Techi dan Neru sedang berada di ruang Kepala sekolah. Mereka sedang disidang akibat kejadian kemarin. Kaede juga ada diruang itu dengan wajah penuh lebam. Kepala sekolah menatap kedua siswi itu tajam karena telah membuat anaknya terluka. Neru yang duduk disamping Techi menggenggam tangan Techi erat. Ia tak ingin berdekatan ataupun melihat Kaede. Perlakuan Kaede meninggalkan trauma yang mendalam baginya.
Pintu ruang kepala sekolah terbuka. Tampaklah kedua orang tua Neru. Mereka mendekati anaknya. Neru memeluk mamanya cepat.
"Ada apa ini pak. Apa yang terjadi dengan anak saya?" tanya Tuan Nagahama tak terima.
"Hirate dan Nagahama...."
"Hanya saya saja yang melakukannya. Saya yang memukuli dia. Neru tidak ada kaitannya" potong Techi. Neru ingin menyangkalnya tapi di potong oleh Tuan Nagahama.
"Bapak dengar sendiri. Anak saya tidak mungkin melakukan kesalahan" ujar Tuan Nagahama sambil menatap Techi benci.
"Bukan sebenarnya....." Neru terdiam begitu Kaede menatapnya tajam.
"Hukuman apapun yang anda berikan saya siap menerimanya tapi jangan memberi Neru hukuman juga. Neru tidak ada hubungannya" ujar Techi menatap kepala sekolah.
Kepala sekolah berdecih. Ia tak suka dengan sifat Techi.
"Baiklah. Karena kau sudah menyadari kesalahanmu. Hukuman yang pantas untuk gadis sepertimu adalah dikeluarkan dari sekolah" Neru tersentak kaget. Sedangkan Kaede tersenyum kemenangan.
Brakk
"Gak adil pak" Manaka, Risa, Akane dan Yuuka tiba-tiba saja masuk kedalam ruang kepala sekolah.
"Apa-apaan kalian. Siapa yang mengizinkan kalian masuk?" marah kepala sekolah namun keempat orang itu tak memperdulikannya.
"Bapak gak bisa mengambil keputusan sembarangan pak. Ini gak adil. Techi pasti punya alasan yang kuat" ujar Akane tak terima.
"Tahu apa kalian. Sedangkan kalian tidak ada disana"
"Bapak juga gak ada kan. Yang ada cuma Neru, Techi sama dia" sahut Yuuka cepat sambil menunjuk Kaede. Rasanya enggan Yuuka menyebut nama Kaede.
"Benar. Kami yakin pasti Techi memukulnya karena Kaede-senpai telah melakukan sesuatu"
"Seperti pelecehan" lanjut Risa. Neru langsung menundukkan kepalanya. Kedua orang tua Neru menatap Neru meminta penjelasan.
"Kalian jangan mengada-ada. Anak saya tidak mungkin melakukan itu. Bisa saja gadis itu yang melakukannya"
Manaka tersenyum remeh "Bapak gak percaya atau gak mau percaya. Techi itu pacar Neru. Jadi gak mungkin Techi menyakiti Neru ataupun sampai melecehkan Neru"
Wajah kepala sekolah memerah "Keputusan saya sudah bulat. Jika kalian tidak terima maka kalian juga saya keluarkan"
"Kami..."
"Saya bersedia di keluarkan" Techi memotong ucapan Akane. Ia tidak ingin teman-teman sekelasnya juga kena hukuman.
"Techi"
"Kalian dengarkan. Sekarang kalian keluar dari ruangan saya"
"Ada apa ini?" Seorang wanita paruh baya masuk kedalam ruang kepala sekolah diikuti oleh bodyguardnya.
"Nyonya Yamaguchi" Kepala sekolah menunduk hormat. Semua yang ada di ruang kepala menatap wanita itu bingung.
Wanita itu mengalihkan pandangannya hingga berhenti pada Techi. Baik Techi ataupun Wanita itu sama-sama kaget. Techi langsung membuang muka. Ia enggan menatap wanita itu.
"Saya tanya sekali lagi. Ada apa ini?" tanya wanita itu tegas.
"Kenapa disekolah saya ada keributan?"
'Pemilik sekolah'
"Begini Nyonya Yamaguchi. Siswi ini telah melakukan kekerasan. Dan anak saya korbannya" Nyonya Yamaguchi menatap Techi dan Kaede bergantian.
"Apa itu benar?" tanya Nyonya Yamaguchi kepada Techi namun Techi tak menjawabnya.
"Yurina nenek tanya sekali lagi apa itu benar?" tanya Nyonya Yamaguchi sekali lagi.
Semua yang berada di dalam ruang kepala sekolah kaget begitu Nyonya Yamaguchi memanggil nama Techi.
"Bukan urusan anda" Techi pergi begitu saja dari ruang kepala sekolah.
"Yurina berhenti" Techi tak mendengarkan perintah Nyonya Yamaguchi.
"Kiyoshi kau saya pecat" tegas Nyonya Yamaguchi.
"T..tapi Nyonya...."
"Kau telah cari masalah dengan cucu saya. Tidak ada tempat bagimu" tegas Nyonya Yamaguchi.
"Usir dia dan anaknya" titahnya. Sang bodyguard langsung menyeret Kepala sekolah dan Kaede.
"Nyonya saya mohon jangan pecat saya" mohon Kepala sekolah. Tapi Nyonya Yamaguchi tidak memperdulikannya.
"Bawa Yurina kepada saya" bodyguard yang diperintahkan oleh Nyonya Yamaguchi langsung mengejar Techi.
Setelah kepergian Nyonya Yamaguchi, semua yang masih berada di ruang kepala sekolah masih diam mematung. Begitu juga Tuan Nagahama. Ia tahu siapa Nyonya Yamaguchi. Nyonya Yamaguchi seorang pengusaha yang terkenal di seluruh dunia. Ia juga memiliki cabang perusahaan yang tersebar luas di seluruh dunia.
Tubuh Neru tiba-tiba saja linglung. Untung saja Risa dengan sigap menahannya.
"Neru kau baik-baik saja" Neru mengangguk singkat.
Tuan Nagahama menatap Neru "Neru apa benar..." Neru mengangguk pelan.
"Tapi Techi datang tepat waktu untuk menyelamatkanku" ujar Neru cepat.
Tuan Nagahama menghela nafas panjang. Tiba-tiba ia merasa bersalah. Entah itu karena kebenaran Techi cucu dari seseorang yang paling berpengaruh atau kebenaran yang terjadi kepada Neru. Tapi yang paling ia takutkan adalah bagaimana jika Techi mengadukan kata-kata hinaan yang ia lontarkan kepada Techi. Jika itu benar terjadi maka perusahaannya tidak akan bertahan lama.
Sedangkan Neru ia memikirkan siapa wanita yang menganggap Techi sebagai cucunya. Apa benar dia adalah nenek Techi. Tapi kenapa Techi tak pernah menceritakannya. Apakah Miyu tahu wanita itu. Dan juga ia sangat mengkhawatirkan Techi yang pergi begitu saja. Apa wanita itu tidak melukai Techi. Semua pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
"Neru kau mau kemana?" tanya Risa begitu Neru tiba-tiba berdiri.
"Aku akan mencari Techi" ia langsung pergi tanpa mendengar panggilan baik dari orangtuanya maupun teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi
Fanfiction"Maaf tapi sudah ada seseorang yang mengisi hatiku" Hirate Yurina, gadis dengan sejuta misteri yang mampu membuat orang terpesona. Jawabannya yang singkat membuat ia semakin membuat orang-orang penasaran dengannya. Hirate juga jarang mengekpresikan...