"Sampai kapan kau akan minum?" Mark menatap Jeno jengah. Sudah botol soju keempat, tapi sepertinya pria itu belum mau berhenti.
"Diam."
Jeno mulai meneguk botol kelimanya tanpa gelas. "Jangan berisik. Kau mengganggu acara minumku."
Mark mendecak. "Bagaimana aku bisa diam saja dan tidak berisik saat melihatmu seperti orang tidak waras begini?" Ucapnya jengkel.
"Ayo, Jeno...." Nada bicara Mark perlahan melembut. "Kita pulang."
Jeno meremat erat botol di tangannya. Di kepalanya, apa yang dikatakan oleh dokter beberapa waktu lalu masih terus terngiang-ngiang.
"Kondisinya memang sudah lebih baik dan mungkin sebentar lagi pasien akan segera sadar. Tapi ... mohon maaf sekali Tuan Lee, sel kankernya sudah mulai menyebar. Persenan hidupnya hanya sedikit."
Apa-apaan? Jaemin bahkan sudah rutin melakukan terapi dan bahkan pernah dioperasi ... Jadi kenapa?
Jeno menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Rasanya air matanya sudah ingin menetes keluar. Akan sangat memalukan jika sampai ia menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Mark.
"Tidak bisakah aku yang ada di posisinya?" Gumam Jeno. "Tidak bisakah aku saja yang menggantikannya? Jaemin sudah banyak menderita."
Mark mengusap punggung Jeno dengan lembut. "Melampiaskan kekesalanmu dengan mabuk tidak akan menyelesaikan segalanya."
"Lalu apa yang harus kulakukan? Ayo katakan!" Jeno menarik kerah pakaian Mark.
Mark bisa melihat kilatan putus asa di mata Jeno dalam jarak sedekat itu. Ada kesedihan yang mendalam dan rasa tidak ingin kehilangan di sana.
"Ini semua gara-gara pria berambut pink itu! Ini semua gara-gara dia...." Cengkeraman Jeno mulai melemah dan akhirnya lepas. Berganti dengan kepalan yang amat kuat.
"Renjun maksudmu?"
Ekspresi Jeno berubah bingung. "Namanya Renjun?"
Mark menunjukkan foto lelaki cantik berambut merah muda yang ia dapat dari Haechan di ponselnya. "Ini kan orangnya?"
"Bagaimana-"
"Aku mendapatkannya dari Haechan. Dia bilang dia menemukannya di sosial media," potong Mark cepat. Ia menyimpan ponselnya lagi.
"Sekarang tidak ada gunanya menyalahkan orang lain. Kau mungkin tidak salah, tapi kenyataannya kau adalah salah satu penyebab Jaemin terbaring saat ini. Dia shock karena melihatmu berciuman dengan pria lain."
"Dicium," Jeno meralat ucapan Mark. "Aku tidak sempat menghindar karena pergerakannya yang tiba-tiba dan langsung mendorongnya detik itu juga."
"Ck, terserahlah."
Jeno memikirkan perkataan Mark untuk sesaat. Ia benar, kini tidak berguna menyalahkan orang lain.
Jeno lantas menghela napasnya dalam. Sepertinya akan ada kesalahpahaman yang harus ia luruskan ketika Jaemin sadar nanti.
"Aku akan pulang sendiri."
Mark mengangguk. Ia memastikan Jeno masuk ke mobilnya dan tidak terlihat lagi saat mobil itu mulai melaju.
Jeno tidak mabuk.
Untungnya ia peminum yang kuat, jadi Mark membiarkannya menyetir sendiri.
Jeno melirik fotonya dan Jaemin yang dibingkai di atas dashboard. Foto yang diambil di pantai sambil berpose romantis dengan memakai kaca mata hitam.
Jeno tersenyum mengingatnya. "Kuharap kita bisa ke sana lagi suatu hari nanti...."
Drttt drtt drttt
Ponsel Jeno tiba-tiba bergetar. Jeno bisa melihat Haechan meneleponnya dari nama yang terpampang jelas di layar.
"Hm, kenapa?"
"Jaemin sudah bangun!"
Menutup teleponnya, tanpa basa-basi pria dominan itu langsung menancap gas. Membelah jalanan dengan kecepatan tinggi dan mengabaikan suara-suara klakson dari para pengemudi lain. Tujuannya hanya satu: Rumah sakit.
Tapi sebelum itu Jeno lebih dulu pulang ke rumahnya untuk membersihkan diri, baru setelahnya pergi ke tujuan utama. Tidak mungkin kan ia datang ke tempat orang-orang sedang dirawat dengan bau alkohol yang sangat menyengat?
Jeno berlari tunggang langgang ke ruang rawat inap VVIP sesuai instruksi Haechan dengan nomor kamar yang sudah lelaki manis itu kirimkan lewat chat. Jaemin sudah diperbolehkan keluar dari ruang ICU.
Dan sesampainya di kamar Jaemin, hal yang pertama kali Jeno tangkap adalah para tenaga medis yang baru saja mengundurkan diri. Jeno mengedarkan pandangannya ke bangsal di mana matanya langsung bertemu dengan mata bulat istrinya itu. "Jaemin...."
Jaemin tersenyum lembut menyambutnya. "Hei, hubby...."
"....Apa kau merindukanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You [NOMIN]
FanfictionSetelah bertemu dengan Jaemin, ia adalah segalanya bagi Jeno. Bahkan jika maut memisahkan, Jaemin tetaplah dunianya berpijak. --> JENO x JAEMIN [BxB] [Angst] [Fluff] Rate: 13+ Status: ON GOING - YOUR VOTE ARE MATTER TO ME - Highest rank: #4 in Johnd...