"Seandainya waktu itu aku mengejarnya lebih awal, pasti hal itu tak akan terjadi."
Jung Sungchan - seorang pria yang selalu terjebak oleh masa lalunya. Rasa bersalah dan penyesalannya selalu menyelimuti. Segala usaha untuk mengobati itu semua tak me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hanya pria pengecut yang berani melukai fisik seorang wanita." . . . . .
Di kantin sekolah, para bujang sedang menyantap makan siang mereka. Suasana kantin cukup ramai seperti biasanya.
Kali ini, Rosè dan Xia Hui ikut bergabung. Cukup senang perasaan gadis pirang asal Australia itu saat dirinya bisa makan di kantin sekolah lagi. Selama mengurus Jasmine, ia selalu membawa bekal yang ia siapkan sendiri untuk menghemat pengeluarannya.
"Ini pertama kalinya aku melihatmu makan di kantin, sunbae." Yangyang membuka obrolan.
Rosè tersenyum senang.
Sepasang kekasih dibalik hiruk pikuknya suasana kantin, terlihat sangat asyik sekali menikmati mini kencan mereka. Sungchan memberikan sesumpit kimbap pada mulut Xia Hui. Tanpa rasa bersalah, mereka tetap melanjutkannya.
"Apa kalian harus melakukan itu di depan kami?!" Chenle memprotes.
"Jika kau iri, lakukan saja dengan kekasihmu." Sungchan masih sibuk menyuapi kekasihnya itu.
Rosè dan para bujang yang lain menampilkan ekspresi sebal mereka bersamaan. Sepasang kekasih yang sedang saling menyuapi satu sama lain itu tertawa melihat teman-temannya.
"Mungkin ini pengganti kencannya yang batal malam itu."
Chenle menceritakan kejadian di malam yang terang saat Sungchan datang ke rumahnya dalam kondisi basah kuyub. Malam itu, pria bermarga Jung itu sempat menceritakan tentang kencannya yang berakhir sial setelah membasuh badannya pada Chenle.
"Sudah begitu, Jasmine tiba-tiba buang air kecil di kaki Sungchan." jelas Chenle di akhir cerita.
"Jasmine? Siapa Jasmine?" Xia Hui bertanya polos.
Semua terdiam. Selain Rosè dan para bujang, hanya Xia Hui dan Saeron saja di lingkup pertemanan mereka yang tak mengetahui hal itu.
"Dia adik Chenle." jawab Jeno santai. Sebenarnya dia mencoba untuk santai.
"Oh, begitu. Sungguh sial memang Sungchan malam itu." Xia Hui tertawa lepas. Yang lain hanya tertawa canggung.
Jeno ingin memesan es teh. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri tempat pemesanan.
Brak!
Jeno tersungkur setelah seorang gadis menabrakkan diri padanya. Mereka berdua sudah tergeletak di lantai.
Kim Saeron ― gadis yang baru saja menabrakkan dirinya terlihat sangat ketakutan sekali karena baru saja di dorong oleh Will.
Semua mata di kantin terfokus pada apa yang baru saja terjadi.
"Kim Saeron!" Xia Hui memekik.
Beberapa saat yang lalu saat Saeron mengambil kuah sup, ia tak sengaja menumpahkan kuahnya di lengan seragam milik Will. Kebetulan, pria berdarah campuran Inggris-Korea itu antri di belakang Saeron.