Plak
Tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi seorang pria yang sedang menunduk. Sang pelaku menatap pria itu tajam
"Saya tidak mau tahu. Temukan dimana dia berada" marahnya. Tidak ada satu pun dari pria-pria disana yang berani menatap atasannya.
"Kami sudah menyelusuri seluruh Jepang Nyonya. Namun kami masih belum bisa menemukan Nona muda" Wanita berkepala lima itu menatap tajam pria yang menjawab. Reflek pria itu menundukkan kepalanya.
"Saya tidak ingin mendengar alasan kalian semua. Temukan cucu saya. Jika tidak ucapkan selamat tinggal kepada dunia" ancam wanita itu. Kelima pria itu menjadi gemetar.
"Ba..baik Nyonya" balas mereka bersamaan. Kemudian mereka pun keluar dari ruangan wanita itu. Tinggallah wanita itu dengan kedua bodyguardnya.
Wanita itu menatap remeh foto seorang pria "Meskipun kau sudah mati tapi kau tetap menyembunyikan cucuku"
"Dengar. Akan kupastikan aku bisa menemukannya. Dimana pun kau sembunyikan" wanita itu meremas foto itu dan membuangnya ke sembarang arah.
"Siapkan pesawat. Saya akan ke Jepang besok" titah wanita itu.
"Baik Nyonya"
***
Sudah seminggu lebih Neru dan Techi tidak pernah saling menyapa. Selama itu juga cowok itu semakin gencar mendekati Neru. Cowok itu juga mengganti Techi untuk mengantar Neru pulang. Dan disambut baik oleh Tuan Nagahama.
'Mau sampai kapan sih begini terus' pikir Neru.
Saat ini Neru berada di taman sekolah. Karena saat ini adalah waktunya istirahat, jadi Neru memutuskan untuk menyendiri di taman. Tidak bisa dipungkiri ia begitu merindukan sosok Techi. Hatinya sungguh hampa karena tidak bersama Techi. Neru ingin sekali memeluk Techi tapi
'Ngapain juga. Orang dia yang salah. Biar dia saja yang menemui ku lebih dulu' batin Neru.
Seseorang menepuk pundak Neru. Sehingga menyadarkan Neru dari lamunannya.
"Kaede-senpai" kaget Neru.
Kaede memberikan senyum terbaiknya. Kaede merupakan anak dari kepala sekolah dan juga cowok yang dilihat Techi waktu itu.
"Lagi mikirin apa sih. Serius banget" tanya Kaede sambil duduk disamping Neru.
Neru menggeleng "Gak ada kok" bohongnya. Kaede mengangguk-angguk beberapa kali.
"Kamu sibuk gak?" Neru menggeleng "Gak kok. Emangnya kenapa?" tanya Neru.
"Ada sesuatu yang ingin aku ambil di gudang tapi karena ada urusan jadi belum sempat. Kalo gak ngerepotin sih tolong di ambilin" ujar Kaede.
"Bisa kok senpai. Perlu sekarang juga?" Kaede mengangguk cepat.
"Yaudah aku ambil dulu" tanpa Neru sadari Kaede tersenyum miring.
"Maaf ya ngerepotin"
"Gak apa-apa kok"
Neru pun pergi menuju gudang sekolah. Begitu sampai Neru mencari tali tambang yang dimaksud oleh Kaede tapi tidak juga menemukannya. Hingga tiba-tiba saja pintu gudang tertutup. Tampaklah Kaede menyeringai lebar.
"Senpai" kaget Neru.
"Kau sudah menemukannya. Tak mungkin kau menemukannya. Karena tali tambang itu tidak ada di gudang. Maaf ya aku menutup pintu agar tidak ada yang mengganggu kita" ucapnya tanpa rasa bersalah.
"Maksud senpai apa?" tubuh Neru tiba-tiba saja bergetar.
"Kurasa kau sangat paham apa maksudku Neru"
"Sudah lama sekali aku ingin mencicipi tubuhmu tapi selalu saja ada halangannya" ujar Kaede dengan senyum menjijikkannya.
Kaede mulai mendekati Neru dan Neru reflek mundur.
"Tolong jangan mendekat" pinta Neru.
"Tenang saja kita akan sama-sama menikmatinya"
"TOLONG"
***
"Neru" ujar Techi tiba-tiba.
"Ada apa Hirate-san?" tanya guru yang mengajar. Techi menatap guru itu sekilas lalu tatapannya beralih ke kursi Neru yang masih kosong. Perasaannya menjadi tidak enak. Techi tiba-tiba saja berdiri.
"Ada masalah Hirate-san?" Techi tak menggubris pertanyaan guru tersebut. Ia langsung berlari keluar kelas. Sang guru memanggilnya beberapa kali tapi Techi tidak menggubrisnya. Yang ada dipikirannya hanyalah Neru.
"Neru kau dimana?" gumam Techi. Techi menyelusuri seisi sekolah namun masih tidak menemukan Neru.
Begitu ia melewati gudang, Techi tak sengaja mendengar benda jatuh.
Brakk
Techi menghentikan langkahnya. Tanpa pikir panjang ia mendobrak pintu gudang. Wajahnya memerah melihat apa yang terjadi. Seragam Neru bagian atas hampir terlepas dan seorang cowok sedang menindihnya. Ditambah air mata Neru yang mengalir. Techi berlari dan langsung menendang pria itu dengan keras hingga ia terguling.
Techi memeluk tubuh Neru yang bergetar hebat. Ia melepaskan almamaternya dan menutupi tubuh Neru yang terekspos. Cowok itu berdiri dan Techi langsung menatap cowok itu nyalang.
"Kau.."
Ia melayangkan pukulannya beberapa kali hingga cowok itu alias Kaede terjatuh kelantai. Tak sampai disitu. Techi menendang-nendang badan Kaede. Puas menendang Kaede, Techi memegang kerah baju Kaede dan kembali memukuli Kaede hingga wajahnya tak berbentuk.
"Sialan"
Bugh
"Brengsek"
Bugh
"Matilah kau" pukulan bertubi-tubi terus dilayangkan Techi.
Bugh Bugh Bugh
"Techi" lirih Neru.
"Techi berhenti" Techi menulikan pendengarannya. Ia terus memukuli Kaede.
"Techi"
Brakk
Techi menghentikan kegiatannya dan menatap Neru yang sudah pingsan. Ia langsung membopong Neru ke UKS.
Techi menarik perhatian siswa-siswi. Apalagi ia sedang membopong Neru. Tak terkecuali teman sekelasnya. Mereka penasaran apa yang terjadi dengan Neru dan kenapa wajah Techi begitu cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi
Fanfiction"Maaf tapi sudah ada seseorang yang mengisi hatiku" Hirate Yurina, gadis dengan sejuta misteri yang mampu membuat orang terpesona. Jawabannya yang singkat membuat ia semakin membuat orang-orang penasaran dengannya. Hirate juga jarang mengekpresikan...