Techi memejamkan matanya menikmati terpaan angin dan juga tangan Neru yang mengelus rambut pendek dan paha Neru sebagai bantal. Sekarang mereka berada di taman dekat pohon Keyaki. Tempat dimana Neru menyatakan perasaannya waktu itu. Padahal pelajaran masih berlangsung tapi mereka malah enakan berdua.
"Kamu kok tumben sekali nyuruh bolos" kata Techi yang masih memejamkan matanya. Neru menatap Techi dan tersenyum tipis.
"Gak ada. Cuma mau nyobain rasa bolos" balas Neru diakhiri dengan kekehannya.
"Kamu tau nggak.."
"Gak" balas Techi acuh.
"Jangan dipotong dulu" omel Neru kesal.
"Iya iya. Apa?"
"Papa udah nerima hubungan kita" ucap Neru sambil tersenyum senang.
"Hmm" balas Techi sambil mengangguk pelan.
"Kamu kok kayak gak senang gitu" cemberut Neru.
"Senang kok"
"Kalo senang kenapa balasnya cuma hmm aja"
Techi menegakkan tubuhnya dan menatap Neru "Trus kamu mau aku lompat dari rooftop sebagai bukti bahwa aku senang"
"Gak gitu juga kali" ujar Neru sambil mendorong tubuh Techi hingga jatuh ke bawah.
Techi meringis "Aduh!! Sakit" ringisnya. Neru langsung membantu Techi berdiri.
"Maaf maaf" ucap Neru menyesal.
"Lain kali tenangnya tolong dijaga" ketus Techi. Neru terkekeh "Maaf maaf. Aku juga gak sadar" balas Neru.
"Yaudah tidur lagi sini" Neru menepuk pahanya untuk menyuruh Techi berbaring lagi. Techi pun menurut. Dengan lihai Neru mengusap rambut pendek Techi.
"Techi" panggil Neru sambil menatap pohon Keyaki.
"Apa"
"Kamu tau gak disini itu tempat bersejarah" alis Techi terangkat. Ia baru sadar taman sekolah tempat bersejarah.
"Maksudnya?"
"Kamu gak ingat?" tanya Neru tak percaya.
"Gak ingat apa sih" ujar Techi semakin penasaran.
"Disini. Di tempat ini aku ngungkapin perasaan aku ke kamu. Masa kamu gak ingat" Techi coba mengingat kembali.
"Ah aku ingat. Memangnya kenapa?"
"Gak ada cuma mengenang masa dimana kamu itu sulit diajak bicara" balas Neru yang berisi sindiran. Techi kembali menegakkan badannya.
"Jadi ceritanya nyindir nih"
"Gak. Siapa juga yang nyindir" sangkal Neru.
"Oh iya. Kamu ingat gak tanggal berapa?" Techi mengedikkan bahunya acuh.
"Kamu kok jahat banget sih" kesal Neru.
"Jahat kenapa sih?"
"Masa kamu gak ingat. Kalo ulang tahun aku kamu ingat" Techi menggeleng tanpa rasa bersalah. Neru semakin cemberut.
Techi terkekeh "4 September kan?" mata Neru langsung berbinar begitu Techi mengingat ulang tahunnya.
"Gimana? Tebakan aku benar" Neru kembali cemberut.
"Jadi cuma asal nebak" gerutu Neru.
Techi tersenyum tipis "Gak kok. Aku beneran ingat" ujar Techi meyakinkan.
Neru menyandarkan kepalanya di pundak Techi "Kamu harus ingat yang satu ini ya. 7 Juli adalah waktu aku menyatakan perasaanku. Awas lupa" ujar Neru sambil menunjuk Techi.
"Iya iya. Gak bakal lupa kok" balas Techi yakin.
"Yaudah yuk balik ke kelas. Seminggu lagi mau ujian kelulusan" ajak Neru.
"Nggak lanjutin bolosnya" Neru menggeleng. Mereka pun kembali ke kelas.
***
"Ciee yang makin lengket aja udah kayak perangko" goda Miyu saat Neru dan Techi baru tiba. Neru senyum-senyum sedangkan Techi menatap Miyu malas.
"Kau kan juga kayak perangko sama Unta Arab itu"
Pletak
Oda langsung menjitak dahi Techi. Techi mengusap dahinya yang sakit akibat jitakan Oda.
"Kalo ngomong tu dijaga. Dasar bayi berang-berang" gerutu Oda.
"Biarin"
"Minta dijitak lagi ya" Oda bersiap-siap untuk menjitak Techi tapi Miyu melerai.
"Udah udah. Gak baik gangguin pengantin baru" ujar Miyu sambil menggoda keduanya.
"Makan tuh pengantin" seru Techi sambil menoyor dahi Miyu. Bukannya marah Miyu malah semakin menggoda Techi. Pasalnya semenjak Techi berpacaran dengan Neru, Miyu sudah mulai melihat berbagai ekspresi di wajah Techi. Meskipun wajah datarnya yang dominan.
Seorang guru masuk dan menatap Techi "Hirate-san anda dipanggil oleh pemilik sekolah"
Semua mata memandangnya. Teman-teman sekelasnya sudah tahu bahwa Techi merupakan cucu dari pemilik sekolah. Yang tidak mereka ketahui adalah kenapa Techi tidak suka dengan neneknya. Pasalnya Techi akan langsung menunjukkan wajah tak sukanya setiap bertemu dengan Nyonya Yamaguchi.
Techi menghela nafas panjang "Terimakasih Sensei"
Techi berjalan ke arah ruangan kepala sekolah. Untuk saat ini posisi kepala sekolah masih kosong jadi nenek Techi yang mengisinya untuk sementara.
Nyonya Yamaguchi memberikan senyum lembutnya begitu Techi sudah masuk kedalam ruangannya.
"Nenek senang kau datang"
"Saya tidak ingin basa-basi. Apa yang anda katakankan?" tanya Techi to the point. Nyonya Yamaguchi tersenyum tipis.
'Kau sama seperti ayahmu' gumamnya dalam hati.
"Nenek ingin kau ikut Nenek kembali ke Amerika"
"Saya menolak. Hanya itu saja. Jika iya saya pergi" tanpa mendengar ucapan Nyonya Yamaguchi, Techi langsung keluar dari ruangan itu.
"Kau yang memintanya" ujar Nyonya Yamaguchi pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi
Fanfiction"Maaf tapi sudah ada seseorang yang mengisi hatiku" Hirate Yurina, gadis dengan sejuta misteri yang mampu membuat orang terpesona. Jawabannya yang singkat membuat ia semakin membuat orang-orang penasaran dengannya. Hirate juga jarang mengekpresikan...