Don't you?

1.7K 95 0
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀
.

Langkah Cici berhenti tepat di depan pintu kamar mandi. Ia menunduk lagi, ah dia tidak bawa pakaian ganti, mana ia tahu kalau mereka akan bermalam di mansion milik lelaki itu.

Ia tadinya berkeinginan untuk langsung tidur saja, tetapi badannya terasa lepek oleh keringat, mau tak mau ia harus mandi. Mungkin saja kan, rasa stressnya juga ikut mengalir bersama air yang jatuh.

Memikirkannya ia jadi tak sabar untuk berada dibawah air mengalir, membersihkan tubuhnya yang kotor

Tetapi yang lebih penting sekarang adalah baju ganti yang akan ia gunakan.

Ia pun menoleh melihat Grace berselonjoran kaki disofa sedang menonton dengan serius.

Menatap lekat lelaki itu ternyata telah memakai kaos putih lengan pendek dipadu dengan celana selutut berwarna krem. Rambut panjang Grace yang masih basah kini dia ikat. Lagi-lagi Cici terpesona melihat penampilan lelaki itu sekarang.

Ia kemudian berdecak malas, kenapa ia harus bersama lelaki itu sekarang, karena tidak ingin mepermasalahkan sesuatu yang sudah terjadi dan berlangsung sekarang, Cici pun hanya menatap sinis lelaki itu. Hingga tatapan mereka saling bertabrakan.

Dari kajauhan dapat Cici lihat jelas kalau lelaki itu sedang bingung. Dasar licik.

"Baju ganti, buat aku Grace, gak usah pura-pura deh pasang wajah bingung kek gitu. Aku cape tau." Teriak kecil Nauna karena posisi mereka berada pada jarak yang jauh

Grace yang berharap bisa menjahili Cici, pupus sudah. Ia juga mengerti Perempuan itu sedang dalam kondisi mood yang buruk, karena ia telah memaksa perempuan itu kesini dan bermalam di mansion-nya malam ini.

Ia pun dengan cepat melangkah ke kamar utama satu-satunya di mansion ini, lalu kembali dengan membawa baju kaos, dan boxer milik lelaki itu, serta beberapa daleman perempuan. Lalu memberinya pada Cici.

Yang membuat alis Cici bertaut adalah beberapa daleman perempuan yang dibawa Grace. "Kamu, kok-,"

"Punya sepupu perempuan saya, semoga aja cocok," potong Grace cepat. Cici yang kurang percaya menatap iris mata lelaki tersebut, mencari kebohongan di dalamnya tetapi ia tidak menemukannya. Sepertinya lelaki ini tidak berbohong, dengan cepat ia pun mengambil beberapa helai kain di tangan Grace lalu masuk ke kamar mandi.

Grace tampak tertawa pelan kemudian berteriak, "panggil saya kalau dalemannya gak cocok, atau sekalian aja gak pake ya Ci."

"DIAM GRACEEE!" teriak Cici dari dalam kamar mandi.

"Si bajingan itu," guman Cici sambil beberapa kali mengumpat Grace dalam hati.

Setelah mengumpat, perlahan-lahan iris mata Cici bergerak mengedarkan seluruh penglihatannya di kamar mandi, yang melebihi ukuran kamar mandinya. Jika kamar mandinya hanya terisi shower dan closet, nah kamar mandi ini sudah terisi cermin, wastafel, meja penyimpanan handuk beserta sabun dan shampoo.

Belum puas, kini kepalanya berkeliling melihat-lihat, ternyata ada shower dan bath tub nya juga dan ukurannya sangat besar, seperti fasilitas kamar mandi hotel bintang 5, tapi kemungkinan kamar mandi ini lebih luas dibanding hotel bintang 5. Melihat ada bath tub sepertinya, ia harus mencoba berendam diri disitu.

Cici beberapa kali berdecak kagum dengan pandangan yang tak biasa baginya. Beberapa kali menganga lalu memegang kaca marmer yang terasa mahal menurutnya.

Bilang aja Cici kampungan, tetapi pandangan yang ia lihat sekarang benar-benar membuatnya ternganga lebar, sungguh kagum. Ini masih Kamar mandinya, bagaimana dengan kamar tidurnya? Ruang tamu-nya saja seluas itu. Waaaaw.

Ia jadi terheran-heran seberapa kaya Grace sebenarnya. Ia tak tahu tentang para pembisnis, karena ia sibuk mengurusi gigi-gigi manusia. Ia tak punya waktu untuk mengurusi hal lainnya.

Menggelengkan kepala, dan menampar kecil dirinya. Kenapa ia harus repot-repot memikirkan kekayaan lelaki itu, sadar Ci dia bajingan dan kamu benci laki-laki. Laki itu sama aja, semaunya sendiri. Seperti Grace, si pemaksa.

Tapi kamu mau-mau juga tuh.

Diammmm!!! Dia sudah gila. Sudah gila oke. Seperti ada yang berbisik di kepalanya.

Menghela napas pelan, berharap pikirannya jernih kembali, ia pun bergegas untuk mandi.

Cklik

Suara pengait bra mengisi kesunyian di dalam kamar mandi yang luas ini.

Tampak Cici tersenyum puas di depan cermin memerhatikan pantulan dirinya yang hanya memakai underwear dan bra. Sepertinya ukurannya pas dengan daleman sepupu Grace walaupun ia satu tingkat lebih besar. Tapi dilihat dari manapun ukurannya pas-pas juga.

Tetapi ada yang aneh, seperti rambutnya tertarik oleh sesuatu. Ia pun mengendikkan bahunya tidak peduli, toh mungkin cuma perasaannya saja.

"Aww." Ringis Cici ketika ia menundukkan kepalanya untuk mengambil baju kaos. Sakit, rambutnya sakit. Oh my bagaimana ini? Ia pun membalikkan tubuhnya, melihat tampilan punggung dari jarak dekat, ingin melihat yang terjadi pada rambutnya.

"Kenapa ini?" Gumamnya sambil berusaha menggapai rambutnya, yang sepertinya tersangkut oleh sesuatu.

Shit. Rambutnya tersangkut di pengait bra-nya. Ia berusaha menggapai rambutnya untuk melepasnya, tetapi seberapa usaha ia menggapai rambutnya maka secara bersamaan rasa nyeri itu timbul.

Ia berusaha meliukkan tubuhnya memanjangkan tangannya tetapi nihil, malah rasa sakit di rambutnya malah menjadi-jadi.

Cici meringis kesakitan. Sakit, rambutnya sakit! Kenapa peristiwa ini terjadi lagi padanya, setelah sekian lama? Apalagi di mansion Grace!

Ya sebelumnya Cici sudah pernah mengalami hal ini, tetapi dengan cepat ia menghampiri mamanya. Saat itu, ia sambil menangis dan setengah telanjang, memunggungi sang mamah. Ia pun dimarahi oleh sang mamah lalu mengomel 'makanya kalau mau pake bra, rambutnya harus diangkat dulu. Kamu kebiasaan.' Ditambah dengan tamparan di punggung telanjang Cici membuat Cici kesakitan kala itu.

Haah, dia merindukan mamah-nya tiba-tiba. Sebutir air mata jatuh mengaliri pipinya. Ia ingat kembali ia belum minta maaf sama mamah-nya. Ia pun terisak sambil berdiri.

Haha, sepertinya dia tidak dibiarkan untuk menangis, karena rasa nyeri dikulit kepalanya bertambah. Sial.

Apakah ia harus minta tolong pada Grace? Karena hanya mereka berdua yang ada di mansion ini. Jadi mau tak mau ia harus meminta pertolongan pada lelaki itu.

Tetapi mengingat kejahilan lelaki itu padanya tadi, sepertinya ia harus mengurungkannya. Dipikir-pikir lagi yakali masa ia hanya berdiri mematung, disini dalam kamar mandi sampai menjelang pagi? Ia juga butuh istirahat, dia capek, dia lelah, mana lagi dia mau pekerjaannya di klinik masih numpuk. Memikirkan dirinya besok akan pulang rasanya ia enggan akan pulang besok. Bisakah ia beristirahat lagi selama seminggu?

Ia pun menunduk, tetapi ia menjerit kesakitan seperti tersengat listrik.

Menghela napas panjang, bodo amat deh. Dia mau cepat istirahat.

"GRACEEEEEE." Teriak Cici dalam kamar mandi.

Membenci lelaki: 49%
.

VOMENT-nya Zeyenk.

Baby with meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang