05. Jangan Jatuh Cinta

226 43 78
                                    

"Hey, jangan jatuh cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hey, jangan jatuh cinta. Kau akan terluka."
.
.
.
.
.

Di ruang klub, Sungchan duduk sendiri di dekat lemari pendingin. Ia sudah memberitahu anggota klubnya tentang perpindahan ruangan — juga pada para alumni. Terkadang, para alumni U-Dance datang ke ruang klub untuk bertemu member lainnya.

KRIET!

Suara pintu klub dibuka. Chenle memasuki ruangan dengan membawa beberapa yoghurt. Ia meletakkannya ke dalam lemari pendingin.

"Banyak sekali." ucap Sungchan.

"Persediaan." Chenle mengedipkan matanya.

"Idih."

"Harusnya kau berterima kasih. Walaupun bukan anggota klub, aku terkadang menyediakan beberapa makanan dan minuman di ruangan ini." Chenle menata yoghurt.

By the way, Chenle lebih sering mengunjungi ruang klub U-Dance ketimbang ruang klubnya. Menurutnya, ruang klub paduan suara terlalu formal dan tak bisa sesantai U-Dance.

"Jeno semalam menginap di rumahmu?" tanya Chenle.

"Iya. Dia tak berani pulang. Hyeong-nya akan mengomelinya nanti." Sungchan membalas.

Tadi malam, Chenle dan Yangyang pulang setelah makan malam di rumah Sungchan. Chenle tak ingin membuat Mamanya khawatir, Yangyang ada jam asrama.

Tok! Tok!

Suara pintu klub di ketuk. Seorang siswi memasuki ruangan. Ia membawa sebotol minum dan satu kotak makan — lengkap dengan sumpitnya.

"Rosè?" Chenle terkejut.

"Bagaimana kau tau ruangan baru kami?" tanya Sungchan bingung.

"Haechan yang memberitahuku." jawab Rosè enteng.

Rosèanne Park, atau lebih akrabnya dipanggil Rosè. Dia anak kelas 12-1, kelas unggulan di SIHS. Dia siswi tercerdas di angkatannya.

Rosè mantan anggota U-Dance. Sewaktu kelas 10, dia aktif di klub. Tapi setelah kembali dari cutinya karena sakit, dia memutuskan untuk keluar dari klub.

Ia cuti dalam waktu yang lama. Beberapa bulan, ia pulang ke Australia untuk melakukan pengobatannya. Setelah pulih, ia kembali bersekolah. Hebatnya, dia mampu mengejar pelajaran yang tertinggal.

"Kau bertanya pada Haechan hanya untuk makan siang di klub?" Sungchan tersenyum getir.

Rosè hanya mengangguk.

"Jangan begitu, aku senang menyambutnya." Chenle tersenyum.

Sungchan hanya tersenyum datar. Ia tahu, dari pertengahan kelas 10 Chenle menyukai Rosè.

Rosè juga tahu bahwa Chenle menyukainya. Tapi, dia mencoba untuk bersikap biasa saja. Sebetulnya, sudah mencoba untuk menghindar karena merasa tak nyaman. Tapi Chenle semakin mendekat.

KRIET!

Pintu ruang klub terbuka lagi. Kali ini, Mark Lee — siswa kelas 12-3 memasuki ruangan. Dia adalah kakak Jeno. Mark berdiri tak jauh dari pintu.

"Jeno disini?" tanya Mark. Wajahnya setengah khawatir juga setengah marah.

"Tidak." Chenle dan Sungchan menjawab bersamaan. Kepala mereka menggeleng serempak.

"Ok." Mark berlari keluar ruangan.

"Ya! Tutup pintunya!" Sungchan memprotes. Sayangnya, Mark sudah pergi.

Beberapa menit berlalu, Jeno datang. Wajahnya sudah tak selebam semalam.

"Wajahmu!" Rosè terkejut melihat wajah lebam Jeno.

"Sudahlah, sunbae. Aku tak ingin dengar omongan apa-apa lagi. Aku baru saja dari ruang guru. Wali kelas memarahiku." ucap Jeno bosan.

"Apa kau akan memperhatikanku juga jika terluka seperti Jeno?" Chenle tiba-tiba bertanya pada Rosè.

Rosè mengabaikannya. Dia melanjutkan menyantap makan siangnya.

"Chenle! Sudah ku katakan berapa kali?! Jangan jatuh cinta. Kau akan terluka nantinya." Jeno membuka lemari pendingin.

Rosè menghentikan makan siangnya. Dia mematung setelah mendengar ucapan Jeno.

"Aku menyukai Rosè. Itu urusanku." Chenle menjulurkan lidahnya.

"Urus saja urusanmu. Tadi Mark hyeong mencari mu. Bersiaplah mendapatkan 'cinta' dari kakakmu." Chenle terkekeh.

"Ah, sial! Dia pasti akan mengomeli ku. Semalam aku tak pulang." Jeno mengacak-acak rambutnya.

...

Waktu sudah mulai sore. Sungchan datang ke perpustakaan sendirian. Dia mau mengembalikan komik yang beberapa waktu lalu dipinjamnya.

Seperti biasa, perpustakaan ramai yang kebanyakan diisi oleh kelas 12. Dari meja penjaga perpus, Sungchan melihat Xia Hui berdiri di antara rak-rak buku.

Dilihat secara detail, Sungchan menyadari bahwa Xia Hui seperti murid-murid normal lainnya. Tak ada yang aneh. Sungchan merasa bersalah sudah berpikiran aneh tentangnya.

Rupanya, Xia Hui sadar bahwa Sungchan sedang melihat ke arahnya. Dia tersenyum ramah. Perlahan, dia jalan mendekat.

"Sungchan-ssi. Annyeong." sapa Xia Hui tersenyum.

"Oh, annyeong." Sungchan gugup.

Sebentar. Sungchan merasa aneh lagi dengan Xia Hui.

"Kenapa kau menggunakan bahasa formal? Kau bisa santai saja denganku. Kita seangkatan kan." Sungchan heran.

"Ah, benar. Sorry, mungkin karena aku murid luar negeri." Xia Hui tertawa kecil. Sesekali ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

To be continue~

»»oOo««

Don't forget to vote and comment, if you like it.
Thank you (감사합니다) 🌈🌈

[✔] Past to Present || [Jung Sungchan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang