"4"

2.8K 291 5
                                    

Siangnya kedua pasangan itu berangkat. Dan selama di perjalanan, si manis tidak henti-hentinya tersenyum lebar. Sesekali bernyanyi-nyanyi kecil mengekspresikan kegembiraannya. Membuat Jeno yang sedang menyetir tidak bisa tidak ikut tersenyum. Ternyata Jaemin sesenang itu.

Karena hari ini sepertinya adalah hari yang istimewa bagi Jaemin dan Jeno tahu itu, jadi yang lebih tua mengalah. Membuang ego dan keposesifannya jauh-jauh. Ia hanya menurut saja ketika tadi Jaemin kembali masuk ke dalam kamar dan memilihkan seragam yang serupa dengan miliknya tapi dengan model yang lebih maskulin. Mereka akhirnya mengenakan pakaian couple.

Dan kini, Jeno dan Jaemin telah tiba di Taman Yeouido Hangang. Berjalan pelan menikmati pemandangan bunga-bunga berguguran sambil berpegangan tangan erat menyalurkan kehangatan pada satu sama lain.

"Apa kau puas sekarang?" Tanya laki-laki tampan itu sambil memandang lembut istrinya.

Jaemin mengangguk sebagai jawaban. Lalu mendekat pada Jeno dan mengecup sekilas bibirnya tanda terima kasih.

"Sangat, tapi terlalu cepat bagimu untuk menanyakan hal itu." Jaemin terkekeh kecil. "Masih banyak yang harus kita lakukan," ucapnya. Ia memberi jarak lagi di antara mereka.

Tapi Jeno tidak peduli. Yang ia pedulikan saat ini adalah-

Kenapa ciumannya begitu singkat?

"Hei, berterima kasihlah yang benar Lee Jaemin. Aku tidak menerima kecupan." Jeno mendengus kesal.

Kemudian terdengar suara tawa lagi. Sudah berapa banyak Jaemin tertawa dan tersenyum hari ini?

"Oh, begitu ...," Jaemin menjeda kalimatnya. "... memangnya yang seperti apa yang kau terima? Coba beritahu aku," goda laki-laki manis itu setelahnya. Ia tidak sadar saja sudah membangunkan singa yang tertidur.

"Kau menantangku, honey?"

Jeno menyeringai. Dalam sekejap menarik tengkuk yang lebih muda dan memejamkan matanya.

Cup!

Kali ini tautan bibir mereka berlangsung cukup lama. Tapi Jaemin tidak menolak. Ia sengaja memancing Jeno tadi, iseng. Rindu sekali rasanya melihat sisi suaminya yang agresif seperti ini.

Di pinggiran taman yang sepi, Jeno mencium Jaemin dengan lembut. Menyesap bergantian bibir atas dan bawah si manis.

Tanpa nafsu.

Hanya ciuman sebagai bentuk kasih sayang. Menyebabkan gelenyar aneh timbul dalam dada Jaemin dan membuatnya merasa damai. Ia selalu suka sensasi ini.

Kehabisan stok udara, laki-laki manis itu mendorong tubuh Jeno. Kemudian menghirup napas dalam-dalam saat akhirnya bibir semerah cerinya terbebas. "Huh.... Sekarang kita impas."

"Tapi tunggu dulu."

Jaemin mendongak. Menatap yang lebih tua. "Kita belum melakukan semua yang ada di list keinginanku," lanjutnya dengan ekspresi murung.

"Apa ciuman barusan termasuk ke dalam list-mu itu, hm? Kau sengaja kan?" Jeno mencubit pipi gembil Jaemin gemas. Yang dibalas dengan anggukan.

"Tentu saja, kita tidak bisa melewatkan hal romantis ini. Tapi aku mau kau yang menciumku duluan, hehe," ucap si manis, polos.

Ya ampun, kenapa sosok di hadapan Jeno itu sangat lugu dan menggemaskan? Punya budi apa dirinya di masa lalu hingga bisa mendapatkan Jaemin?

"So what more do you want?" Jeno tersenyum. Menampilkan eye smile menawan favorit Jaemin. "I will do anything for you, anything."

Laki-laki manis itu diam. Mengetuk dagunya, ia tampak sedang berpikir. Banyak hal yang terlintas di kepala kecilnya. Tetapi sayangnya, Jaemin bingung harus melakukan yang mana. Hingga sesaat kemudian mata bulatnya menangkap sepasang kekasih yang bersepeda tidak jauh dari sana.

Sepertinya bukan ide yang buruk.

"Ayo kita keliling sambil bersepeda!"

Me After You [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang