Jangan lupa teken bintangnya 👀
.Utang karena gak up pas hari minggu 🙂.
Sampai jumpa lagi, malam minggu ini. Gak bisa double up lagi 😭. Tapii doain deh semoga bisa double up lagi pas malam sabtu dan minggu 🥺.
______________
Cici mengayunkan tangan mengetuk pintu rumahnya. Tiga kali mengetuk, usai itu melipat kedua tangan didada, menunggu mamahnya membuka pintu.
Tadinya ia ingin nyelonong masuk, tetapi Cici ingin melihat wajah mamahnya yang menyambut dirinya di depan pintu. Katakanlah dia lebay, karena merindukan mamahnya, yabg terhalang oleh sifat gengsi dan malu. Tetapi ini sudah 1 bulan berlalu semenjak ia bertengkar dengan mamahnya. Dirinya amat sangat bersalah, sekarang apa? Ia dapat karma dan akhirnya jatuh dalam pesona Grace.
Tadinya sangat membenci, hingga timbullah pertengkaran dengan mamahnya sebab lelaki itu. Tak menyangka dengan apa yang menimpa setelahnya, ia pun membuat keputusan agar menuruti kemauan hati dan janin dalam kandungannya.
Berkat saran dari Yayah, hidupnya akhir-akhir ini damai. Tidak damai juga. Ghalil faktor dari setengah hidup damainya terbuyarkan. Menyalahkan dirinya terus-menerus sedari tadi, lebih baik mengesampingkan hal itu dulu.
Nantilah...bisa berbicara baik-baik dengan Ghalil adalah keputusan yang bijak. Tidak seperti tadi, lari dari sifat tak tegaan itulah yang menurutnya cukup mengganggu.
Menghela napas pelan. Merasa bosan, kepalanya berputar, memandang halaman rumah yang dipenuhi bunga kembang. Matanya terpaku pada langit berwarna kelabu. Sadar waktu sore sebentar lagi berakhir. Ia pun kembali mengetuk, kini ketukannya lebih keras, hingga kulit tangannya perih.
Tak lama kemudian pintu terbuka. Mamahnya berada diambang pintu dengan ekspresi terkejut, sedang Cici menatap mamahnya cengiran khas.
Saat itu juga mamahnya maju dan pukulan telak dilabuhkan pada lengan Cici sambil berteriak, "Kamu yaaa, mamah pikirnya peminta sumbangan. Kenapa gak langsung masuk aja." Tak sempat berlindung diri, Cici Mengaduh kesakitan, "mamah sakit tau." Keluhnya.
Mamahnya bertolak pinggang, "pikirmu, kamu apa!. Gak kabarin, gak nelpon, ngetuk kek apa saja. Kamu pikir ini rumah orang lain!" Omelnya.
"Yaampun mah, bukannya anaknya dipeluk, malah disakitin begini sih." Ungkap Cici.
Menatap sinis Cici, "Mau dipeluk apa kamu? Di peluk sama pukulan mama nih?" Tanya mamahnya, menaikkan kepalan tangan, memajukannya tepat di wajah Cici.
"Mamahhh," rengek Cici. Bibir Cici berkerut, "mamah tega yaa, yang janji Cici puding siapa? Mamah kan." Katanya.
Tak tega melihat sang anak diluar. Mamahnya menghela napas, mengalah. "Yaudah masuk." Cici tersenyum senang, sedetik kemudian tubuhnya telah berpindah melewati mamahnya.
Geleng-geleng kepala, "puding kamu ada di kulkas." Ujar mamahnya, memberitahu. Menutup pintu pelan, dengan langkah pelan ia menyusul anaknya di belakang.
Menyimpan semua barang bawaannya diruang tamu dan segera menuju ke dapur. Matanya berbinar-binar kala melihat makanan kenyal mengkilat itu tengah berada di meja makanan, seakan-akan menggodanya, sekilat mungkin ia mengambil sepiring puding. Mengambil posisi duduk senyaman mungkin, memulai suapan pertama dengan reaksi yang berlebihan. Dengab mulut penuh ia berkata, "Puding coklat mamah memang yang terbaik."
Cici menjerit nikmat ketika suapan kedua masuk kembali ke rongga mulutnya. Menutup mata, lebih menghayati aktifitas mengunyahnya. Tekstur lembut itu terasa memenuhi mulutnya.
"Enak?" Tanya mamahnya, muncul dari ambang pintu dapur.
Berhenti sejenak untuk menatap mamahnya, mengangguk penuh, "Banget mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby with me
RomanceAku Cisandra, akrab dipanggi Cici. Umurku 25 tahun, dan bekerja sebagai Dokter Gigi Spesialis Anak. Diriku perempuan lajang yang tidak ingin sama sekali menikah, karena membenci laki-laki, tapi aku masih menikmati boyband korea. Aku ditawarkan oleh...