin lelah.
Sedangkan Jeno selalu berusaha menyemangati laki-laki manis itu agar tidak menyerah. Mendorongnya tetap berjuang hingga suatu saat keajaiban datang, yang mana Jaemin tahu hal itu mustahil terjadi. Ia tidak lagi berharap pada apapun.
"Jeno."
Yang dipanggil menoleh. "Ada apa?"
Jaemin menggigit bibir bawahnya sebentar. Melawan keraguan yang hinggap. Ia tahu Jeno kemungkinan besar akan menolak, tapi tidak ada salahnya mencoba.
Jaemin ingin merasakan udara bebas, setidaknya sebelum ia pergi.
"Bawa aku ke Sungai Han."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You [NOMIN]
FanfictionSetelah bertemu dengan Jaemin, ia adalah segalanya bagi Jeno. Bahkan jika maut memisahkan, Jaemin tetaplah dunianya berpijak. --> JENO x JAEMIN [BxB] [Angst] [Fluff] Rate: 13+ Status: ON GOING - YOUR VOTE ARE MATTER TO ME - Highest rank: #4 in Johnd...