Jangan lupa teken bintangnya👀
Maaf kalau ada typo yaaa hehe
Selamat membaca.
.Part sebelumnya di mother and house.
Sesaat kegiatannya terhenti ketika mendengar suara ribut dari ruang tamu, tampak terdengar seseorang yang lagi bercerita satu sama lain.
Menegang ditempat. Apakah mamahnya sudah pulang? Cici pun mematung ditempat sembari menajamkan pendengarannya.
———————————
"Aduh jeng silahkan masuk." Samar-samar Cici mendengar suara mamahnya.
Sial. Apakah mamahnya beneran sudah pulang? Gila aja, dia belum siap ketemu sama mamanya. Apa yang harus ia lakukan. Sembunyi? Tapi sembunyi dimana?
"Ah iya jeng." Ujar suara lainnya, yang sangat mendayu. Cici tebak adalah teman mamahnya.
Masih dalam keadaan bingung dan kaget, ia pun mengepalkan tangannya karena merasa cemas, lalu melirik ke pintu. Seketika otaknya blank tak dapat berpikir.
"Saya pergi ke kamar mandi dulu ya jeng, silahkan duduk dulu."
Tahu persis kalau mamahnya akan berjalan kemari, sebab kamar mandi tepat berada di depan kamarnya. Mengedarkan seluruh pandangan mengelilingi kamar yang menyala. Mamahnya bakal curiga kalau kamarnya tiba-tiba menyala.
Ingin mematikan lampu, tiba-tiba saja Kakinya terpaku di lantai, tak bisa bergerak. Wajahnya mengkerut secara tiba-tiba ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke kamarnya, membuat jantungnya berpacu kencang.
Tunggu apakah perlu mengunci pintunya dulu? Ya mana sempat bego! Langkah mamah makin deket! Membatin dan merutuki kebodohannya berkali-kali.
Reflek ia menegakkan punggung dan mengambil tasnya yang telah terisi beberapa underwear. Oke tenang dia harus kemana sekarang? Pokoknya ia harus sembunyi dulu.
Ketika langkah kaki mulai lebih mendekat Cici makin kalang kabut, ia tak tahu mau sembunyi dimana. Lemari? Cici kemudian menjerit dalam hati, kenapa tidak terpikirkan tadi. Apakah ia buta kalau lemarinya terpajang besar-besar disini. Sial.
Baru saja ingin memasukkan tubuhnya. Terlambat. Ketika suara kaki melangkah telah hilang dan tergantikan suara pintu kamarnya yang terbuka, ia pun menghentikan aksinya dan reflek menoleh pada pintu.
Beberapa kali ia merutuki kesialannya, kalau begini, apa boleh buat!
Cengiran khas Cici seolah-olah menunjukkan rasa bersalah pada mamanya yang datang, namun perlahan-lahan matanya membulat ketika tahu siapa yang ada di pintu kamarnya sambil bertanya-tanya dalam hati mengapa lelaki itu ada disini?
Seketika hening...
Iris mata keduanya bertemu satu sama lain membuat jantungnya lebih bersemangat memompa darah di dadanya.
Keduanya bungkam, sanking kagetnya. Hanya kesunyian yang mengelilingi mereka.
Kenapa lelaki itu ada di rumahnya?
Cici mengedipkan matanya berkali-kali tanpa melepaskan pandangan dari lelaki dihadapannya yang sama-sama terdiam mematung.
Mengapa dari sekian pertemuan, ia harus berhadapan dengan dia disaat berpakaian norak seperti ini?
Ia berusaha masih tetap tersadar. Sesekali mencubit kecil dirinya, berharap ini bukan mimpi.
Mengapa dia baru muncul sekarang? Ketika ia berusaha untuk bertemu tetapi terhalangi terus oleh sesuatu, mengapa baru sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby with me
RomanceAku Cisandra, akrab dipanggi Cici. Umurku 25 tahun, dan bekerja sebagai Dokter Gigi Spesialis Anak. Diriku perempuan lajang yang tidak ingin sama sekali menikah, karena membenci laki-laki, tapi aku masih menikmati boyband korea. Aku ditawarkan oleh...