"Aku punya rahasia. Jika kau mengetahuinya, aku yakin kau pasti akan menyesal."
.
.
.
.
.Di kedai coklat, Xia Hui dan Sungchan sedang duduk bersama. Selepas pulang sekolah memang sungguh nikmat untuk menyeruput secangkir coklat.
"Kau sering kemari?" Xia Hui membuka obrolan.
"Ini pertama kalinya. Katanya ada diskon, jadi aku mengajakmu kemari." Sungchan mulai menyeruput coklat panasnya.
"By the way, aku ajak Saeron kemari, boleh?" tanya Xia Hui sedikit ragu.
"Kenapa tanya padaku? Tak apa, tak masalah." jawab Sungchan santai.
Xia Hui mulai mengetikkan pesan LINE. Sebelumnya, ia sempat bertukar kontak LINE dengan Saeron. Tak lama, Xia Hui mendapat balasan bahwa Saeron setuju untuk datang.
Matahari tak begitu terang saat bersinar. Sungchan menyeruput coklatnya lagi.
Xia Hui menatap ke luar jendela. Ia melihat Will dan gengnya sedang berjalan melewati kedai.
"Bukankah itu seragam sekolah kita? Dia siswa SIHS, kah?" ucap Xia Hui polos. Rupanya dia belum mengenal William dan gengnya.
Sungchan langsung menoleh ke arah yang dimaksud Xia Hui. Saat mengetahui siapa yang berjalan di luar sana, ia segera bersembunyi di bawah meja.
"Xia Hui, menunduk lah. Kau harus bersembunyi." bisik Sungchan.
Xia Hui yang polos hanya menurut saja. Ia berjongkok di bawah meja bersama Sungchan. Matanya mulai memandangi wajah Sungchan yang cerah.
"Kenapa?" Xia Hui bertanya.
Sungchan masih dengan sedikit paniknya. Ia ingin mengecek ke luar jendela tapi posisinya sungguh tak memungkinkan.
Mata mereka berdua kini mulai bertemu. Xia Hui menatap Sungchan sedikit ragu. Matanya sesekali berkedip dengan kencang.
Mata Sungchan menatap dalam wajah Xia Hui. Ia baru menyadari bahwa gadis penyuka musim dingin itu memiliki kulit yang seputih salju.
Mungkin dapat terlihat jelas bahwa wajah mereka semakin lama semakin memerah ― seperti buah cherry.
"Ehm."
Suara seseorang membuyarkan pandangan mereka. Seorang gadis dengan seragam yang sama seperti mereka berdiri tepat di depan meja.
Saeron, baru saja tiba di kedai coklat. Matanya melihat dua manusia di depannya sedikit ada perasaan cemburu. Pasalnya, Saeron menyukai Sungchan dari waktu yang lama.
"Saeron-ah. Kau sudah datang?" Sungchan sedikit canggung. Ia segera bangkit yang kemudian disusul Xia Hui.
"Baru saja. Kalian sedang apa?" Saeron mencoba menutupi rasa cemburunya.
"Hai." Xia Hui tersenyum canggung.
"Tadi kami bersembunyi dari Will." Sungchan menjawab jujur.
Mereka bertiga duduk di meja yang sama. Setelah Saeron memesan coklat, ia ikut berbincang-bincang dengan Xia Hui dan Sungchan.
...
Di toko arloji, Chenle sedang melihat-lihat. Ia ingin membeli jam tangan dengan mode terbaru. Chenle selalu update dengan perkembangan zaman.
Setelah membayar jam tangan yang telah dipesan, Chenle melihat Rosè berlari yang tak tahu kemana arah tujuannya. Ia segera menyusul Rosè. Lagi-lagi Chenle bertemu Rosè dalam keadaan si gadis itu sedang berlari.
Cukup jauh dari toko arloji, Rosè memasuki kamar mandi umum yang cukup sepi. Di jarak yang cukup dekat, Chenle setia menunggu Rosè di luar.
Lima belas menit berlalu.
Rosè yang baru saja keluar dari kamar mandi umum terkejut mendapati Chenle tengah berdiri di sebelah tiang listrik. Ia seperti tak tahu harus bersikap bagaimana. Pasalnya, ia telah berganti pakaian layaknya wanita kantoran.
"Rosè, ada apa dengan tampilan mu?"
Rosè yang tak tahu harus menjawab apa hanya pergi begitu saja. Chenle mencoba mengikutinya.
"Jangan mengikuti ku!" ucap Rosè tegas.
"Kau mau kemana dengan tampilan seperti itu?" Chenle mulai penasaran.
"Kau akan menyesal jika mengikuti ku." suaranya mulai lirih.
"Aku memaksa!" Kali ini Chenle berucap tegas.
"Terserah kau saja." Rosè kembali berjalan dengan langkah yang berat.
Perasaannya tak karuan. Tak tahu harus bagaimana karena Chenle terus memaksa untuk mengikutinya.
Tak terlalu jauh, mereka sampai di sebuah tempat yang dipenuhi banyak ibu-ibu. Mereka berjalan bersama anak-anak mereka dan berencana untuk pulang.
Chenle mencoba membaca plang pada bagian atas bangunan.
SEOUL KINDERGARTEN SCHOOL
Chenle masih berjalan mengikuti langkah Rosè. Perlahan, mereka memasuki gedung taman kanak-kanak itu.
Seorang wanita yang mungkin berusia tiga puluh tahun menggendong batita perempuan. Ia memberikan batita itu pada Rosè.
"Besok datang lagi, ya." Wanita tersebut melambaikan tangannya pada gadis cilik dengan rambut yang tipis.
Rosè berjalan pulang. Chenle terus memandangi bayi cilik itu yang usianya hampir menginjak dua tahun. Wajahnya manis sekali. Sesekali, bayi itu memandangi Chenle. Ia mulai tersenyum.
"Adikmu lucu sekali, Rosè." Chenle mencoba memberikan hiburan pada bayi itu.
"Dia anakku." ucap Rosè tak bersemangat.
Chenle menghentikan langkahnya setelah mendengar pernyataan Rosè. Ia terpatung di tempat dimana ia berdiri.
To be continue~
Bonus! (lagi)
»»oOo««
Don't forget to vote and comment, if you like it.
Thank you (감사합니다) 🌈🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Past to Present || [Jung Sungchan]
Ficção Adolescente"Seandainya waktu itu aku mengejarnya lebih awal, pasti hal itu tak akan terjadi." Jung Sungchan - seorang pria yang selalu terjebak oleh masa lalunya. Rasa bersalah dan penyesalannya selalu menyelimuti. Segala usaha untuk mengobati itu semua tak me...