6. Ame

129 16 1
                                    

Hari ini hujan begitu deras sehingga Techi terpaksa berteduh di halte bus. Tidak hanya dia saja. Beberapa siswa maupun siswi juga berteduh di halte bus. Para siswi yang menyukai Techi, diam-diam curi pandang ke arah Techi. Techi hanya cuek saja, ia bahkan tak memperdulikan keberadaan orang-orang disampingnya seperti biasanya. Dari kejauhan Neru berlari ke arah halte bus dengan menggunakan tas sebagai payung.

Techi masih tak memperdulikannya, hingga saat dekat dengan halte bus Neru tergelincir dan Techi reflek menggapai tangan Neru lalu menariknya.

"Makasih Techi" Techi tidak menjawab. Cuaca semakin dingin sehingga Neru menggosokkan tangannya. Ditambah ia juga sedikit basah.

Satu persatu siswa-siswi yang di halte bus mulai pulang karena jemputan mereka telah datang. Kini hanya tinggal mereka berdua saja di halte bus. Neru semakin menggosokkan kedua tangannya. Udara sore ini sungguh menusuk hingga ke tulangnya.

Duarr

Begitu mendengar suara petir Neru langsung menaikan lututnya dan memeluknya. Tubuhnya perlahan mulai bergetar. Techi berusaha untuk tidak memperdulikannya tapi tidak bisa karena tubuh Neru semakin bergetar.

"Kau takut petir?" Neru mengangguk cepat. "Tapi tak apa. Palingan sebentar lagi petirnya hilang" ujar Neru bergetar. Meskipun begitu suara petir semakin menjadi-jadi.

Neru pun semakin memeluk lututnya eratnya. Namun tiba-tiba saja ia mendapatkan sebuah kehangatan. Ditatapnya Techi mendekapnya. Meskipun wajahnya tetap datar tapi Techi tetap menyalurkan kehangatan padanya. Tangan Neru pun melingkar di pinggang Techi dari samping.

Tubuh bergetar Neru perlahan berkurang. Tapi begitu Techi melepaskan pelukannya tubuh Neru bergetar kembali. Techi melepaskan blazer nya dan di pakaikannya pada Neru. Lalu Techi kembali memeluk Neru dari samping.

"Makasih Techi" gumam Neru. "Kau begitu hangat" lanjutnya tanpa sadar. Techi hanya diam.

Cuaca yang dingin dan kehangatan yang diberikan Techi membuat Neru mengantuk sehingga ia tertidur. Techi yang melihat itu hanya mendengus.

"Dasar" dengusnya.

Meskipun hujan mulai reda tapi Techi tetap senantiasa disamping Neru. Neru juga tidak melepaskan pelukannya.

Mata Neru perlahan membuka dan yang pertama kalinya yang ia lihat adalah wajah datar Techi yang menatap kedepan.

Rasanya enggan bagi Neru untuk melepaskan pelukan yang terlalu nyaman ini. Tapi begitu Techi menatapnya ia terpaksa melepaskan pelukannya dan tersenyum kikuk.

"Maafkan aku dan makasih" ujar Neru pelan.

Techi berdiri dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Lalu ia menaiki sepedanya.

"Ayo. Akan ku antar kau pulang" seru Techi tiba-tiba.

"Makasih" ujar Neru lagi.

Techi mengayuh sepedanya. Neru yang masih merasakan kedinginan pun memberanikan diri untuk menyandar dipunggung Techi. Ia bersyukur karena Techi tidak marah.

Sepeda yang dikendarai Techi pun berhenti di depan rumah Neru. Neru pun turun dan berniat untuk mengajak Techi mampir.

"Kau mau mampir dulu?"

Begitu Neru menawarkan Techi untuk mampir hujan tiba-tiba turun. Techi pun terpaksa mampir dirumah Neru.

"Papa dan Mamaku sedang bekerja jadi aku sendiri dirumah" ucap Neru tiba-tiba tanpa Techi bertanya. Neru meletakkan secangkir coklat panas yang ia bawa dari dapur didepan Techi.

"Silahkan di minum selagi masih panas" ujar Neru. Techi meminum coklat panas Neru.

"Aw panas" gumam Techi. Neru terkekeh "Nama saja coklat panas" kekeh Neru.

Tidak ada percakapan antara mereka. Neru sibuk memperhatikan Techi sedangkan Techi sibuk dengan pemikirannya sendiri. Hingga suara seseorang membuyarkan lamunannya.

"Ah Teman Neru ya?" ucap seorang wanita paruh baya, mama Neru. Techi hanya tersenyum kikuk.

"Neru kenapa kau tidak membawanya ke kamarnya. Lihat bajunya juga basah" suruh mama Neru. Neru tersadar jika seragam Techi basah. Ia nyengir lebar ke mamanya lalu mengajak Techi ke kamarnya. Techi hanya membungkukkan badannya sedikit kepada mama Neru setelah itu ia mengikuti Neru. Mama Neru tersenyum tipis melihat Techi.

"Kau bisa memakai bajuku untuk sementara. Aku lupa jika seragam mu basah. Maaf ya" Techi hanya mengangguk. Ia pun pergi ke kamar mandi Neru dan mengganti pakaiannya.

Begitu keluar dari kamar mandi, Techi menatap Neru yang sibuk dimeja belajar. Techi pun mengambil ponselnya yang berada di tasnya. Bertepatan dengan itu Miyu menelponnya.

"Halo Miyu"

Neru langsung menajamkan pendengarannya tapi ia tetap bersikap seolah sedang belajar.

"Kau dimana?. Dari tadi panggilan ku tidak kau angkat" cerocos Miyu.

"Aku dirumah orang yang memberiku bento waktu itu" balas Techi seadanya. Bagaimana pun juga ia masih tidak ingat nama Neru. Neru mendengus pelan setelah mendengar ucapan Techi.

"Neru maksudmu"

"Mungkin" jawab Techi tak yakin.

"Tapi jika kau ingin memastikannya bisa bertanya padanya"

"Hei ini dari Miyu" diseberang sana Miyu menepuk jidatnya mendengar ucapan Techi. Neru menerima ponsel dari Techi.

"Halo Miyu. Ini aku Neru"

"Jadi benar kau Neru. Syukurlah. Oh iya aku titip Techi ya"

"Kau tak perlu khawatir. Dia akan baik-baik saja"

"Baiklah kalau begitu sampai jumpa"

Neru hendak mengembalikan ponsel Techi tapi tak jadi.

"Eits tunggu dulu. Aku harap kau memaklumi jika Techi masih tidak mengingat namamu"

Selalu

"Tentu. Lagi pula satu sekolah sudah tahu juga" balas Neru sambil menatap Techi yang nampak acuh.

"Kau benar" Miyu terkekeh geli diseberang sana.

Neru pun mengembalikan ponsel Techi.

"Sudah dulu ya Miyu"

Tut

Tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Neru kembali menyibukkan diri sedangkan Techi tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Nampaknya hujan semakin menjadi. Kau bisa menginap disini" sahut Neru sambil menatap Techi. Techi berdecak kesal.

Mau tak mau ia merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di kamar Neru.

"Eh kau bisa tidur di kasur" tukas Neru cepat. "Tidak perlu. Aku tidur disini saja" balas Techi acuh. Neru menghela nafas setelah itu ia berjalan ke lemarinya. Dan mengambil selimut untuk Techi.

"Ini untukmu. Hari semakin dingin" Techi hanya menerima selimut itu.

"Makasih" gumamnya sangat pelan hingga Neru tidak bisa mendengarnya.

Cukup lama Neru berkutat dengan bukunya. Ia pun melirik Techi yang sudah tertidur. Senyum tipis terbit diwajah Neru. Menurutnya cara Techi tidur sangatlah menggemaskan.

"Lucu" kekeh Neru pelan. Neru melangkah ke arah Techi. Ia pun berjongkok didepan Techi.

Neru menatap lekat wajah damai Techi "Kau pasti akan membuka hatimu kan?" tanya Neru entah pada siapa.

KataomoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang