Prologue

614 36 1
                                    

Tiada kata yang lebih indah dari kata 'khitbah' yang kau ucapkan kepada waliku.

Khitbah. Seorang pemuda tengah dilanda kegugupan. Seketika udara terasa sangat dingin dan keringat bercucuran, mengingat dirinya akan mengkhitbah seorang gadis yang berhasil memenuhi pikirannya beberapa hari ke belakang.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucapnya.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab seorang pria paruh baya yang memakai jubah berwarna putih serta sorban di kepalanya.

Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, lalu berucap, "Saya mau mengkhitbah putri anda." Tanpa basa-basi, dia mengucapkan tujuan utama untuk datang ke tempat itu.

"Apa yang membuatmu yakin ingin mengkhitbah putri saya?"

"Saya tidak memandang fisik atau apapun, hanya akhlaklah yang utama."

"Keputusan saya tergantung keputusan putri saya," balas pria itu.

Keluarlah seorang gadis yang sangat cantik, wajahnya bersinar layaknya rembulan di malam hari. Dia menundukkan kepalanya bermaksud menjaga pandangan.

"Bagaimana, Ning Diba?"

Dia adalah Adiba Syakila Dinata. Putri Kiai As'ad pemilik Pesantren Ar-Roudhah yang bertempat di Kota Malang. Adiba mengangguk malu-malu, kemudian dia menatap sekilas wajah pria yang meminangnya. Kini statusnya menjadi makhtubah, telah terikat.

"Alhamdulillah, jaga diri baik-baik, ya! Ingat batasan sebelum menikah, Ning Diba, Nak Atha!" kata Kiai As'ad.

Pemuda itu adalah Atha Hafizh Al-Farezi. Salah satu Gus Pesantren Ar-Roudhah yang kebetulan anak dari sahabat Kiai As'ad. Atha mengenal Adiba melalui perantara Gus Hisyam Oktariansyah-kakak Adiba. Namun, setelah berjumpa pada pandangan pertama, pikirannya selalu terpaku pada gadis itu.

"Ana akan memberimu mahar surah Ar-Rahman untukmu, Adiba jamilah," ujar Atha.

NB : Jamilah= Cantik

Ar-Rahman Untukmu, Zaujati (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang