25. Shōjiki

135 16 3
                                    

Techi telah tiba di apartemennya. Mengingat Neru begitu antusias dengan cowok yang Techi lupa namanya membuat ia semakin kesal. Apalagi cowok itu mengaku calon pacar Neru. Dia yang udah jadi pacar Neru aja gak segitunya.

Techi menghela nafas panjang. Ia harus positif thinking. Neru gak mungkin berpaling darinya. Bukan?.

Cukup lama Techi bermain-main dalam pikirannya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Tampaklah dilayar ponselnya tertera nama Neru. Techi pun mengangkatnya.

"Hm" dehem Techi.

"Kau sudah sampai di apartemen?" tanya Neru.

"Hm"

"Jawab dong. Jangan hm terus"

Dari nada suaranya, sudah dipastikan Neru kesal. Bukankah seharusnya ia yang kesal dengan Neru tapi kenapa sebaliknya. Techi menghela nafas sejenak.

"Sudah" balasnya singkat

"Syukurlah. Oh iya..." tiba-tiba ucapan Neru terpotong oleh suara seseorang.

"Neru buka mulut mu. aaaa"

Techi ingat dengan suara ini. Dia adalah cowok yang tadi. Kekesalan Techi semakin bertambah.

"Jika kau sibuk tidak perlu menghubungi ku"

Techi langsung mematikan panggilannya. Dengan kesal ia melempar ponselnya ke kasur.

Sedangkan di tempat Neru. Ia kembali menghubungi Techi. Tapi Techi tidak mengangkat panggilannya.

"Ada apa Neru?" tanya Mizuki melihat wajah gelisah Neru.

Neru menggeleng "Gak ada apa-apa kok" bohongnya. Neru kembali menyimpan ponselnya. Dan Mizuki menyuapi Neru lagi.

Neru tiba-tiba saja berdiri "Apa kau butuh sesuatu?" tanya Mizuki.

"Kita pulang ya" pinta Neru.

"Eh Kenapa. Kita baru saja jalan"

"Badanku capek. Aku baru pulang dari liburan bersama teman-temanku kemarin"

Mizuki manggut-manggut "Yaudah. Aku akan mengantarmu" ucap Mizuki tak lupa dengan senyum yang dapat membuka kaum hawa terpesona. Tapi sayangnya Neru bukan salah satu dari mereka. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah Techi.

***

Hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur panjang. Seperti biasanya Techi mengendarai sepedanya pergi ke sekolah. Setelah ia memakirkan sepedanya, ia pun melangkahkan kakinya ke kelas. Tapi sayang ia harus menyaksikan pemandangan yang tidak mengenakkan.

Tak jauh dari ia berdiri, ia melihat Mizuki mengacak rambut Neru.

"Mizuki~"cemberut Neru. Neru yang cemberut membuat Mizuki semakin menjahili Neru. Techi mendengus kesal.

Ia berjalan mendekati Neru, begitu sampai Techi berdehem. Neru berbalik dan memberikan senyum manisnya begitu tahu itu Techi.

"Ohayou Techi" sapa Neru riang

"Ohayou" balas Techi datar.

"Ah kau yang kemarin kan" ujar Mizuki. Techi tetap dengan wajah andalannya.

Neru menatap ekspresi Techi yang tak berubah. Mungkin ini saat nya ia memberitahu Mizuki yang sebenarnya.

"Mizuki sebenarnya aku dan Techi...." suara bel menghentikan ucapan Neru.

"Bel udah berbunyi. Neru aku duluan ya" sahut Mizuki sambil mengacak rambut Neru.

"Tolong jaga calon pacar ku ya" pinta Mizuki ke Techi. Sebelum pergi, Mizuki memberikan Neru kedipan mata. Neru hanya tersenyum kikuk saja.

"Calon pacar" dengus Techi.

"Eto~ Aku belum sempat memberitahunya" ujar Neru pelan.

"Lupakan. Siapa tahu kau benar-benar akan menjadi pacarnya" ketus Techi.

"Bukan begitu Techi" cicit Neru.

Techi menghela nafas. Lalu tangannya tergerak merapikan rambut Neru. Neru menatap Techi bersalah.

"Aku hanya bercanda" ujar Techi dengan senyum tipisnya.

Ia menaikan sudut bibir Neru dengan jarinya "Itu pun jika memang kau mau dengannya. Silahkan saja"

Neru sontak memukul bahu Techi "Gak mungkinlah. Mizuki cuma aku anggap teman".

"Tapi dia menganggap mu lebih dari teman" dengus Techi. Techi lebih dulu meninggalkan Neru.

Neru mengejar Techi "Techi tunggu!"

Techi tetap melangkahkan kakinya. Neru menyamakan langkahnya dengan Techi.

"Kau cemburu ya~" Techi tak menggubris Neru. "Sejak kapan kau menjadi pencemburu begini" goda Neru lagi.

"Aku bukan pencemburu" sangkal Techi.

Neru tersenyum remeh "Itu tadi apa namanya"

"Bukan apa-apa" datar Techi. Techi mempercepat langkahnya.

"Berarti benar, kau itu pencemburu" Neru semakin menggoda Techi. Techi tak menggubris Neru. Tapi Neru semakin menjadi-jadi.

Techi menghentikan langkahnya sehingga Neru menubruk punggungnya.

Neru mengusap dahinya "Kenapa sih berhenti mendadak?" gerutu Neru.

Techi berbalik "Tinggi lantai dua kebawah berada meter?"

Dahi Neru mengerut dengan pertanyaan tiba-tiba Techi "Gak tahu. Tanya aja sama yang buat" ketus Neru.

"Kamu kalau aku dorong dari sini mati gak?" Neru mengatup bibirnya. Ia tidak tahu sejak kapan Techi jadi semenakutkan ini.

Sedetik kemudian Techi tertawa kecil "Bercanda kok" ujarnya.

Karena kesal, Neru menginjak kaki Techi hingga ia meringis kesakitan. Setelah itu, Neru yang cemberut meninggalkan Techi.

"Hei Neru" panggil Techi sambil menahan tawa. Ia baru menyadari kalau Neru yang cemberut itu lucu.

"Berisik" ketus Neru.

KataomoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang