2. Aozora

203 14 1
                                    

Disinilah Techi. Berada diantara dua siswi cerdas di kelasnya. Ia hanya menatap mereka berdua datar. Ini yang dibenci oleh Techi saat belajar kelompok.

Sebenarnya ada insiden sebelum ia ikut dengan kedua teman sekelasnya. Yaitu waktu pulang sekolah tadi ia bermaksud untuk mengantar Miyu tapi Miyu terus menolak karena tidak ingin membuat Techi bolak-balik. Tapi emang dasarnya Techi keras kepala ia tetap bersikukuh untuk mengantar Miyu. Tapi alhasil Miyu pulang bareng Oda.

Itulah yang semakin membuat Techi malas. Techi menatap kedua teman sekelasnya yang saling bertukar pendapat.

"Jadi bagaimana menurutmu Techi?" tanya Yone sambil menatap Techi. Techi tersadar dari lamunannya tentang Miyu. Lalu ia membalas tatapan Yone.

Ia pun mengangguk pelan "Aku setuju," balasnya. Padalah ia tidak tahu tentang apa yang ditanyakan Yone. Yone manggut-manggut dan kembali mengerjakan tugasnya.

Neru hanya menatap Techi. Ia sadar bahwa Techi sedari tadi tidak nyaman dan memaksakan dirinya. Neru bertanya-tanya apa yang membuat Miyu begitu berarti baginya.

Cukup lama mereka mengerjakan tugas untuk presentasi Minggu depan. Ralat, hanya Neru dan Yone saja yang mengerjakannya. Sedangkan Techi dia hanya menjawab saat ditanya itu pun balasannya singkat. Yone dan Neru tidak mempersalahkannya. Asalkan Techi mau bergabung saat membuat tugas itu cukup bagi mereka.

Begitu tugasnya selesai, Yone tiba-tiba di telpon oleh mamanya. Jadi Yone terpaksa pulang lebih dulu. Sedangkan Neru ia bingung sendiri mau pulang dengan siapa. Karena ia biasanya pulang bareng Manaka.

"Ayo."

"Eh."

Techi berdecak "Kau mau pulang atau masih disini."

Neru menatap Techi tak percaya "Apa tak apa?" tanya Neru ragu. Pasalnya Techi tak pernah membonceng siapapun kecuali Miyu.

Techi berdehem. Neru pun duduk dibelakang Techi. Karena tidak ingin membuat Techi risih, Neru pun tidak berpegangan pada Techi.

Techi mengayuh sepedanya dengan santai. Lagi pula jarak antara rumahnya terbilang cukup dekat. Neru menikmati setiap terpaan angin.

"Rumah?" Neru tersadar dari lamunannya. Tanpa sadar juga tubuhnya sudah menempel dipunggung Techi. Ia gelagapan dan menjauhkan tubuhnya.

Neru pun mengatakan alamat rumahnya dengan kikuk. Techi hanya mengangguk saja. Neru menatap langit biru yang begitu indah. Seakan-akan langit itu memberinya senyuman. Ia tak menyangka bisa menghabiskan waktu bersama Techi meskipun hanya sebentar. Ditatapnya punggung tegap Techi. Ia sangat ingin memeluknya lagi. Begitu ingat kejadian tadi pipinya memerah. Dan Neru senyum-senyum sendiri.

Sepeda Techi berhenti di salah satu rumah. Neru pun turun.

"Arigatou" ucapnya diiringi senyum khasnya. Techi hanya mengangguk setelah itu langsung pergi tanpa mengucapkan apapun.

Neru menatap punggung Techi yang mulai menjauhi. Mungkin akan sulit baginya untuk menaklukkan hati Techi tapi ia tidak akan menyerah.

.....

Techi telah sampai di apartemennya. Tidak ada siapapun kecuali keheningan. Dari dulu Techi hanya tinggal sendiri karena papa dan mamanya telah tiada. Techi waktu itu berada dititik terendah karena kehilangan kedua orang tuanya tapi Miyu datang mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Sejak saat itu Techi tak bisa mengingat nama siapapun kecuali Miyu.

Itu kali pertama ia merasakan sesuatu berbeda. Sejak saat itu Miyu selalu ada untuknya dan ia selalu ada untuk Miyu. Tapi semua itu sudah jadi masa lalu begitu Miyu mengenal Oda.

Techi mendesah pelan. Miyu adalah segalanya baginya. Tapi ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya pada Miyu karena ia tidak ingin persahabatan mereka merenggang. Tapi bagaimana pun juga ia tidak suka saat Miyu dekat dengan Oda.

Techi menatap lekat foto Miyu.

"Apa yang harus aku lakukan?"

KataomoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang