"17"

1.5K 182 12
                                    

Don't forget to vote & comment

.
.
.
.
.

--{MAY}--

"Menungguku, honey?" Bisik Jeno, tepat di telinga Jaemin.

Tapi lelaki manis itu menggeleng sebagai jawaban. "Aku tidak menunggumu."

"Bohong," ucap Jeno sambil terkekeh.

"Aku memang tidak menunggumu." Jaemin berbalik, menyebabkan pelukan mereka terlepas. Matanya kini menatap lurus iris kelam suaminya. "Aku merindukanmu."

Jeno lantas tersenyum. Ia mengusak gemas pucuk kepala Jaemin. "Sudah puas bersama daddy-mu, hm?" Tanyanya. Pria dengan eyes smile itu lalu menarik pelan pinggang Jaemin untuk berada lebih dekat dengannya, tidak boleh ada jarak.

Jaemin hanya membiarkan Jeno melakukan sesukanya. Kepalanya lalu mengangguk-angguk kecil, "Hum, aku puas~~~"

"Sekarang aku mau bersamamu, Jeno. Kau tidak boleh kemana-mana, pokoknya tidak boleh!"

"Memangnya kemarin siapa yang mengacuhkanku?" Balas yang lebih tua.

Jaemin menunduk sambil memainkan jemarinya, merasa bersalah. Bibirnya juga melengkung ke bawah dengan bola mata mulai berkaca-kaca.

Oh, astaga. Jeno langsung menggigit bibir bawahnya, berusaha mati-matian untuk menahan rasa gemas ingin memakan kelinci lucu di hadapannya. Niatnya ia ingin memberi Jaemin sedikit pelajaran, tapi kenapa rasanya seperti dirinya yang sedang diuji sekarang?

"Itu, anu, Jen.... Aku, hiks-"

Jaemin berhambur ke pelukan Jeno. Memeluk tubuh kekar itu erat dan menyembunyikan wajah di dadanya. Jeno sempat sedikit terkejut, tapi ia kemudian dengan sigap mengusap punggung milik lelaki mungil dalam dekapannya dan mengecup bertubi-tubi pucuk kepala si manis saat Jeno merasa Jaemin mulai menangis. "Hei, sudah."

"Jangan menangis lagi atau aku akan menciummu, sayang?" Jeno mengangkat dagu Jaemin. Mengusap lembut lelehan air mata yang membasahi pipinya dengan ibu jari, lalu mencium bergantian kedua kelopak mata yang lebih muda.

Jaemin mendengus malas. "Cium tinggal cium saja, apa susahnya?"

"Jangan menantangku, Jaemin."

"Siapa yang menantangmu?"

"Ah, sudahlah," ucap Jeno pasrah. "Daripada bertengkar, aku punya sesuatu untukmu."

"Apa itu?" Jaemin memperhatikan Jeno yang meraba-raba isi tas kantornya. Pria itu seperti mengambil sesuatu yang cukup kecil, kemudian menyembunyikannya di belakang badannya.

"Aish, kenapa disembunyikan? Aku mau lihat~~"

"Ssttt.... Tutup dulu matamu," perintah Jeno.

Dan seperti anak kecil yang patuh, Jaemin menurutinya. Lelaki manis itu menutup matanya. Tidak tahu kalau Jeno sedang membisikkan sesuatu ke benda kecil yang tadi tidak langsung ia perlihatkan pada Jaemin.

Jeno lalu berjalan mendekati hospital bed. Kembali menjatuhkan bokongnya di hadapan Jaemin. Tangannya menyodorkan hadiah untuk si manis tepat di depan wajahnya. "Kau boleh membuka matamu sekarang, sayang," ucapnya sambil tersenyum.

Arah pandang Jaemin langsung terfokus pada dua buah teddy bear mungil yang Jeno pegang. Satu berwarna cokelat tua dan satunya lagi cokelat lebih muda.

Jaemin ingin meraih teddy bear berwarna cokelat tua, tapi Jeno menarik boneka itu menjauh dan malah menyodorkan yang satunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin ingin meraih teddy bear berwarna cokelat tua, tapi Jeno menarik boneka itu menjauh dan malah menyodorkan yang satunya. "Untukmu yang ini, warnanya lebih manis seperti dirimu."

Untungnya, Jaemin tidak terlalu mempermasalahkannya. Ia mengambil saja apa yang Jeno beri. Tanpa sengaja jemarinya menekan cukup kuat tangan kiri beruang itu hingga berbunyi.

"I'm not perfect. I'll annoy you and say stupid things. But, I promise you....

I'll love you more than anyone else in the world."

Me After You [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang