10. Ketulusan

123 29 49
                                    

WARNING!!!● Di chapter ini terdapat penggambaran yang cukup tabu bagi sebagian orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WARNING!!!
● Di chapter ini terdapat penggambaran yang cukup tabu bagi sebagian orang. Diharapkan kalian bisa membaca dan meresponnya dengan bijak. Terima kasih 😊

❆❆❆

"Rasa sakit selalu terselip di dalam kata cinta. Jika memang tulus, kau pasti bisa melewati itu semua."
.
.
.
.
.

Siang itu, hujan turun mengguyur SIHS bersamaan dengan suara gemuruh petir. Kilatannya terkadang menampakkan diri.

Pria bermarga Jung itu terus memandangi sahabatnya yang tengah menatap kosong keluar jendela kelas sambil duduk membelakangi. Ekspresinya sangat tidak bahagia.

Ini sudah hari ketiga Sungchan memperhatikan Chenle tampak murung dan tak bersemangat.

"Aku yakin Chenle ada sesuatu yang tak bisa ia katakan." Rupanya Jeno juga memperhatikan. Sungchan mengangguk setuju.

Kesedihan yang sedang menimpa Chenle mulai menular pada dua bujang yang sedang memperhatikannya. Hanya melihat ekspresinya saja, Jeno dan Sungchan merasa berada di situasi yang sama seperti Chenle.

Sungchan tak berani menanyakan tentang alasan dibalik murungnya Chenle. Ia hanya bisa menunggu sahabatnya itu untuk mengutarakannya terlebih dahulu.

Kemarin Sungchan mendapat pesan LINE dari Nyonya Zhong ― Mama Chenle. Beliau juga merasa khawatir dengan anak keduanya itu. Pasalnya, Chenle sudah tak bersuara akhir-akhir ini.

"Chenle." panggil Sungchan lirih.

Tak ada jawaban.

"Chenle."

"Zhong Chenle."

Chenle masih tak bergerak.

Ia sudah tak bisa menunggu Chenle untuk bergerak duluan. Perlahan Sungchan mendekat. Pria berambut coklat itu mencoba menepuk pelan bahu sahabatnya. Ia terkejut saat melihat wajah Chenle. Rupanya, air matanya sudah menetes deras seperti turunnya hujan saat itu.

Chenle mulai menundukkan kepala. Suara tangisnya mulai terdengar. Untung saja, saat itu sedang kelas kosong. Banyak siswa yang menghabiskan waktu kosongnya di luar kelas, jadi Chenle tidak menjadi pusat perhatian oleh teman-teman kelasnya.

Sungchan mulai memeluk tubuh yang sedang menundukkan kepalanya itu. Ia menepuk pelan pundaknya. Perasaannya mulai semakin sedih.

Jeno yang tadinya duduk di bangkunya mulai mengelus kepala sahabat China nya itu.

❆❆❆

Kelas telah berakhir. Sungchan melihat Rosè berlari cukup kencang di koridor. Ia berfikir, kesedihan Chenle pasti ada kaitannya dengan Rosè.

[✔] Past to Present || [Jung Sungchan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang