21 - Antara Hidup Dan Mati

75 22 24
                                    

Happy Reading

***


"Yaudah lah ya, kalian nggak usah debat sekarang. Mending kita tidur aja yuk, Fi! Kita kan besok mau lanjut lagi penyelidikan soal Ka Jo. Toh udah ada Zul ini kan, buat bantu Ka Putri?" Zul mengangguk iya.

_______________________________________________


Tinggal menunggu hitungan hari, semua akan segera selesai. Baik Ara maupun Afi, keduanya merasa tak sabar untuk segera membongkar kejahatan yang sudah dilakukan oleh Joshua terhadap kedua orang tua Ara. Bahkan untuk Ara sendiri, ia berharap agar Afi tidak benar² berharap untuk kembali dengan Rya yang jelas sudah berkhianat.

Saat ini, kedua arwah itu tengah berjalan-jalan menikmati waktu sore yang menurut mereka sangat pas untuk dijadikan moment bahagia. Ya, walaupun pada kenyataannya keduanya masih harus menunggu besok.

Ketika langkah mereka terhenti di tengah padang rumput, Ara mendongakkan wajahnya, menatap langit seraya berdo'a dalam hati. "Ya Alloh, aku mohon mudahkanlah rencana terakhir kami dalam membuka semua kebusukan Kak Jo. Dan setelahnya, jika Engkau mengizinkan aku dan Afi untuk tetap hidup, aku minta padaMu agar memberikan aku kesempatan mengatakan perasaanku padanya. Bukakanlah hati Afi untukku, dan palingkanlah hatinya dari Rya si wanita jahat itu. Aku mohon ya Alloh, tolong kabulkan lah permintaan ku,"

Sementara Afi justru terpaku mendapati Ara yang berlaku demikian. Arwah tampan itu tak henti menatap wajah Ara dari samping, berhias senyum yang mengembang sempurna.

"Loe cantik, Ra. Bukan cuma muka loe aja, tapi hati loe juga. Gue tau loe nggak sepenuhnya kuat seperti yang biasa loe tunjukkin ke gue, kak Putri, dan juga Zul. Loe berhak bahagia dengan cinta laki² selain Joshua si pengkhianat itu, Ra... Gue janji, kalau Alloh masih mengijinkan kita berdua tetep hidup, gue bakal jagain loe dan selalu ada di sisi loe kapanpun loe butuh. Karena gue cinta sama loe, walaupun gue belum tau apa loe juga cinta sama gue," batin Afi menggumam. Hingga deheman dari Ara membuyarkan lamunannya, sekaligus memecah kesunyian diantara mereka berdua.

"Fi, gue boleh ngomong nggak?" dahi Afi berkerut, mendengar pertanyaan Ara barusan.

"Ngomong tinggal ngomong aja kali Ra, kenapa mesti ijin sih?" jawab Afi, membuat Ara salah tingkah dibuatnya.

'Iya juga ya," batin arwah gadis itu.

"Eumm jadi gini, besok kan kak Putri bakal nemuin bokap gue, menurut loe gue harus ikut juga nggak?" tanya Ara. Tapi setelahnya Ara sendiri merasa salah memberikan pertanyaan pada Afi. Alias bodoh.

'Ya ampun Ara, itu pertanyaan bodoh!'

"Ya pastinya loe harus ikut dong, Ra. Kan nanti di situ loe juga bisa ngasih tau ke Kak Putri, tentang apa yang sebenernya mau loe sampein tapi nggak bisa loe lakuin sendiri." Afi menjawab dengan santai dan berhati-hati, walau ia tau pertanyaan gadis itu sebenarnya sudah bisa dijawab oleh Ara sendiri.

'Ya Alloh otak gue kenapa jadi zonk gini sih, berhadapan sama Afi. Perasaan biasanya nggak gini banget deh,"

"Ee iya Fi, thanks ya loe udah ingetin. Gue sebenarnya juga berniat kayak gitu, tapi nggak tau kenapa mendadak gue kayak nggak yakin," Afi menepuk satu pundak Ara dengan lembut, dan menatap manik gadis itu begitu pun Ara.

"Ini demi hidup loe, Ra. Loe harus fokus dan buletin tekad untuk lakuin apa kata hati loe sendiri. Karena hati nurani nggak akan mungkin berkhianat, beda dengan manusia yang sewaktu2 bisa berkhianat terhadap kita." ujar Afi, membuat hati Ara menghangat seketika. Afi memang paling bisa membuat Ara kagum dengan kedewasaan dan kesabarannya, juga kelembutan hatinya.

"a little time to MEET YOU" // Lanjutan { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang