Jangan lupa teken bintangnya 👀
Hai 🙂
Jadi aku unpublish bab kemarin, karena part itu gaje sangat 😌.Aku baca ulang. Sambil mikirin terus, sepertinya part ini keknya agak tidak ngefeel deh.
Mikir lagi mikir lagi. Astaga seharusnya tuh Ghalil gak digituin. Aku sayang sama karakter Ghalil, soalnya dia karakter pertama yang aku buat. 😭
Jadi aku ubah sebagian, ubah keseluruhan malah. Aku harus ubah supaya Ghalil dapat bagiannya yang adil. Masa Grace melulu sih. Nanti Gracenya keenakan lagi 🙈
Oke sekian. Itu curhatan hati saya dari kemarin. Maaf kalau part kemarin itu kurang bagus. Padahal aku berharap supaya part kemarin itu bisa nemenin malam minggu kalian.
Oke sekian.
Salam cinta dari yuntaeXoxo 💋
Selamat membaca...
.
.Termenung dengan menelungkupkan kepala di atas lipatan tangan, Cici menghembuskan napas yang panjang. Merasakan dirinya kembali bermasalah, tak tahu apa yang harus ia perbuat kali ini. Hanyut dalam dimensi lain. Suara ramai dalam Cafe pun terabaikan olehnya.
Mengangkat perlahan kepalanya untuk menyesap jusnya sedikit untuk menjernihkan pikirannya.
Perasaan saya asli sama kamu.
Ucapan Ghalil kembali terngiang di kepalanya. Detak jantungnya kembali, berdetak pelan. Sedetik kemudian ia memundurkan sedikit kepalanya. Mengepalkan tangannya yang berada diatas meja.
Memejamkan mata, ketika bayang-bayang wajah sendu Ghalil menghampirinya.
Kembali membuka mata. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Ghalil yang menyatakan perasaannya, apa yang harus ia lakukan dengan itu? Kenapa ia mengatakan 'beri aku waktu' saat itu. Kenapa tidak ia tolak saat itu saat jelas-jelas perasaannya ada untuk Grace?
Mendengus pelan. Ia menoleh pada kaca jendela disampingnya, memerhatikan penampilannya yang hanya berbalutkan hoodie pink, celana olahraga hitam, serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Matanya bergerak menelusuri wajahnya yang masih saja pucat sejak kemarin walau telah ia beri riasan tipis.
"Satu pesanan kentang goreng sudah ya kak."
Cici terperanjat mendengar suara dari salah satu pelayan cafe. Menoleh sembari mengangguk menanggapi pelayan tersebut. Cici hanya memperhatikan pelayan itu pergi meninggalkan mejanya.
Cici kembali menerawang ingatan tentang Ghalil yang mengutarakan perasaannya. Saat itu ia hanya memutuskan untuk pulang saja karena melihat kondisi yang mulai canggung.
Tertawa pelan ketika mengingat ia pulang dengan kondisi lesu, bosan di klinik dan berakhir ditempat ini. Cafe yang terletak di RSGM, untuk menjernihkan pikirannya.
Menyendiri di meja ini dan berlama-lama, sangat bagus untuk menenangkan pikirannya yang membelundak. Pandanganya ia edarkan di sekeliling Cafe yang sangat oriental dengan warna coklat hitam. Hingga matanya jatuh pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul 11. Tak heran kalau orang-orang di cafe ini mulai berkurang.
Mengusap wajahnya kasar lalu menyandarkan punggungnya. Kenapa ia sampai memikirkan perasaan Ghalil hingga begini? Ia juga tak tahu mengapa, yang jelas Ghalil teman baiknya saat masih bersekolah. Tetapi ia sungguh tak tahu kalau sejak dulu Ghalil menyimpan perasaan padanya.
Dadanya mulai sesak, memikirkannya. Ia sungguh tak tahu apa yang akan ia perbuat sekarang. Bagaimana jika Ghalil menagih jawabannya? Ia tak sanggup kalau menolak lelaki lembut itu yang notabenenya adalah teman baiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby with me
RomanceAku Cisandra, akrab dipanggi Cici. Umurku 25 tahun, dan bekerja sebagai Dokter Gigi Spesialis Anak. Diriku perempuan lajang yang tidak ingin sama sekali menikah, karena membenci laki-laki, tapi aku masih menikmati boyband korea. Aku ditawarkan oleh...