"Ayo Techi" desak Neru. Techi mendengus kesal. Ia menyesal karena telah menerima tantangan Neru kemarin. Alhasil ia sekarang ditarik-tarik oleh Neru untuk ke Fuji-Q Highland.
"Ck. Tak perlu ditarik-tarik juga kali" decak Techi. Neru menatap Techi "Kalau aku gak narik kamu, nanti kamu bakalan hilang" Techi mendelik tak suka.
"Jadi mau naik apa dulu" tanya Techi malas. "Fujiyama" jawab Neru semangat.
Sesuai permintaan Neru, mereka pun menaiki roller coaster terlebih dahulu. Kecepatan yang luar biasa membuat Neru memekik kegirangan. Neru juga berceloteh tak jelas. Techi hanya diam saja. Tapi sebenarnya dalam hatinya teriak-teriak.
"Wah luar biasa" seru Neru girang.
Neru melihat ke Techi "Hee mukamu pucat sekali" ujar Neru sambil tertawa.
"Kau...hahaha" belum menyelesaikan kalimatnya Neru tertawa lagi.
"Berisik" ketus Techi. Neru menghentikan tawanya tapi begitu melihat wajah Techi ia tertawa lagi.
"Kalo masih tertawa mending aku pulang" Neru langsung menghentikan Techi. "Maaf. Maaf"
"Mau ngapain lagi ya. Hmm" Neru meletakkan jarinya di dagu. "Ah bagaimana kalau rumah hantu" ujar Neru.
"Apa kau yakin?"
"Yakin dong. Atau mungkin kamu takut ya" Neru menatap Techi sambil menyipitkan matanya.
"Gak" tegas Techi. "Yaudah ayo" Neru menarik tangan Techi.
"Kamu benar-benar gak takut kan Techi?" tanya Neru memastikan. Sekarang mereka telah berada di depan pintu rumah hantu.
"Hm" dehem Techi malas.
Mereka mulai masuk kedalam rumah hantu. Awalnya semua baik-baik saja. Tapi...
Brakk
"Kyaaa" Neru memekik begitu mendengar suara benda jatuh. Techi menutup telinganya.
"Kau bilang kau tak takut. Lalu kenapa kau berteriak" gerutu Techi. "Aku gak takut cuma kaget aja" ujar Neru membela diri.
Mereka mulai melangkah kembali. Lalu tiba-tiba saja seseorang muncul, Neru berteriak dan langsung memeluk Techi.
"Menjauh" teriak Neru. Techi ingin sekali tertawa tapi ia juga kasihan.
"Tutup mata!" perintah Techi. Neru langsung menutup matanya. Techi menyembunyikan wajah Neru di dadanya. Dan mereka kembali berjalan. Begitu suara-suara aneh terdengar lagi Neru semakin mengeratkan pelukannya.
Begitu mereka keluar dari rumah hantu, wajah Neru memucat.
"Sok-sokan ke rumah hantu padahal sendirinya takut" sindir Techi.
"Aku gak takut" elak Neru tegas.
"Jangan-jangan kau cuma mengambil kesempatan ya" goda Techi. "Gak" tegas Neru. Sementara pipinya memerah akibat godaan dari Techi.
Neru memasang wajah cemberut yang terlihat imut. Reflek Techi mengacak rambut Neru gemas begitu sadar apa yang ia lakukan langsung menghentikannya. Techi berdehem. Lalu lebih dulu berjalan diikuti Neru yang sedang menetralisir jantungnya.
"Kau mau kemana lagi?" tanya Techi canggung.
"Hmm makan. Aku sudah lapar" balas Neru tak kalah canggung. Techi mengangguk.
Selama makan pun tidak ada dari mereka yang mencoba berbicara. Suasananya sangat canggung.
"Kita pulang saja" ujar Neru tiba-tiba setelah mereka selesai makan.
"Kau yakin?" Neru mengangguk ragu. Techi menghela nafas panjang.
"Kalau begitu ikut aku" Techi menarik Neru.
"Kita mau kemana?" "Ikut saja"
Techi melirik jam yang melingkar ditangannya "Masih ada waktu 3 jam lagi" gumam Techi.
Perjalanan yang cukup jauh, tiba-tiba saja Techi mengajak Neru mendaki. Neru terus bertanya tapi Techi tidak menjawabnya.
"Techi aku capek. Emangnya mau kemana sih" keluh Neru sambil terduduk di tanah.
Techi berdecak "Ikut saja" ujar Techi lagi. "Kaki ku sakit" ujar Neru sambil memijat kakinya.
"Ayo naik" suruh Techi sambil berjongkok didepan Neru. "Tapi kita mendaki"
"Cepat" tegas Techi. Neru pun naik dipunggung Techi.
Techi berdiri dan mulai berjalan "Kau berat" ujarnya. "Kalo gak sanggup aku turun aja" Techi menggeleng.
Techi terus mendaki, sesekali ia melirik jam tangannya.
"Sebentar lagi" gumamnya.
Begitu sampai Techi langsung menurunkan Neru. Ia mengatur nafasnya.
"Ngapain kita kesini" Techi menunjuk ke belakang Neru.
Neru membalikkan badannya, ia menatap tak percaya. Baru kali ini ia melihat matahari terbenam yang tampak begitu indah.
"Luar biasa" gumam Neru tanpa sadar. Techi tersenyum tipis.
Pandangan Neru tak lepas dari matahari terbenam itu dan padangan Techi tak lepas dari wajah Neru. Tanpa Neru sadari ia melangkah, Techi yang sadar itu langsung menahan tangan Neru. Tapi mereka berdua jatuh dan terguling-guling.
Neru yang berada diatas Techi menatap Techi dalam. Setelah itu Neru menidurkan kepalanya di dada Techi.
"Aku mohon biarkan begini dulu" Techi berdehem. Techi menikmati hangatnya tubuh Neru. Tapi saat ini hanya ada satu kata yang terpikirkan olehnya.
Berat
Sudah lebih dari 5 menit tapi Neru belum menunjukkan tanda-tanda akan berdiri. Techi menggoyangkan tubuhnya Neru.
"Hei" tapi malah terdengar dengkuran halus dari Neru. Techi mendesah pelan. Bagaimana cara mereka akan pulang jika Neru tidur diatasnya. Dan parahnya lagi tak mungkin ia menggendong Neru lagi.
"Dasar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi
Fanfiction"Maaf tapi sudah ada seseorang yang mengisi hatiku" Hirate Yurina, gadis dengan sejuta misteri yang mampu membuat orang terpesona. Jawabannya yang singkat membuat ia semakin membuat orang-orang penasaran dengannya. Hirate juga jarang mengekpresikan...