3 - Toxic Jealous

830 56 0
                                    

Malam itu Audrina panik bukan main saat Radhian mengabari bahwa ia sudah menunggu Audrina di taman apartemen. Audrina yang terpaksa turun ke lantai bawah demi menghormati seniornya itu terus mengumpat dalam hati.

Laki-laki rupawan itu sudah menunggunya dengan duduk di salah satu kursi lobby dan menjadi pusat perhatian disana.

"Malam, dok." sapa Audrina canggung.

Radhian mendongak dan memberikan senyuman sejuta wattnya. Kemudian Audrina menuntun Radhian untuk menuju taman apartemen, mencegah terjadinya kehebohan yang berlebihan disana.

"Jadi ada apa soal pasien kemarin, dok?" tanya Audrina to the point.

Radhian yang sepertinya tengah melamun, tersentak seperti tersadar dari lamunannya. Ia kemudian merogoh sesuatu dalam kantungnya dan dengan gerakan tiba-tiba mengarahkannya di depan Audrina.

"Buat kamu." ucap Radhian sambil membuka kotak merah berisi kalung dengan permata berbentuk bulan di bagian depannya. Audrina memandangi wajah Radhian dengan seribu tanya dan kekagetan yang tidak bisa ia sembunyikan. Terlalu tiba-tiba namun inilah kenyataannya. Ia bahkan tidak menyangka laki-laki di hadapannya ini akan membuat pergerakan yang begitu cepat secepat flash dalam film marvel.

"Buat saya? Gak salah dok?" tanya Audrina blak-blakan. "Saya bukan siapa-siapa buat nerima kalung ini."

Radhian berdehem.

"Makanya malem ini aku berniat buat jadiin kamu pantes pake kalung ini." ucapnya. Ia menghela napas sebelum akhirnya berkata, "Setelah lama banget aku merhatiin kamu di rumah sakit sekaligus mencoba mengenal kamu, aku rasa kamu orang yang tepat, Na. Maaf kalo aku terkesan buru-buru. Tapi, apa kamu mau memulai hubungan denganku?"

Audrina terdiam. Tidak sanggup berkata-kata. Bukan karena ia terharu, tapi lebih ke enggan menjawab dan ia mencari cara menolak.

"Tapi saya cuma menganggap kedekatan kita sebatas senior-junior di rumah sakit dok. Maaf kalau saya lancang." ucap Audrina. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain.

Radhian menghela napas.

"Gak bisa kasih aku kesempatan? Apa ini terlalu buru-buru?"

Audrina mengangguk.

Sebenarnya pendekatan Radhian kepada Audrina sudah berjalan sangat lama bahkan saat pertama kali Audrina diterima kerja di rumah sakit. Namun, hal-hal seperti memiliki hubungan lebih dari pertemanan dengan orang lain selain Hansel tidak pernah ada dalam bayangan Audrina.

"Maaf dokter." ucap Audrina lagi mencoba memberi ketenangan pada hati Radhian.

"Apa beneran gak bisa?" tanya Radhian lagi dengan nada menuntut. Audrina jadi serba salah. Mengapa laki-laki begitu sering memaksakan kehendak mereka? Dalam kekalutannya mencari-cari alasan, mata Audrina tiba-tiba bertemu dengan mata Hansel yang sedang berada di dalam minimarket apartemen.

Audrina tidak tahu sejak kapan Hansel berada di dalam sana. Wanita itu kemudian membuang muka ketika teringat perselisihannya dengan laki-laki itu pagi tadi. Hatinya masih dongkol dengan kata-kata pedas dan dingin Hansel yang tidak pernah berubah.

Memutar otak, akhirnya Audrina dengan terpaksa menerima kalung yang masih Radhian sodorkan.

"Saya terima ini sebagai tanda em-- pertemanan kita?" katanya kemudian dengan nada ragu. Senyum terpasang di wajah Radhian yang setengah kecewa.

Audrina kemudian memasangkan kalung itu pada lehernya sendiri. Terlihat kesusahan, Radhian membantu Audrina memasangkannya. Saat itu pula Audrina menyadari detak jantung Radhian berpacu lebih cepat daripada miliknya. Sepersekian detik, tiba-tiba tangannya ditarik paksa oleh seseorang. Membuat Audrina terhuyung ke depan dan dengan sigap sebuah tangan menopang bahunya.

Your Bridge [Proses Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang