Setelah berlama-lama di cafe, tidak terasa waktu malam pun tiba. Kini mereka berdua dalam perjalanan menuju bandara. Selama perjalanan itu pula hanya ada keheningan. Berkali-kali Hansel menoleh kearah perempuan di sampingnya yang hanya terdiam, larut dalam pikirannya.
Hampir 20 menit akhirnya mereka sampai. Hansel memarkirkan mobil Audrina di parkiran dan mengambil kopernya dibantu Audrina. Sepanjang jalan dari parkiran ke depan pintu masuk keberangkatan pun, mereka hanya terdiam. Hansel seperti enggan merusak apapun yang sedang Audrina pikirkan saat ini. Audrina meletakkan koper Hansel. Ia menoleh karena lumayan banyak orang disana.
Kemudian ia memandang kearah Hansel sambil tersenyum. Hansel yang melihat itu tahu, ia hanya berpura-pura tegar.
"Kenapa sih ada aura kepedihan gitu menguap dari badan lo?" tanya Hansel gemas. "Gue kan gak lama, Na. Gak selamanya juga."
Audrina tersenyum kecut.
"Setahun tuh gak lamanya bagian mana ya, pak?" jawabnya kesal. "Emang lebih bagus pas masih belum ada hubungan ya, lo pergi juga pergi aja gak jadi beban pikiran gue."
Hansel menaikkan alisnya mendengar penuturan Audrina.
"Ooh, jadi gak mau punya hubungan sama gue?"
Audrina mengusap wajahnya kasar.
"Bukan gitu.." lirihnya. "Gue benci perpisahan." tutur Audrina. Ia benci saat kedua orangtuanya dan Arion harus pindah keluar kota beberapa tahun yang lalu. Setiap ia mengantar mereka, ia hanya bisa terdiam dan menatap kosong kepergian mereka. Setelah Hansel pergi, tentu saja Audrina akan mengalami hal yang sama. Ia juga akan mengantar kedua orangtuanya dan Arion pulang. Audrina ingin sekali pindah ke kota orangtuanya tapi, pekerjaan disini sangat berarti baginya dan orangtuanya tidak mau impian anaknya kandas begitu saja dengan ikut mereka.
Satu hal lagi yang tidak Hansel tahu dari perempuan di hadapannya. Ternyata Audrina tidak sebar-bar kelihatannya. Buktinya saat ini tubuhnya begitu rapuh, wajahnya benar-benar bukan Audrina tangguh yang selama ini Hansel tahu.
"Kenapa lo? Punya hobi baru sekarang ngeliatin muka gue?" seru Audrina.
"Pedih banget gue liat muka lo sekarang, Na." komentar Hansel. "Kayak mau ditinggal selamanya--aduh!" Lagi-lagi Hansel mengaduh saat telapak tangan Audrina mendarat di lengannya.
"Kalo ngomong tuh jangan sembarangan." sergahnya kesal
"Yaudah masuk sana lo, gue pengen pulang, gak mau lama-lama disini menggumbar kepedihan gue."Hansel hampir tertawa mendengar ucapan Audrina. Kemudian ia mendekatkan tubuhnya pada Audrina dan memeluk tubuh perempuan itu sambil menepuk punggungnya. Audrina hanya terdiam pun tidak membalas pelukan Hansel.
"Kenapa lo? Tumben gak langsung meres badan gue sampe gue sesek napas?" tanya Hansel di sela-sela pelukan mereka. Audrina mendorong dada Hansel hingga laki-laki itu melepaskan pelukannya. Tiba-tiba Audrina berjinjit dan mengecup ringan dahi Hansel. Hal itu lagi-lagi membuat Hansel membeku.
"Gue menang." ucap Audrina nyengir.
Hansel berdecak.
"Udah sana, sana masuk." perintah Audrina sambil mendorong punggung Hansel dan kopernya di tangan satunya. Sejurus kemudian Hansel membalikkan tubuhnya, memandang lurus ke mata Audrina.
"Goodb-- aw!" ucapan Hansel terhenti saat Audrina dengan ganas memukul bibir laki-laki itu pelan. "Gila lo, Na. Bibir perjaka gue.." gumam Hansel nanar sambil mengelus bibirnya.
"Jangan ngomongin kata itu. Udah sana, hati-hati ya, kalo udah sampe ngabarin. Jangan lupa makan, jangan lupa ibadah, jangan lupa sering video call gue, jangan lupa ada yang nunggu lo disini, jangan lupa lo nikahnya sama gue, jangan lupa lo cinta sama gue, I love you, Hansel." ucap Audrina dengan satu tarikan napas. Hansel yang hendak menjawab itu tidak sanggup berkata-kata karena Audrina mendorongnya dengan paksa.
Audrina masih menunggu Hansel masuk ke dalam bandara, dibalik pembatas itu, Hansel masih memandanginya kemudian ia memberikan isyarat pada Audrina dari bibirnya dan mengucapkan 'I love you, Nana.' dengan gemas. Audrina yang paham itu mengangguk malu. Kemudian Hansel melambaikan tangannya sebelum akhirnya hilang masuk ke dalam. Audrina masih terdiam, pun tidak membalas lambaian tangan Hansel. Ia benar-benar benci perpisahan.
****
"Assalamualaikum," salam Audrina saat sampai ke apartemennya. Ia hanya mendapati ibunya sedang menonton televisi, kemudian ia menghampiri ibunya dan mengecup telapak tangan ibunya.
"Pada kemana, mah?" tanya Audrina.
"Mas Arion nganter papah beli perabotan." ucap ibu Audrina. "Kemana aja seharian?" tanya ibu Audrina.
Audrina terdiam. Ia belum mengatakan pada orangtuanya yang sebenarnya terjadi.
"Mah aku mau ngomong sesuatu tapi mamah jangan marah ya, dengerin dulu." ucap Audrina. Ia takut sifat bar-bar ibunya yang sudah bertahun-tahun tidak keluar, tiba-tiba bangkit.
"Tentang apa nih?"
Audrina mengambil napas.
"Mah aku sebenernya udah ngakhirin hubunganku sama mas Rad."
"Loh? Kenapa?" ibunya tampak terkejut. "Dia nyakitin kamu? Apa gimana?"
"Mamah inget Hansel yang kemarin kesini kan?" tanya Audrina. Ibunya balas dengan anggukan.
"Aku sebenernya udah cinta mati sama dia dari jaman kuliah, mah. Terus dia waktu itu sempet lamar aku.."
Ibunya terdiam. Mencoba mencerna ucapan puterinya ini.
"Maksud kamu, Rad sama Hansel sama-sama lamar kamu, terus kamu terlanjur nerima lamaran Rad, terus pas Hansel dateng, dia lamar kamu juga, karena kamu cintanya sama Hansel, kamu terima lamaran dia dan ninggalin Rad?" jabar ibu Audrina membuat Audrina merasa ia seperti perempuan jahat. Tapi kemudian Audrina mengangguk.
"Cintaku sama Hansel dari kuliah bertepuk sebelah tangan, mah. Terus, dia emang sempet pergi, pas kemarin balik buat ambil beberapa barang, dia lamar aku, mah.."
"Astaga, adek!" jerit ibu Audrina sambil mencubit pipi puterinya itu. Audrina mengaduh, sudah diduga sifat bar-bar ibunya yang selama ini mati-matian ibunya sembunyikan dengan sifat kelembutan seorang ibu, bangkit juga. "Kamu php anak orang?!" ibunya tentu tahu apa itu PHP.
"Aduh mah, sakit." rengek Audrina melepaskan tangan ibunya dari pipinya. "Aku cintanya sama Hansel mah, masa ada tulang ikan di depan mata didiemin aja!"
"Terus Rad gimana?" tanya ibunya.
"Udah aku selesaiin, mah. Bukannya kalo aku tetep sama dia malah bakal nyakitin dia soalnya aku cintanya sama Hansel?"
"Bentar." ucapan ibunya menggantung di udara membuat Audrina degdegan setengah mati. "Hansel itu yang kamu cerita nolak kamu berkali-kali tapi kamu tetep suka sama dia itu?!"
Audrina mengangguk ragu.
"Anak itu?!" amuk ibu Audrina.
"Mah, mah katanya mau belajar jadi anggun?" Mendengar itu seketika gerakan ibu Audrina terhenti, dan segera merapikan rambutnya, duduk kembali dengan anggun.
"Tapi dia udah bales perasaanku, mah." ucap Audrina lagi.
"Kamu hari ini keluar sama dia?" tanya ibu Audrina penuh selidik.
Audrina mengangguk.
"Dia balik kesana mah, aku anter dia ke bandara.." ibu Audrina terdiam. Apa lagi yang bisa ia lakukan pada puterinya yang terlanjur bucin dengan laki-laki tengil itu? Sejurus kemudian mata ibu Audrina melihat ke cincin di jemari puterinya.
"Ini cincin apa, dek?" tanyanya.
Audrina nyengir kuda.
"Cincin dari Hansel, mah.."
Mendengar itu ibu Audrina menghela napas, kemudian menarik napas sangat panjang sebelum akhirnya berteriak,
"Adeeeeek lain kali cerita dulu ke mamah!" jerit ibunya dan Audrina hanya menutup telinganya dan berlari ke kamar meredam kebar-baran ibunya yang jelas-jelas sudah bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Bridge [Proses Remake]
Romance"Gue bakal bikin lo suka sama gue setengah mati!" ucap Audrina. "Astaga cewek aneh binti ajaib namanya Nana bikin gue sakit kepala. Dia sempet nyebarin undangan pernikahan ke rumah sakit tempatnya kerja sama ngabarin orang-orang tanggal pernikahan k...